Messha menarik pelan rambutnya sendiri saat mendengar suara Marina dari luar kamarnya.
"Bangun lah, kita akan pergi! Aku dan Beam sudah siap!" Messha sudah berkali-kali menolak permintaan Marina yang memaksanya ikut pada karnaval yang sama saat Beam ingin mengajaknya kesana.
"Aku bahkan tak sudi ke sana!" Messha masih di kasurnya. Namun, suara Marina serta ketukan itu lama-lama membuat Messha geram.
"Bisa kah kau berhenti!!" Messha membuka pintu dengan kasar dan menampilkan Marina yang sudah rapih dalam balutan dress.
"Ayolah, aku ingin mengajak mu pergi ke tempat yang Beam janjikan tempo dulu namun gagal." Seru Marina dengan senyuman.
"Aku sudah berkali-kali mengatakan tidak!" Sahut Messha sembari merapatkan kimono tidurnya karena sadar Beam sedari tadi menatap.
"Kumohon, ayolah!" Marina masih berusha membujuk Messha yang bebal, "kau mandi kah aku akan merapikan kamar mu!" Marina langsung menerobos masuk ke kamar Messha.
"Dingin sekali kamar mu!" Seru Marina tak tahan dengan suhu ruangan kamar Messha lalu membuka tiri dan membuat cahaya matahari memasuki ruangan.
"Kau mandilah lalu sarapan. Aku sudah membuatkan roti isi kesukaan mu." Seru Marina dengan perhatian.
Messha terdiam dan menatap Marina yang kini sibuk menata bantal.
"Ayolah, tunggu apa lagi!?" Tanya Marina mengomel layaknya kepada anak umur sepuluh tahun.
Messha masih mendapati Marina di kamarnya yang kini tengah duduk di depan meja riasnya. Perempuan itu melihat lihat koleksi parfume dan make upyang dimiliki Messha.
"Ah kau sudah selesai rupanya." Seru Marina melihat Messha dari pantulan kaca.
"Aku akan tunggu di luar." Marina keluar dari sana dan meninggalkan Messha yang linglung—ini terlalu pagi untuk Messha mandi.
"Hmm— wangi ini rasanya tak asing." Marina mengendus kearah Messha yang batu saja keluar dari kamar.
"Seperti wangi di mobil Beam." Sambung Marina.
Messha lantas menatap Beam yang sedari tadi menatapnya lekat.
"Ah sudahlah, ayo berangkat. Hari ini kita harus senang-senang."
"Kau tidak boleh terlalu lelah!" Seru Beam kepada Marina yang sangat bersemangat ini.
"Aku tak khawatir karena aku pergi bersama kalian. Aku sangat senang."
Messha yang masih setengah mengantuk sama sekali tak tertarik dengan obrolan keduanya.
Selama di mobil, Messha merasa tersiksa mendengar perkataan cinta dan perlakuan mesra yang di pertobtonkan oleh kedua manusia di depan Messha. Perempuan itu membuang wajah menatap pemandangan jalan. Itu cukup lama sampai Marina menegurnya.
"Messha, kau sangat diam, ada apa?" Marina melihat Messha.
"Aku mengantuk!" Seru Messha singkat dan kembali mengalihkan pandangnnya.
"Bersabarlah sedikit, kita akan bersenang-senang nanti! Kau bisa tidur sembari menunggu kita sampai di tujuan." Tanpa perintah dari Marina, Messha sudah memejamkan matanya.
Sementara itu, Beam sedari tadi mencuri pandang kearah Messha melalu kaca spion depan. Entah mengapa lelaki itu justru mengkhawatirkan posisi tidur Messha sekarang.
"Apa dia akan baik-baik saja?" Tanya Beam
"Maksud mu?" Marina mengikuti arahan dari Beam.
"Kurasa dia aka mendapatkan ngilu pada lehernya." Seru Marina menatap Beam yang kini sangat khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I Love you
Teen FictionMessha merasakan jantungnya terus berdetak cepat saat berdekatan dengan Beam, kekasih Marina-kembaranya sendiri.