Lautan tak pernah menyentuh Langit

10 2 1
                                    

Gadis cantik itu terduduk lemas di kursi rodanya. Rambut panjangnya menutupi sebagian wajah cantik itu. Tanganya sibuk menuliskan sesuatu pada buku harian miliknya yang berwarna jingga. Senyum yang selalu menghiasi wajahnya saat kembali membaca buku harianya kembali. Terdapat foto yang menampakan dua gadis kecil dengan wajah serupa. Gadis yang sedari tadi duduk di kursi rodanya itu bernama Marina. Dia sibuk memandangi potret dirinya dan saudari kembarnya, Messha. Marina sangat merindukan adiknya itu karena keduanya tidak tumbuh bersama.

Kedua orang tuanya berpisah saat usia si kembar baru menginjak 5 tahun. Sang ayah membawa Messha pergi bersamanya dan tinggal di luar negeri. Hingga kini sang ayah tidak menikah sehingga hanya Messha yang menamaninya. Sementara itu sang ibu sudah menikah dan kini memiliki 2 anak laki-laki yang bernama Kim dan Rue.

Seseorang datang dari belakang dan mencium pipi Marina. "Kamu selalu mengejutkan ku" tak ada nada marah yang di keluarkan.

Lelaki itu mencium kembali pipi Marina dan membuat gadis itu tertawa.

"Beam hentikan" rengek Marina

Lelaki itu sedih memandang wajah kekasihnya yang pucat.

"Kau langsung kesini setelah dari kampus?" Tanya Marina membuka percakapan.

Beam hanya mengangguk sembari mendorong sang kekasih kedalam rumahnya.

"Aku rindu melihatmu ada di kampus. Rindu mengunjungi mu di kelas dan duduk di sebelah mu lalu membuat dosen menyuruhku pergi. Sudah 2 minggu kamu tidak masuk." Marina tersenyum getir mendengar ucapan kekasihnya.

"Aku akan segera pulih." Seru Marina

"Apa kah penyakit mu sangat parah hingga kau harus duduk di benda ini." Seru Beam.

Sementara itu di tempat lain, gadis dengan rambut coklat gelap, panjang sepundak, dan mengenakan jaket kulit hitam dengan dalaman kaos hitam dan di balut dengan celana loose jeans serta mengenakan boots hitam sedang menatap lawan bicaranya dengan malas.

"Cepatlah katakan, aku tak memiliki banyak waktu." Seru nya sembari membuka kaca mata keluaran brand terkenal.

Lawan bicaranya menatap gadis di depannya itu dengan malas.

"Sepertinya hubungan kita harus usai di sini. Kita sama-sama sudah tak ada rasa." Gadis itu mengangguk setuju dengan pemikiran sang lelaki.

Gadis tersebut adalah Messha. Gadis itu sangat dingin bagaikan es dan sangat jutek. Namun, gadis itu akan mengeluarkan warna aslinya ketika sudah akrab dengan seseorang.

Mata cantiknya itu menatap gadis yang duduk tak jauh dari tempat mereka, terus-terusan menatap ke arah mereka dengan gelisah.

Messha berdiri dan mendekat ke meja gadis yang berwarna merah gelap tersebut. Messha menelisik penampilan gadis yang mengenakan dress coklat ketat tersebut.

"Kau hanya akan bertahan 4 minggu sebagai mainan barunya." Gadis yang di ajak bicara terlihat sangat ketakutan.

"Baiklah, kita akhiri di sini. Nikmatilah mainan baru mu." Messha pergi dari restaurant tersebut sambil menenteng tasnya dan kembali kedalam mobilnya.

Messha mengehela nafas, tak habis pikir dirinya di kalahkan dengan wanita murahan seperti tadi.

Messha memeang terkenal dengan ke sassy-anya dan ke sombongannya. Kehidupannya dari kalangan atas membuat Messha tak pernah menghargai hal kecil yang di dapatnya. Kehidupan Messha pun hanya di penuhi dengan senang-senang dan pesta. Akan tetapi, Messha sebenanrnya sangat kesepian. Dia membutuhkan teman pendamping yang tepat untuknya. Dirinya yang tak memiliki aturan harus mendapatkan pasangan yang tentunya punya aturan. Dirinya yang kurang disiplin tentunya harus mendapat pasangan yang disiplin. Dan yang terpenting, pasangan yang menyayangi dirinya sebagai dirinya dan hanya karena dirinya, bukan karena hal lain.

Sorry, I Love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang