"Aku tidak mau." Sudah berulang kali lelaki itu menegaskan jika dia tak mau ikut pergi dengan sang ayah yang sedari tadi mengajaknya untuk ikut makan siang.
Lelaki itu sangat tahu maksud paksaan sang ayah—menjodohkannya. Dia bahkan heran mengapa ayahnha sangat ngotot menyuruhnya segera menikah padahal dia belum ingin.
"Dean, kau sudah menginjak kepala tiga. Seharusnya kau sudah menikah dan memilik anak! Tidak kah kau lelah terus bermain kesana kemari tak jelas. Kau seharusnya berpikir dan bersikap dewasa!" Sang ayah bersuara.
"Aku belum ingin menikah." Seru Dean
"Untuk mu tak ada urusannya kau ingin atau tak ingin. Sebagai anak ku kau harus segera menikah! Aku akan lebih tenang setelah kau memiliki sosok pendamping."
Dean menatap sang ayah kesal dengan perkataanyaa.
"Aku bisa mencari sendiri, kau tau—ini tidak akan berhasil meski kau membawakan ku 40 gadis sekali pun!" Seru Dean tak kalah keras.
"Aku sudah memberikan mu kesempatan untuk mencari sosok itu sendiri, namun nyatanya kau malah berkeliaran mencri gadis untuk di tiduri. Aku tak ingin kejadian beberapa waktu terulang lagi. Seorang gadis mengaku telah kau tiduri!!" Dean menatap sang ayah tak percaya karena mengungkit kejadian dimana Daya menghampiri sang ayah di kantornya.
"Ikuti saja perintah ku, dari sekian banyak gadis yang ku kenalkan pasti ada yang menarik perhatian mu!" Seru sang ayah.
"Apa kau sudah mengatur pertemuan dengan tuan Nan?" Sang ayah menghela nafas dan menggeleng lalu meninggalkan Dean dengan kesal.
Sementara itu, Messha sangat bosan dan memutuskan untuk menghampiri tempatnya berlatih kuda. Dia tak berniat menunggangi Philips, dia hanya datang berkunjung dan memesan makanan di cafetaria.
"Kau terlihat sedih!" Messha mengangkat kepalanya dan mendapati salah satu kenalannya yang berasal dari club kuda yang sama.
"Kau berlatih juga selain waktu libur." Seru Messha.
"Kau adalah orang yang ekspresif, aku bisa melihat perasaan mu dari taut wajah mu." Seru sosok yang kini duduk di hadapan Messha.
"Terserah kau saja, Erika." Seru Messha berujar kepada gadis yang bernama Erika tersebut.
"Kau tahu, Dean adalah pemilik tempat ini?" Tanga Erika tiba-tiba.
"Ya." Jawaban singkat itu cukup menjawab pertanyaan Erika.
"Apa kalian berkencan?" Messha terkekeh kecil mendengar pertanyaan konyol dari Erika.
"Apa kau juga salah satu pengagum nya? Tanya Messha
"Pengagum? Oh— apakah kau sudah bertemu Daya?" Erika menjawab terlihat sangat terbiasa.
"Ya, dia selalu berada di sekitar Dean meski lelaki itu sangat terang-terangan mengusirnya pergi. Kedekatan keduanya terjadi akibat kecelakaan." Sambung Erika sembari menggoyangkan kedua jatinya di udara pad kata terakhir.
"Oh ayolah, itu hanya one night stand namun gadis itu sudah menggila dan merasa dirinya spesial." Messha menjawab dengan suaa sedikit mengejek.
"Yaa— Dean tak pernah melakukannya dengan sembarang perempuan bahkan dia tak pernah terlihat mengencani atau sekedar dekat dengan seseorang. Baik waktu singkat atau panjang, tapi kejadian itu di luar kontrolnya. Terlalu mabuk dan tak sadar mereka melakukannya." Erika sangat punya waktu bergosip mengenai orang lain.
"Kurasa lelaki itu berlagak sulit untuk di dapatkan. Dia suka seseorang seperti Daya mengejarnya dan memohon kepadanya. Aku tak sudi!" Seru Messha menyesap minumannya cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I Love you
Teen FictionMessha merasakan jantungnya terus berdetak cepat saat berdekatan dengan Beam, kekasih Marina-kembaranya sendiri.