Komet jatuh pada Matahari

4 1 0
                                    

Dean, lelaki itu duduk di dalam ruangan kerjanya dan menghembuskan nafas gusarnya. Tiga hari ini cukup melelahkan untuk Dean. Dari pagi kepagi lagi dia di sibukan dengan urusan bisnisnya. Sebenarnya, ria di percaya mengurus kantor cabang sang ayah di luar negeri. Kepulangannya ke tanah kelahirannya hanyalah paksaan sang ayah yang menuntutnya untuk menikah. Mengingat pernikahan membuat Dean memijat pelan keningnya.

Sudah beberapa gadis yang di perkenalkan sang ayah kepadanya. Dari yang muda sampai tua, dari yang masuk kategori Dean sampai tidak, namun dia tak menemukan gadis yang dapat membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

Ada satu yang begitu dan juga cocok dengan Dean. Namun sayang perempuan itu sudah menikah dan memiliki anak. Teman kuliah Dean di Australia.

Kini, tanpa sengaja dia menemukan sosok lain yang mampu melakukan hal yang sama, bahkan lebih. Dean terpikat dengan kesan cuek dan garang dari sosok perempuan ini. Hanha saja sepertinya ini akan menjadi hal sulit untuk menahlukam perempuan seperti Messha. Ya, Dean menyukai putri dari Tuan Nan, rekan kerja sang ayah. Ntah mengapa sang ayah tak pernah menceritakan kehadiran anak tuan Nan padahal keduanya cukup mengenal satu sama lain. Sebenarnya dia mengetahui tuan Nan memiliki putri kembar, Dean juga tahu Marina yang di rawat dirumah sakit dan penyakitnya. Hanya saja, dia tak tahu jika kembaran Marina sangat berbeda dengan Marina.

Wajah Messha terrekam di pikirannya dan hal itu membuatnya lebih tenang. Mengingat wajah bulat itu tersenyum beberapa waktu lalu membuatnya ikut tersenyum tipis. Dean tak habis pikir mengapa bisa dia menyukai perempuan muda seperti Messha. Tipe perempuan Dean bertolak belakang dengan prilaku Messha. Dean menyukai perempuan lembut dan penurut dan perhatian. Tentu bukan karakter Messha—yang keras kepala dan membangkang— Dean tahu betul Messha adalah perempuan mandiri yang dominan tapi hal itu tak menghalangi tekatnya untuk mendapatkan hati perempuan ignorance tersebut.

Mungkin istilah jodoh pasti bertemu sedang Dean rasakan. Dean melihat perempuan itu duduk di kirsi bar dengan memegang minumannya. Dean mendekat dan duduk di sebelah perempuan yang kini belum sadar akan kehadirannya.

"Apa yang kau pikirkan, Messha." Perempuan itu kini menoleh kearahnya dengan wajah yang sendu.

"Bukan urusan mu." Seru Messha lalu menenggak minumannya dan berniat bangkit.

Namun Dean menariknya lebih dul dan membawanya menuju parkiran.

"Apa kau membawa mobil?" Dean bertanya bersamaan mendorong Messha kedalam mobilnya.

"Tidak, hei apa yang kau lakukan." Seru Messha menolak perlakuan Dean.

"Diam lah, jadilah anak manis yang menurut." Seru Dean dingin kepada Messha yang sebenarnya sudah agak mabuk.

Messha terdiam dan hal itu membuat Dean berpikir dia berhasil menahlukan perempuan itu. Tapi sepertinya dia salah, Messha hanya terlalu lelah dan malas mengeluarkan tenaganya.

Dean memberhentikan mobilnya di pinggir laut. Pemandangan malam ini cukup romantis. Bulan yang berainar terang dan udara yang dingin cocok untuk memadu kasih. Dean diam sebelum menoleh kesamping.

"Mengapa kau membawa ku kemari?" Messha terdengar tidak nyaman.

"Kau takut aku melakukan sesuatu pada mu, huh?" Dean sangat senang menggoda Messha. Apalagi gadis ini agak sedikit mabuk.

"Kau tak akan berani." Seru Messha sombong.

Dean seolah tertantang dengan perkataan Messha. Dengan segera dia menarik tubuh Messha menghadap padanya. Dean merih dagu Messha mendekatkan wajah mereka berdua. Dean dapat mencium jelas wangi Alkohol dan parfume Messha yang bercampur. Mata Dean tak lepas dari kedua manik coklat gelap milik Messha. Semakin dia menatap kedalam semakin menggebu hatinya.

Sorry, I Love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang