Matahari tak bisa menyelami lautan

9 2 1
                                    

Sepertinya alasan utama sang ayah kemari adalah mengurus bisnis barunya. Ini sudah seminggu Messha mendekam di Apartment yang sepi itu. Dia sungguh merindukan kesibukannya bersama teman-temannya yang kini sedang asik berpesta. Messha menyadari hiduonya sangat hampa. Ingatannya kembali pada acara makan malam perdana dengan keluarga baru sang ibu. Walau tak suka di sana tapi Messha dapat merasakan kehidupan yang di hiasi dengan kebersamaan dan kehangatan. Marina sangat beruntung karena di kelilingi dengan orang-orang yang menyayanginya.

Messha menghela nafasnya dan menatap kearah jendela besar yang menampilkan gedung-gedung tinggi.

Messha merasa iri sebenarnya, jika saja ayahnya dan ibunya tidak berpisah maka dia dapat merasakan kasih sayang yang di dambakannya selama ini. Messha masuk dalam lingkungan yang dapat di katakan tidak sehat. Kehidupannya sangat bebas dan tak ada batasan. Messha banyak di kelilingi laki-laki kurang ajar, obat terlarang, alkohol, dan sex bebas. Berkali-kali Messha menjalani hubungan dengan banyak laki-laki dalam waktu yang singkat. Jika di tanya alasannya mengapa tak ada satu laki-laki yang bertahan dalam menjalani hubungan. Messha yang cepat merasa jenuh dan belum menemukan sosok yang cocok dengannya terus saja bergaul dengan banyak laki laki. Mulai dari teman kuliahnya hingga pengusaha atau lelaki dari kelasnya. Jatuh cinta bukanlah hal yang mudah di rasakan Messha. Lebih tepatnya dia tak pernah merasakan apa yang orang katakan ketika jatuh cinta.

"Jika ayah ku menanyakan kemana aku pergi, katakan aku pergi ke pusat berbelanjaan." Seru Messha tanoa menatap lawan bicaranya.

"Apakah nona membutuh seseorang untuk menemani?" Messha menggeleng dan pergi keluar.

Di sana, tepat di hadapan Messha melihat dua pasang muda mudi sedang berjalan sembari bergandengan dan berbucara. Gadis itu daoat merasakan hal kecil tersebut sebagai hal yang romantis dari pada menghabiskan waktu bersama di tempat mewah namun tak ada kaitannya dengan hubungan yang di jalani. Messha memejamkan matanya, membayangkan dirinya sekarang dapat menemukan sosok yang dapat mengisi hari-harinya.

Lelaki itu duduk di salah satu Coffee shop yang selama 5 tahun ini terus di datanginya hanya untuk mengingat memori yang pernah terjadi di sini. Tempat ini mungkin banyak berubah, tapi Beam tetap merasakan memori indah yang sama.

Coffee shop itu adalah tempat dirinya dan Marina menghabiskan waktu bersama saat kuliah. Tempat pertama Beam bertemu dengan Marina. Pertemuan keduanya cukup berantakan karena Marina menumpahkan minuman kearah Beam. Mengingatnya saja membuat Beam tersenyum tipis. Dia mengingat jelas bagaimana paniknya Marina dan terus meminta maaf kepada dirinya. Saat itu juga lelaki tampan tersebut jatuh cinta pada gadis cantik tersebut.

"Ada apa?" Beam mengangkat teleponnya malas

"Apa kau di Coffee shop dekat kampus?"

"Iya, ada apa Time" Beam menyesap minumannya.

"Aku—

"Cepat katakan ada apa?" Beam kesal dengan Time yang mendadak gagu.

"Aku melihatnya di sini." Beam yang tak paham maksud Time meninggikan suaranya dan membuat beberapa pengunjung tempat itu terkejut.

"Coba katakan dengan jelas, Time" abeam sedikit berbisik dan menuju mobilnya.

"Aku sekilas melihat perempuan seperti Marina." Beam membukatkan matanya dan menegang.

"Kau di mana? Aku akan kesana" Beam langsung menarik pedal dan melaju menuju ke beradaan Time. Sepanjang jalan Beam terus memaki para pengendara lain karena memperlambat dirinya.

Beam yang lelah akibat berlari dari parkiran menuju tempat Time berada. Lelaki itu dapat melihat sang teman sedang duduk dan memainkan ponselnya.

"Di mana dia?" Beam bersuara sambil mencoba menstabilkan nafasnya.

Sorry, I Love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang