💠 13 💠

1.7K 140 4
                                    

Ayam jago terus berkokok menyambut hari paginya yang cerah. Namun tidak dengan Arvin yang masih setia ditempat tidurnya. Bunyi alarm yang sedari tadi berbunyi pun ia hiraukan. Entah kenapa, rasanya sangat lelah pagi ini. Padahal Arvin hanya tidur semalaman penuh.

Drrrtt ... Drrrrtttt ...

Arvin menggeram kesal karena ada seseorang yang mengusik ketenangannya. Meskipun hanya sebuah bunyi telpon, tetapi Arvin sangat kesal dengan bunyi itu.

Dengan tangan yang masih lemas. Akhirnya Arvin meraba-raba kasurnya dan ditemukanlah benda pipih berukuran panjang itu. Tanpa membuka matanya ia langsung mengangkat sambungan telepon itu, menempelkan benda pipih itu ke gendang telinga.

“Hmm.”

ARVIN! Dimana lo! Gue tungguin dibandara. Lo harus jemput gue .... SEKARANG!

Teriakan seorang wanita dari sebrang sana mampu membuat Arvin menjauhkan handphonenya. Namun Arvin tetap menempelkan handphonenya kembali, sambil berkata. “Bentar lagi otw.”

Terdengar helaan nafas panjang darinya, lalu ia pun melanjutkan ucapannya.

Cepetan jemput gue woi! Udah siang banget ini. Emang lo mau gue diculik sama Om-om. Terus gue dibawa, ntar lo------

Tuttt .... Tuttt ...

Tanpa mendengarkan ucapan sang penelepon, Arvin segera memutuskan sambungan teleponnya. Selain Arvin tidak suka diganggu, ia juga tidak suka dengan wanita yang banyak berbicara 'Cerewet'.

Lima puluh menit pun berlalu, gadis yang menelpon Arvin tadi terus saja menelponnya. Namun Arvin menghiraukan bunyi telpon itu, hingga pada akhirnya ia pun kesal, lalu membanting bantalnya dan menekankan tanda hijau dengan kesadaran yang belum terkumpul.

“APA LAGI SIH!” bentak Arvin membuka matanya lebar-lebar.

A-arvan kenapa kamu bentak aku?

Deg.

Arvin melebarkan matanya kaget. Ia melihat ke arah handphonenya yang tertera dengan nama SandranyaArvan. Disertai dengan emot love. Arvin menepuk jidatnya sambil menggelengkan kepalanya.

“M-maaf, aku nggak sengaja bentak kamu. Maaf ya,” ucap Arvin menggerutuki kesalahannya di dalam hati.

Sandra yang berada disana pun menghela nafas lega. Kemudian ia tersenyum manis. “Hari ini kamu sibuk nggak? Kalau nggak aku mau ajak kamu jalan.”

Arvin mengetuk-ngetuk dagunya berpikir. “Kayaknya------.”

Tok.

Tok.

Tok.

Ucapan Arvin terpotong saat menyadari ada seseorang yang mengetuk pintunya secara kasar. Arvin menyipitkan matanya sinis, lalu kembali fokus kepada Sandra.

“Sand, maaf aku tutup telponnya dulu oke. Kayaknya hari ini aku sibuk deh, maaf aku nggak bisa temenin jalan sama kamu. Lain kali aja ya. See you love you.”

Sandra merasakan pipinya memanas. Ia menganggukkan kepalanya, meskipun Arvin tidak melihatnya.

Ohhh ya udah.

Tuttt .... Tuttt ...

Arvin menghela nafas panjang. Syukur Sandra orangnya pengertian, coba kalau tidak. Mungkin Arvin akan kesusahan untuk menjalani hidupnya. Arvin hendak saja berjalan ke arah kamar mandi, namun belum saja melangkah, tiba-tiba ada seseorang yang mendobrak pintu kamarnya.

ARVIN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang