08. Yang Ketiganya Setan

77 31 5
                                    

alhamdulilah hee udah sembuh.

alhamdulilah hee udah sembuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cerah banget gitu bawaannya.

[ Tentang Aku, Kau dan Dia ]

Minggu itu, Binar sudah rapih dan wangi. Siap untuk berangkat menemani Mahes ke mall. Tapi setelah turun dari lantai 2, dia malah mendapati kehadiran Tama di ruang keluarga. Sedang mengobrol dengan Pina, maminya.

"Ngapain lo disini, Tam?" Ketus Binar sembari menghampiri.

Sebenarnya bukan apa-apa, akan tetapi Mahes sebentar lagi akan kesini menjemputnya. Binar hanya takut ada apa-apa jika keduanya bertatap muka. Mengingat Tama seperti yang tidak suka pada Mahes.

Pina menoleh dan menegur. "Hush! Kamu kenapa gitu ngomongnya, Binar? Biasanya kan hari minggu Tama memang suka main kesini."

Lalu melanjutkan. "Kamu juga tumben jam segini udah mandi. Biasanya masih ngorok."

Mendengarnya Binar jadi salah tingkah, dia tersenyum kaku. Apalagi Tama melihatnya dari atas sampai bawah, seperti menilai penampilannya.

"Emang lo mau kema—"

Tin! Tin!

Klakson mobil diluar sana memotong ucapan Tama. Binar melangkah cepat dan mengintip di jendela. Ternyata pujaan hatinya sudah sampai.

"Mahes?"

Ujar seseorang dibelakang Binar, membuat Binar tersentak kaget ditempatnya berdiri. Menoleh kearah Tama yang menatap tajam keluar. Binar tiba-tiba saja meneguk ludah melihat Tama dari jarak sedekat ini.

Dan ia baru sadar, ternyata Tama juga bisa terlihat tampan dimatanya.

"Lo ada janji sama Mahes, Nar?" Pertanyaan dari Tama membuat Binar mengerjap sadar.

Ia memalingkan wajah dan menjauhkan diri dari Tama seraya berkata, "Iya."

Binar kemudian memilih melambaikan tangannya pada Pina, yang memperhatikan mereka dengan tenang.

"Aku pergi main ya, Mi. Dadah!" Pamitnya terburu-buru buka pintu dan mengabaikan Tama yang seperti ingin bicara.

Dalam jalannya menghampiri Mahes, Binar menetralkan ekspresi wajahnya dan berusaha menenangkan detak jantungnya.

Karena jujur, Binar bingung. Sebab setelah 4 tahun dekat dengan Tama, kenapa baru kali ini ia berdebar kepada lelaki itu seperti saat ia melihat Mahes. Sebab, ia memang tidak pernah seperti itu sebelumnya.

Memikirkannya, entah mengapa Binar jadi pening. Selangkah mendekati Mahes, Binar mengulas senyum cantik dan menyapa. "Hi, Hes."

Mahes balas menyapa. "Hi, Nar. Langsung berangkat aja, yuk. Biar pulangnya nggak kesorean banget."

Tentang Aku, Kau dan Dia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang