15. Ketahuan

82 24 6
                                    

"Ngapa malah liatin gue? Buruan nyalain TV-nya." Tegur Tama kepada Mahes yang diam di depan TV sambil menatapnya dengan senyuman lebar.

Dari hari ke hari keduanya kian dekat, sepertinya sudah menerima kehadiran satu sama lain. Malam itu, Mahes menginap di apartemen Tama. Berniat begadang berdua sambil main PS.

Mahes duduk di samping Tama ketika sudah menyalakan TV-nya, ia menyerahkan salah satu stik PS kepada Tama.

"Lo ke Amerika jadinya kapan?" Tanya Mahes terfokus pada TV, tidak menyadari Tama menoleh kearahnya.

"Tahu darimana?"

"Ayah, dan kayaknya Ayah juga tahu dari Mama lo." Jawab Mahes.

Tama menatapnya serius. "Tahu dari kapan?"

Mahes menatap balik bingung. "Kemarin-kemarin sih. Emangnya kenapa? Serius amat."

"Lo nggak kasih tahu Binar kan?" Tanya Tama.

"Ya, enggaklah. Gue malah ngira Binar udah tahu duluan soal lo mau lanjut S2 di Amrik." Jawab Mahes yang diberi respon helaan nafas lega dari Tama.

Awal ingin bermain PS kini malah terabaikan ketika Mahes lebih tertarik perihal calon saudara tirinya itu.

"Perasaan gue aja atau bukan kalo lo sama Binar lagi jaga jarak? Terus kayaknya lo apa-apa dirahasiain dari Binar. Bukannya kalian sahabat deket?" Ujar Mahes beruntun.

"Ck, kenapa malah bahas itu? Udahlah cepetan main." Balas Tama berusaha mengalihkan obrolan.

"Kenapa, sih? Ada apa?"

"Nggak ada apa-apa, Hes. Jangan ngeselin, deh. Buru main aja kita."

"Akhir-akhir ini lo ngelak mulu kalo gue bahas tentang Binar. Atau jangan-jangan naksir lagi lo sama pacar gue?" Ucap Mahes curiga yang membuat Tama tersedak ludahnya sendiri akibat terkejut.

"Ngaco lo!" Elak Tama keras.

Lalu Mahes tertawa tiba-tiba. "Emang ngaco. Asal aja tadi gue ngomong gitu. Lagian kalo emang bener lo naksir Binar, dari awal lo nggak mungkin setuju bantuin gue deket sama Binar."

Justru karena gue suka sama Binar, mangkanya gue bantu biar dia deket sama lo, selaku cowok yang disukainya.

Tama memiting leher Mahes kesal. Mahes terbatuk dibuatnya, ia memukul lengan Tama meminta melepaskan pitingannya.

"Sesak, bangsat!" Kata Mahes engap.

Tama tertawa jahat. "Rasain!"

"Tam, ah! Kecekek ini! Gue nggak bisa nafas!"

"Masa bodo." Balas Tama.

Akhirnya malam itu mereka tidak jadi bermain PS dan malah berperang. Menikmati rasanya memiliki saudara setelah sekian lama menjadi anak tunggal.

[ Tentang Aku, Kau dan Dia ]

Mahes mendial nomor Binar saat kekasihnya itu mengirim pesan bahwa ia tidak bisa tidur, padahal kini jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.

"Halooo!" Sapa Binar sumringah, ia sedang berbaring.

"Halooo jugaaa!" Balas sapa Mahes senang.

"Kenapa nelepon?" Tanya Binar di seberang sana sambil mengubah posisinya menjadi duduk.

"Aku mau nemenin kamu sampai tidur." Jawab Mahes menaruh ponselnya dimeja dengan vas bunga sebagai sandarannya.

"Uhh, sweettt." Kata Binar baper, seraya melanjutkan dengan pertanyaan setelah melihat latar tempat Mahes terasa familiar, "Btw, kamu lagi dimana tuh?"

"Apartemen calon saudara tiriku, aku lagi nginep disini." Jawab Mahes.

Raut wajah Binar mulai berubah. Tapi mungkin calon saudara tiri Mahes satu gedung dengan orang yang dikenalnya. Ia mulai membuka pembicaraan baru.

"Terus kenapa kamu belum tidur?"

"Sama kayak kamu, nggak bisa tidur. Niatnya habis ini aku sama saudaraku mau nonton film Marvel."

"Seru banget yang punya saudaraaa."

"Hehe, iya dongg. Oh ya, kamu ada cerita udah lamar kerja. Kemana kalo boleh tau?"

"Itu, perusahaan TV yang deket kota. Taukan?"

"Oh, tau, tau. Semoga diterima, ya. Kamu taukan kalo aku pasti doain yang terbaik buat kamu."

"Iyaa, makasihh. Oh terus, kalo kamu gima—"

"Ayo, Hes. Gue udah beli cemilannya. Jadi nonton kan?" Mahes terlihat panik, ia buru-buru menutup sambungan teleponnya tanpa berpamitan.

"Kok lo udah pulang?" Tanya Mahes linglung.

Tama memandanginya heran. "Lah? Ngapain juga lama-lama? Minimarketnya juga deket ya sebentar lah."

"Kenapa sih?" Lanjut Tama yang dibalas gelengan oleh Mahes.

"Nggak jelas asli." Gumam Tama tidak terlalu memikirkan tingkah aneh Mahes.

Sedangkan Mahes hanya berharap-harap cemas semoga Binar tidak mendengar suara Tama.

[ Tentang Aku, Kau dan Dia ]

"Oh, tau, tau. Semoga diterima, ya. Kamu taukan kalo aku pasti doain yang terbaik buat kamu."

Hati Binar menghangat mendengarnya. "Iyaa, makasihh. Oh terus, kalo kamu gima—"

"Ayo, Hes. Gue udah beli cemilannya. Jadi no—"

Tut!

Suara yang sudah lama tak terdengar, namun masih teringat jelas siapa pemiliknya membuat Binar bergeming menatap layarnya yang sudah tidak menampilkan wajah Mahes.

Mencerna apa yang terjadi barusan. Tidak ingin percaya pada apa yang ada dipikirannya. Tapi jika tebakannya benar, Binar tidak tahu harus bagaimana memperlihatkan wajahnya dihadapan Tama nanti.

[ Tentang Aku, Kau dan Dia ]

see you when i see you.

Tentang Aku, Kau dan Dia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang