09. Belum Bisa Menerima

70 31 6
                                    

Untuk pertama kalinya, Tama ikut makan malam bersama dengan calon keluarganya. Yaitu Wikan calon ayah tirinya, juga Mahes calon saudara tirinya.

Suasana canggung tidak terhindarkan. Keheningan yang diisi suara dentingan sendok dan garpu beradu dengan piring itu, menjadi teman makan mereka saat ini. Bahkan Shopia sedikit bingung ingin mengangkat topik apa.

"Ekhm." Deham Shopia, membuat Tama yang berada di sampingnya menoleh, ingin menawarkan minum, tapi sudah dilakukan duluan oleh Wikan.

"Kamu nggak papa?" Tanya Wikan memastikan, dan Tama hanya memperhatikan.

Shopia mengangguk, "Nggak papa kok, mas. Tadi aku cuma nyoba buat cairin suasana aja."

Lalu wanita itu beralih pada Tama, "Gimana, Tam? Enakkan makanannya?"

Tama menjawab disertai senyum tipis, "Enak, ma. Selera aku semua hidangannya."

Shopia bernafas lega, "Syukur, deh. Btw, ini restonya Wikan yang pilihin loh, Tam."

Wajah Tama agak menyusut, "Oh." Katanya lanjut makan.

Wikan yang sedari tadi memperhatikan hanya bisa menelan kekecewaannya. Mungkin Tama memang belum bisa terbuka padanya.

Mahes yang tadinya agak tidak terima dengan kelakuan Tama ingin memprotes, namun dicegah Wikan dengan gerakan bibir tanpa suara yang berkata, nggak papa.

Wikan mengatakan baik-baik saja lewat senyumannya kepada Shopia, saat wanita itu meminta maaf lewat ekspresi wajahnya atas sikap Tama barusan.

Mengalihkan pembicaraan, Shopia mulai bertanya pada Mahes, "Kuliah kamu gimana, Mahes? Ada kendala enggak?"

"Puji Tuhan, enggak ada, bun. Cuma memang akhir-akhir ini lagi sibuk aja nyiapin sidang skripsi." Jawab Mahes tanpa menyadari Tama yang berhenti bergerak.

Karena jujur, Tama belum bisa sepenuhnya menerima kedua orang yang berada di hadapannya kini. Apapun yang dilakukan keduanya, masih terasa asing dan Tama masih belum bisa beradaptasi.

Seperti contohnya tadi, saat Mahes memanggil mamanya dengan sebutan bunda. Entah mengapa ia belum bisa menerimanya.

Menyadari perkataannya, Mahes segera melirik Tama dan mengoreksi ucapannya, "Maksudnya, tan." Lanjutnya pelan.

Suasana menjadi canggung kembali, ketika Tama malah berdiri dan izin ke toilet. Shopia menatap kepergian anaknya dengan helaan nafas panjang. Wikan menenangkannya lewat elusan tangan.

Shopia seketika menunduk, "Maaf ya, mas, Hes. Sepertinya Tama masih belum terbiasa."

"Nggak papa kok. Nanti biar Mahes bantu agar Tama terbiasa dengan kita." Ujar Mahes memaklumi perilaku Tama.

Wikan mengangguk menyetujui, "Benar, Pia. Aku juga akan berusah lebih keras lagi, agar Tama menerima aku sebagai ayahnya."

Shopia mengelus tangan Wikan dengan tatapan penuh sayang. Tidak menyadari bahwa Tama menatapi mereka, sebelum ia benar-benar masuk toilet.

[ Tentang Aku, Kau dan Dia ]

A/N:

maaf banyak-banyak ini mah,
karena gak sering up.

lagi banyak tugas, juga
otak gak mau kerjasama buat
ngasih ide.

ayo streaming!

see you when i see you.

Tentang Aku, Kau dan Dia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang