Lautan lebih cerah dari pada Langit

5 2 0
                                    

Messha membanting pintu saat tiba dirumah. Hal itu membuat beberapa pegawai yang berjaga terkejut. Bahkan sang ayah yang masih terjaga pun tak terima dengan perlakuan Messha.

"Ada apa? Darimana saja kau!" Messha menatao sinis ayahnya. Sang ayah menatap Messha balik dengan tajam.

"Aku lelah! Besok saja kita bicara." Seru Messha melenggang pergi menuju kamarnya.

"Lelaki itu benar-benar kurang ajar! Seharusnha dia sadar siapa dirinya! Aku benar-benar muak dengan lelaki itu!" Messha sangat mendidih sekarang hingga dia baru menyadari ponselnya tak bersama dirinya.

"Argh!" Messha mengutuk dirinya yang terlalu semberono.

Suara ketukan di pintu tambah membuat Messha kesal. Dirinha mendapati sang ayah yang menyodorkan ponselnya.

"Putra tuan Han ingin berbicara dengan mu, kau meninggalkan ponsel mu?" Messha kini tahu kemana ponselnya pergi.

"Temui aku besok jam 10 pagi tepat di kedai kopi" panggilan terputus tepat setelah lelaki itu bersuara.

Messha membean wajahnya pada banyal dan berteriak untuk melepaskan ke kesalannya.

"Tuhan, bawa saja aku pergi!" Messha mengeluh kesal karena lagi dirinya harus berainggungan dengan Dean.

Messha baru tiba pukul 11:22 dan mendapati Dean yang memberinya tatapan menakutkan.

"Kau terlambat! Kau harus tepat waktu, bagaimana jika kau memiliki janji dengan klient mu?" Messha menulikan pendengarannya dan langsung duduk di depan Dean.

Lelaki itu terkejut dengan perlakuan Messha.

"Aku belum sempat sarapan!" Seru Messha langsung melahap makanannya yang sudah datang.

Dean menghela nafasnya kasar.

"Mana ponsel ku!" Messha menagih miliknya.

"Kau sudah salah dan seperti ini cara mu meminta barang mu kembai, cih!" Dean benar benar jengah dengan Messha.

"Cepat lah kembalikan! Aku banyak kegiatan." Messha yang masih mengantuk tak punya cukup tenaga untuk berdebat.

"Ku rasa harus ada orang lain yang mengajarkan mu cara meminta maaf dan bertutur kata baik pada orang lain!" Seru Dean lalu meletakan ponsel Messha kasar di atas meja lalu pergi. Lelaki itu hampir gelap mata dengan kelakuan ajaib Messha. Sementara itu, Messha menatap lelaki itu kesal. Dia tak suka perlakuan lelaki itu meletakan ponselnya. Bukan takut ponselnya rusak. Hanya saja cara Dean mengembalikannya sangat kasar.

Messha mengejar lelaki itu, "tunggu!" Dean terkejut saat mendapati perempuan kecil itu berdiri di depannya sambil merentangkan tangannya sebagai isyarat berhenti.

"Terima kasih, Tuan Dean!" Messha bersuara dengan menekan semua kata yang terucap.

Dean mengangkat sebelah alisnya.

"Apa menurut mu seperti ini adalah cara yang tepat?" Messha menghela nafasnya menahan amarahya melonjak.

"Terserah! Aku sudah berterima kasih!" Messha memutarkan tubuhnya berniat pergi dari sana, namun Dean lebih dulu menarik tubuh Messha mendekat pada dada bidangnya.

"Apa yang kau lakukan, sialan!" Messha terkejut dan tak suka dengan perlakuan Dean.

"Sepertinya aku yang akan mengajarimu cara beratata kerama dengan baik!" Dean membisikan kata itu tepat di telinga kiri Messha.

Dengan cepat gadis itu menepis tubuh besar Dean dari dirinya dan menjauh.

"Urus saja bisnis mu, tuan!" Dean menatap dingin gadis yang kini pergi menjauh bersama mobilnya.

Sorry, I Love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang