Siang ini Messha duduk sendirian di salah satu Cafe dekat rumah sakit. Messha baru saja mengunjungi Marina singkat. Dia hanya datang, melihat, dan pergi. Begitulah setiap saat jika dia datang mengunjungi Marina. Messha hanya tak tahu apa yang harus di lakukannya. Berbicara pun percuma, Marina akan diam saja.
Messha mengunyah croissant yang sedari tadi di tangannya. Seketika ponselnya bergetar.
"Ada apa?" Tanya Messha sembari mengunyah.
"Kau sedang makan? Seharusnya kau kunyah dulu baru berbicara" Messha memutar malas bola matanya.
"Kau di mana?"
"Di cafe" seru Messha singkat
"Kirimkan lokasi mu, aku akan kesana sekarang." Panggilan terputus.
Messha tak berkomentar namun melakukan apa yang di pinta tadi.
Hampir setengah jam Messha menunggu kedatangan irang tersebut, gadis itu hampir saja pergi dari sana jika saja lelaki itu tak muncul di hadapannya sekarang.
"Maaf, jalanan sangat macet." Seru lelaki itu sambil mengatur nafasnya.
"Kau seperti habis berlari maraton, Beam." Seru Messha berjalan keluar dari Cafe tersebut.
"Kau mau kemana?" Tanya Beam mengikuti Messha keluar.
"Kau ingin melihat Marina bukan?" Seru Messha
Beam menggelengkan kepalanya, "tidak, untuk sekarang lebih baik aku tidak mengunjunginya." Seru Beam sedih
"Mengapa? Bukannya selama ini kau sangat ingin bertemu dengannya?" Messha memasang wajah bingungnya.
Beam terkekeh kecil melihat ekspresi Messha. "Ibu kalian sepertinya tak senang jika aku datang ke sana." Messha yang melihat Beam sedih seketika memiliki ide untuk menghibur lelaki tersebut.
"Sudah jam satu, apa kau sudah makan?" Tanya Messha
Beam menggeleng.
"Ayo bawa aku ketempat makan." Messha mendahului Beam menuju mobilnya.
Keduanya sedang menikmati makanan masing masing dengan tenang. Beam terlihat sangat lapar dan tak sadar Messha sedari tadi menatapnya.
Messha tiba-tiba mengingat wajah khawatir Beam saat bertemu Marina. Messha baru pertama kali melihat pria yang benar-benar terlihat sangat menyayangi dan mencintai pasangannya. Messha berandai, jika dulu Marinalah yang di bawa sang ayah apakah dirinya juga akan mendapatkan apa yang Marina miliki—Beam.
Sebenarnya di setiap hubungan masalah yang sama selalu menghantam hubungan Messha, rasa bosan dan jenuh selalu datang. Di tambah sosok pasangan yang tak memahami dirinya.
"Messha?" Tanya Beam
"Ada apa?" Sambung Beam setelah mendapati wajah Messha yang terkejut.
"Aku tak menyangka kau adalah anak Tuan Nan." Seru Beam
"Apakah kau benar-benar kekasih Marina? Bagaimana bisa hal sekecil itu kau pun tak tahu." Seru Messha sembari menggeleng kepalanya.
"Marina hanya menceritakan jika ayahnya pergi setelah bercerai." Seru Beam
"...dan juga dia tak pernah bilang memiliki saudari kembar." Sambung Beam.
"Memang sudah berapa lama hubungan kalian?" Seru Messha
"Sekitar 2 tahun sebelum dia menghilang, jika di hitung total hubungan kami berjalan sudah 7 tahun." Seru Beam
"Benarkah? Apa kau tak bosan?" Seru Messha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I Love you
Teen FictionMessha merasakan jantungnya terus berdetak cepat saat berdekatan dengan Beam, kekasih Marina-kembaranya sendiri.