Tama, Binar dan Mahes mengucapkan selamat hari raya idul adha 1442 H bagi yang merayakan.
dapet daging kurbannya
banyak nggak?[ Tentang Aku, Kau dan Dia ]
"Tam, kenalin. Ini adik tingkat gue dari fakultas kedokteran namanya Lana."
Ramainya cafe yang sebagian besar diisi mahasiswa seperti mereka sedikit menenggelamkan suara Binar, tetapi untungnya masih dapat Tama dengar.
Diliriknya gadis yang Binar maksud dengan tatapan datar hingga membuat Lana kentara sekali salah tingkahnya.
Binar yang menyadari itu langsung tersenyum dan menyenggol lengan Lana memberi kode untuk saling berkenalan. Seakan mengerti, Lana mengulurkan tangannya dihadapan Tama yang diterima oleh Tama.
"Lana dari fakultas kedokteran angkatan 21."
"Tama. Angkatan 19 fakultas hukum."
Setelahnya Tama melepas cepat jabatan itu, sedikit membuat Lana agak menyayangkannya.
Binar tiba-tiba berdiri dari duduknya sambil mengangkat ponselnya sebatas dada. "Ada telepon, kalian lanjut tanpa gue dulu ya."
Lana lantas mengangguk, sedangkan Tama menatap Binar, sudah hapal betul jika ini adalah bagian dari rencana gadis tersebut.
Kemudian Binar pergi meninggalkan Tama dan Lana berdua, menambah kecanggungan Lana. Pasalnya Tama tidak berniat membuka obrolan dengannya.
Tama menyeruput kopinya secara pelan membuat Lana ikut-ikutan menyedot minumannya. Lalu Lana berdehem sesudah minum, seperti ingin mengatakan sesuatu dan menyuruh Tama agar fokus padanya.
"Kak Ta---"
"Lo yang suka atau Binar yang suruh?" Tama memotong ucapan Lana.
Dahi Lana mengernyit dalam tanda tidak mengerti. "Maksudnya?"
Tama mendengus pelan. "Lo tahu maksud gue apa."
"Nggak. Aku nggak tahu maksud kak Tama apa." Lana menunjukkan wajah heran bercampur kesal.
Ini kan pertemuan pertamanya dengan Tama, kenapa sikap Tama begitu? Mereka sama-sama ada di sini karena Binar bukan?
Seperti yang dikatakan Binar padanya pula waktu itu, jika keduanya jomblo dan Binar berniat mengenalkan mereka. Tapi melihat reaksi Tama, sepertinya tidak begitu.
Tama menghela nafasnya. "Binar bilang kalo dia mau kenalin lo ke gue?"
"Iya, kata kak Binar, kak Tama juga udah tau mau dikenalin sama aku."
Bukan sebuah rahasia umum lagi bila Binar punya teman cowok yang banyak, salah satunya Tama yang paling dekat dengan gadis itu. Lana yang dapat kesempatan emas seperti itu langsung menyetujui, lumayan soalnya temen cowok Binar pada ganteng.
"Gak ada kapok kapoknya tuh cewek." Gumam Tama sebal.
Bisa ngerti nggak sih kalo gue tuh maunya elo Binar, bukan yang lain. Lanjut Tama dalam hati.
Lalu menatap Lana. "Pas Binar selalu ngajak gue keluar pasti malah dikenalin sama cewek gini. Intinya lo nggak usah berharap banyak sama gue." Terang Tama.
Lagi, Lana mengernyit heran. Kini ia sudah tidak kesal dan malah penasaran. "Jadi, ini bukan pertama kalinya kak Tama dikenalin sama cewek?"
Tama mengangguk.
Lana lanjut bertanya. "Terus kenapa aku nggak boleh berharap? Padahal sebelum kesini, aku udah berharap banyak tentang kak Tama."
Tama menoleh ke pintu masuk yang terbuat dari kaca transparan, membuatnya dapat melihat Binar diluar sana sedang menempelkan ponselnya pada telinga sambil sesekali melirik kearah meja mereka.
"Mangkanya, habis pertemuan ini, jangan berharap apa-apa lagi." Tama kembali menatap Lana serius.
Kemudian melanjutkan.
"Soalnya orang yang gue suka cuman Binar. Dan gue nggak berniat untuk move on dari dia."
[ Tentang Aku, Kau dan Dia ]
Tangan itu terlipat di dada. Dengan wajah memberengut sambil mengunyah makanan di mulut, Binar tidak henti mengomeli Tama di sebelahnya yang sedang menyetir dengan satu tangan dan menyuapinya kentang goreng dengan satu tangan lainnya.
"Padahal nyari anak kedokteran tuh susaaahh bangeett! Lahh, lo malah enak nolakk." Katanya sambil mengunyah kentang goreng, wajahnya masih menunjukkan kekesalan.
"Eh, atau mau dikenalin ke cewek fakultas gue aja? Meski rada-rada sengklek, orangnya baik-baik kok. Pada cantik juga, tapi masih cantikan gue kemana-kemana sih."
Untuk yang satu itu, Tama membenarkan dalam hati. Setelah Mama, Binar adalah wanita tercantik dihidupnya.
Masih dengan wajah memberengut, Binar menelan kentang goreng terakhirnya. Melirik kesal merasa tidak ada gunanya berbicara pada Tama.
"Minum."
Satu kata itu membuat Tama segera mengambil minum milik Binar dan menyuapinya seperti yang ia lakukan sedari tadi. Binar menoleh sedikit tanda sudah. Tama langsung menjauhkan minumannya dan kembali disimpan di tempat semula.
Binar menyandarkan tubuhnya untuk mencari tempat nyaman. "Jangan ngajak ngobrol ya! Gue masih marah sama lo!"
Tama tersenyum kecil mendengar penuturan Binar. Masalahnya siapa yang sedari tadi bicara? Binar kan? Tama bahkan tidak ngomong sama sekali dan hanya menyimak.
"Memangnya gue punya apa sih sampe Tama suka sama gue segitunya?" Gumam Binar pada dirinya sendiri yang sontak dapat lirikan dari Tama karena masih dapat terdengar.
Setelahnya hening. Binar terlelap akibat bosan dan Tama fokus menyetir. Ketika lampu merah, Tama menyempatkan menoleh pada Binar dan menyelipkan anak rambut gadis itu ke belakang telinga.
Sambil menatap penuh wajah Binar, Tama berkata disertai senyuman manis. "Lo tanya punya apa? Lo punya segalanya, Binar. Gue jatuh hati sama lo nggak ada alasan. Tapi hanya satu yang perlu lo tau,"
Tama menjeda.
"Bahwa perasaan sayang gue ke lo adalah hal tertulus yang pernah gue rasakan."
[ Tentang Aku, Kau dan Dia ]
A/N:
saya mengucapkan selamat
hari raya idul adha 1442 H.mohon maaf lahir batin
ya kawan.see you when i see you.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Aku, Kau dan Dia ✓
FanfictionTerjebak friendzone nan bersama Binar membuat Tama kesulitan untuk mendapatkan gadis tersebut, meski sudah menyatakan perasaannya beberapa kali. Ditambah keberadaan Mahes---lelaki yang disukai Binar diam-diam, tiba-tiba saja mendekati Binar yang sem...