🛍️2.0🛍️

1.9K 395 18
                                    

Sebulan udah berlalu, pindah kerjanya Jisung ke indomaret baru bareng Jeongin nggak terasa sama sekali.

Keduanya, slalu kerja sama buat bikin indomaret jadi lebih baik. Pelayanan mereka bikin pelanggan puas. Nggak heran kalo tiap pagi sampe sorean sekitar jam 4 lebih, indomaret pasti rame.

Kalo malem nggak, soalnya beda lagi yang nunggu. Malem itu shiftnya Bang Yedam, dia agak galak. Kalo jaga kasir mukanya judes padahal aslinya baik. Mangkanya orang-orang pada kek "mending ke indomaret pagi atau sore. yang jaga kasir ganteng plus manis."

Nah hari ini, awal bulan. Kan banyak promo tuh, jadi otomatis bakal rame. Untung aja tadi Jeongin sama Jisung dateng nya lebih awal.

Kriwtt

"Selamat datang di Indomaret, selamat berbelanja."

Kriwtt

"Selamat datang di Indomaret, selamat berbelanja."

Tukk

"Ini saja kak, tidak mau tambah roti hangatnya sekalian? Beli 2 gratis 1."

"Yaudah, saya rotinya juga."

Jisung senyum manis, trus nyuruh Jeongin buat ambilin roti buat pelanggan tadi.

"Totalnya 56.200, kak."

Pelanggan itu langsung nyerahin uang lebih ke Jisung.

"300 rupiahnya boleh didonasikan kak?" Pelanggan itu mengangguk.

Jisung selalu senyum, trus ngasih kembalian ke pelanggan tersebut.

"Terimakasih, selamat datang kembali."

Jisung berulang kali melayani kasir seperti itu. Nggak ada kata lelah di benaknya. Mungkin sampe rumah ntar, encok gara-gara berdiri terus.

••∆••

Jam menunjukkan pukul 3 sore. Keadaan indomaret udah sepi. Mungkin karna orang-orang udah pada kerja atau nggak lagi bobo siang.

Jisung sama Jeongin akhirnya bisa santuy-santuy sambil duduk emperan di lantai, tepatnya dibalik meja kasir.

"Haduhh capeknya," keluh Jeongin.

Jisung cuma ketawa pelan denger keluhan Jeongin. Tapi dia salut, ternyata sepupu nya itu mampu bertahan di keramaian sampe sejauh ini. Biasanya kalo nggak tahan, mereka bakal resign.

"Ya namanya cuma kerja bagian scan, sama berdiri, ganti label trus ngitung-ngitung berapa yang masuk ini itulah, gimana mau nggak capek?" Ujar Jisung.

"Tapi setau gue ya, Kak Ji. Kerja di indomaret itu lebih sulit dari kerja di kantoran."

Jisung nggak kaget sih. Sering banget dia ditanyain gitu sama tetangga-tetangga dulunya.

"Je, semua kerjaan memiliki khas masing-masing tergantung gimana orang menjalaninya. Menurut kamu, kerja di indomaret pasti mudah, ya kan?"

Jeongin sambil senyum tipis, ngangguk pelan.

"Sebenernya itu semua sulit, Je. Kalo kamu nggak pinter matematika. Dan juga, nggak banyak lho pegawai kaya kamu yang masih betah di indomaret rame gini. Biasanya abis sebulan mereka bakal resign karna saking capeknya."

"Jadi gue termasuk orang langka dong?" Duga Jeongin sambil matanya berbinar-binar.

Karna nggak mau ngancurin suasana, Jisung ngeiyain apa kata sepupu manisnya itu.

"Iya, udah sana angkat barang-barang di gudang."

Jeongin natep Jisung males, "kak belom aja 30 menit, udah disuruh kerja lagi."

"Hehe, yaudah istirahー"

Kriwtt

Jisung buru-buru bangun, trus nyuruh Jeongin ngumpet biar nggak ketauan kek orang males-malesan.

"Selamat datang di indomaret, selamat berー"

Kalimat Jisung terhenti, pas ngeliat orang yang baru aja masuk.

"Lia?"

Cewe itu dengan santainya senyum, trus nyapa Jisung.

"Hai-!!"

••∆••

Sekarang, Jisung sama Lia duduk di bangku yang ada di depan indomaret. Mereka berbicara empat mata sambil ditemani dua botol kopi ABC, yang dibeliin sama Lia.

"Jadi lo mau bicara apa, Lia?" Tanya Jisung to the point.

"Masalah Minho ..."

Jisung mengerutkan dahinya, "emang kak Minho kenapa?"

Lia menghela nafas, natep manik mata Jisung yang kelewat serius.

"Sebulan ini dia hindarin gue trus, Sung. Kan gue mau balikan sama dia."

Jisung diem, ya dia nggak tau mau respon kaya gimana. Soalnya di sisi lain, dia juga nyimpen perasaan sama pelanggan setia indomaret jam 4 sore itu.

Ya meski kerjaannya ke indomaret, sambil sesekali godain atau ngerjain Jisung. Tetap aja Jisung lama-lama juga kebawa perasaan.

"Trus lo ke gue mau apa?" Sambung Jisung.

"Mungkin lo bisa kasih solusi, Sung?"

Jisung menyisir rambutnya ke belakang. Hatinya kacau, tidak sejalan dengan pikirannya.

"Ehmm, gueー"

"Jisung?!"

Pemilik nama itu terlonjak kaget, trus noleh ke orang yang manggil dia.

"Hyunjin, kenapa lo kesini? Udah kelar kerjaan lo?"

Hyunjin nggak banyak bicara, langsung narik Jisung pergi. Ninggalin Lia di sana.

"Eh bitch! Gue pinjem Jisung nya bentar."

Lia yang notabennya udah sering dipanggil gitu mah sans aja. Cuma dia kepo sama pembicaraan dua cowo itu. Dan mutusin buat ngikutin mereka dari jauh.

"Jadi kenapa lo kesini? Kan bisa ntar malem janjian atau apa gitu."

"Urgent, Sung!"

"Urgent apanya?" Heran Jisung.

"Gue mau confess sesuatu, gan."

"Hah?"

Sementara itu, di sudut pandang Lia. Cewe itu kaget pas denger Hyunjin bilang mau confess. Pikiran nya, berkata pasti Hyunjin mau confess sesuatu ke Jisung.

"Wah, nggak boleh dibiarin ini. Bisa-bisa kak Ino galau 7 hari 7 malam ini."

••∆••

© Lumierenay, 2021

[✓] Mas Indomaret [minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang