Matahari di Malam Hari

11 1 0
                                    

Messha sudah merasa jauh lebih baik sekarang meski sesekali rasa nyeri itu menyerang pada pinggangnya.

Messha menatap dirinya pada pantulan  kaca. Luka di sisi rahangnya cukup membaik dan di tutupi dengan plaster transparant. Hari ini dia akan pergi bersama Dean dan Marina serta Beam untuk makan siang bersama. Ntahlah apa yang mau Marina lakukan. Messha mengenakan kemeja putih besar dan loose jeans dan di padukan dengan boots heels hitam. Messha menguncir rambutnya asal sehingga membuat anak rambutnya beragaian namun malah memberikan efek yang bagus untuk nya.

Messha sudah di lobby saat mengetahui Dean sudah dekat. Hari ini dia pergi bersama dengan Dean ke tempat yang sudah di katakan. Sebuah restaurant yang menjual makanan dari manca negara yang terkenal sangat ramai dan juga kualitas makanan yang bagus.

Messha melihat Range Rover hitam yang dari kemarin dia naiki. Keluarlah seseorang dari mobil tersebut yang mana sangat cocok dengan pemiliknya.

Dean keluar dan memperlihatkan dirinya yang di balut kemeja kerja berwarna putih yang lengannya di gulung asal sampai siku dan celana bahan warna abu-abu.

"Ayo!" Dean mengisyaratkan Messha untuk bergerak karena lelaki itu sebenanrnya memilki jadwal yang ketat hari ini.

"Bagaimana pinggang mu?" Tanya Dean.

"Lebih baik." Sahut Messha.

"Terimakasih!" Messha tiba-tiba bersuara dan Dean langsung menatap Messha sekilas.

"Sangat aneh mendengarkan kau bertutur kata sopan." Dean memulai aksi menggodanya namun Messha tak meladeninya. Terlalu lelah untuk membuang energinya.

Keduanya sudah sampai di restauran yang dituju. Messha sempat terdiam di dalam mobil sebentar sebelum Dean menyadarkan lamunannya.

"Ah akhirnya kalian datang." Marina menyapa keduanya saat menghampiri di meja yang sudah di siapkan.

"Bagaimana keadaan mu?" Sambung Marina

"Lebih baik." Sahut Messha dan duduk di sebelah Beam yang sedari tadu menatapnya dengan cemas.

"Aku sudah memesankan makanan untuk kalian. Kalian pasti akan menyukainya." Marina duduk di seberang Beam sembari tersenyum.

"Tuan Dean, senang bertemu dengan anda." Beam menjabat tangan Dean sebelum duduk di bangkunya.

"Senang bertemu dengan mu lagi, Beam." Dean membalas sapaan Beam sembari melirik Messha sekilas. Messha hanya diam tak bergeming karena dia terlalu malas memperhatikannya.

"Jadi, apa yang ingin kau katakan?" Messha langsung menuju inti.

"Kita akan bahas saat makanan datang nanti." Marina tersenyum semang.

Selang beberapa menit makanan sudah mendarat di meja mereka. Messha menatap lurus kearah makanannya, Tikka masala; kari ayam khas india yang mana Messha tidak menyukai makanan yang berbahan kari. Melihat ada keraguan dari diri Messha, Beam yang sedari tadi memperhatikan perempuan di sebelahnya itu menukarkan piringnya dan tentunya kedua orang di sebrang sana memperhatikan dengan perasaan berkecamuk.

Beam menukarkan nasi briyani kesukaan nya dengan makanan milik Messha.

"Makan lah!" Beam berkata seraya memakan makanan dari piring yang di tukarnya.

"Maaf aku tak tahu kau tak menyukainya. Apa kau ingin pesan lagi?" Marina merasa tak rnak karena dia sangat mengetahui Beam menyukai nasi briyani dan kini merelakannya untuk Messha.

"Akan menakan waktu lebih banyak untuk menunggu. Dean masih banyak urusan." Sahut Messha tanpa melihat ke arah Dean.

"Lalu, apa yang ingin kau sampaikan, nona Marina?" Dean membuka pertanyaan.

Sorry, I Love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang