12. Cukup dengan Menjauh, Tama Berhasil Membuat Mereka Bersatu

60 23 10
                                    

1 minggu belakangan ini Binar dan Mahes tidak pernah absen untuk jalan bersama. Dimulai dari mall, taman, bioskop, hingga tempat terkenal yang sering dibicarakan oleh anak kampus.

Setidaknya, itulah yang Tama tahu setelah mengamati dari jauh yang juga tidak mencoba mendekati Binar akhir-akhir ini, dan tentunya yang paling penting adalah laporan atau lebih tepatnya cerita dari Mahes.

Menyesakkan, tentu saja. Akan tetapi Tama tetap harus menepati janji yang dibuat oleh dirinya sendiri kepada Mahes.

Dan sembari menunggu dosen, Tama memilih mencorat-coret belakang bukunya dengan pikiran kosong. Tidak begitu menyadari jika Erry, cewek yang suka padanya itu, sedang berdiri di samping mejanya.

Erry mencolek lengan atas Tama menggunakan pulpen yang sedari tadi digenggamnya, berusaha membuat Tama sadar akan kehadirannya. Dan berhasil, Tama menoleh ke arahnya.

Erry segera melepaskan seulas senyum salah tingkah. "Gue cuman mau nanya, apa lo masih inget atau enggak kalo habis kelas ini, lo janji nganter gue beli buku untuk tambahan referensi skripsi gue yang kurang."

Ah, Tama melupakannya. Padahal baru kemarin sekali Erry memintanya untuk ditemani beli buku. Ya, setelah memilih untuk tidak dekat-dekat dengan Binar, Tama yang biasanya menghiraukan segala ajakan Erry kini menjadi meresponnya.

Lantas lelaki itu mengangguk. "Inget, kok. Emangnya kenapa?"

Tanpa sepengetahuannya, Erry semakin merekahkan senyumannya. Tidak tahu jika ketika Tama tidak melupakan ajakannya, ternyata rasanya akan semembahagiakan ini.

"Ah, enggak. Gue cuman mau mastiin aja. Habis ini lo enggak akan ada janji lain, kan?"

Tama terkekeh pelan. "Kalo ada janji, dari awal gue juga bakalan nolak ajakan elo, lah."

Mendengarnya Erry jadi mengulum bibir agak malu. Ditambah hatinya berdebar kencang, karena untuk pertama kalinya dapat melihat tawa Tama dari jarak sedekat ini.

"Hehe, iya juga, ya." Gamang Erry. Gadis itu kembali ke bangkunya ketika dosen sudah datang.

Sedangkan lelaki itu menunduk dan menghela nafas, berucap pelan kemudian, "Maaf."

Di sisi lain, di waktu yang sama, Tama tidak tahu. Jika hatinya kini akan semakin luruh bila mengetahui gadis yang disukainya selama ini, sudah dimiliki oleh orang lain.

[ Tentang Aku, Kau dan Dia ]

Sehabis kelas, Tama menepati janjinya untuk menemani Erry ke toko buku. Mereka berjalan bersisian menuju parkiran, sambil sesekali mengobrol ringan.

Yang keduanya tak paham adalah, mengapa selama perjalanan menuju parkiran itu, orang-orang berkumpul sambil bergosip heboh. Yang sangking hebohnya, Tama bahkan tak tahu apa yang mereka bicarakan.

Keluar dari pintu gedung fakultas, kedua orang itu segera disambut oleh Mahes dan Binar yang sedang dikerubungi oleh orang-orang. Tama tidak tahu, namun saat ia mulai dekat dengan mereka, perkataan salah satu orang di sana mampu membuat kakinya berhenti melangkah. Tama bergeming.

"KFC lah ayuk! Pajak jadian harus royal! Biar lo berdua langgeng!"

Erry mendengarnya juga, ia ikut berhenti, memandangi Tama lamat. Kira-kira, perasaan lelaki itu bagaimana, ya? Setidaknya itulah yang Erry pikirkan tadi.

Beberapa saat kemudian kerumunan itu mengurang membuat Mahes dan Binar dapat melihat keberadaan Tama dan Erry. Berbeda dengan Mahes yang langsung sumringah, Binar nampak gelisah. Rasa-rasanya ia bersalah sekali saat melihat tatapan Tama padanya tadi.

Mahes bergerak mendekat, membuat Binar mengikuti langkahnya pula karena kedua tangan mereka yang saling bertaut.

"Tam." Sapa Mahes, namun tidak membuat Tama menanggapinya. Erry yang berada di sampingnya menyikut Tama.

"Kenapa?" Pertanyaan itu ditanggapi Erry dengan mengedikan dagunya kearah Mahes dan Binar.

Seakan mengerti, Tama memandangi keduanya kemudian tersenyum. Ia menepuk bahu Mahes beberapa kali.

"Selamat ya, Hes. Sabar-sabar aja sama ni orang, semoga langgeng, ya." Ucap Tama yang diberi kekehan oleh Mahes.

Ia mengangguk. "Makasih banyak, Tam. Nanti malem gue traktir makan bareng anak kampus di restoran deket sini, lo ikut yuk."

Tama berpikir sejenak, lalu menggeleng dan merangkul pundak Erry tiba-tiba. "Nggak bisa gue, mau nganter dia ke toko buku."

Erry mematung, Binar terlihat terkejut, Mahes mengangkat kedua alisnya lantas tersenyum paham. Kepalanya terangguk-angguk dan gantian dirinya yang menepuk pundak Tama.

"Semangat deh, pren."

"Thanks. Kalo gitu gue sama Erry duluan, have fun ya."

"Haha, iya. Lo juga have fun."

Dengan tangan yang masih bertengger pada bahu Erry, Tama pergi meninggalkan Mahes juga Binar. Saat dirasa sudah jauh, ia melepaskan tangannya dari bahu Erry.

"Maaf, Ry. Gue keterlaluan, ya?" Ujar Tama sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Santai aja, Tam. Gue ngerti kok." Katanya berusaha tidak terlihat gugup.

Lalu melanjutkan. "Mobil lo yang itu kan?"

Tama mengikuti arah yang Erry tunjuk. "Iya."

"Yaudah ayo." Katanya berjalan terlebih dahulu.

Tama memandangi punggung Erry yang menjauh, lantas menolehkan kepalanya kearah dimana ia mengobrol dengan Mahes tadi. Lalu tersenyum pedih.

Lama bersama, Tama kira Binar akan memiliki rasa yang sama. Namun, Tama salah. Seberapa berusaha ia untuk menggapai, Binar tidak bisa dimiliki walau dekat.

Dan pada akhirnya, Tama mengaku kalah dalam perasaanya sendiri.

[ Tentang Aku, Kau dan Dia ]

A/N:

aaa, Tama sama aunty aja.

maaf ya, slow update mulu.
kayaknya sirkulasi malas
belum juga berhenti dalam
tubuh saya. ㅠㅠ

see you when i see you.

Tentang Aku, Kau dan Dia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang