💠 15 💠

2.2K 170 7
                                    

Fita bersorak bahagia karena Arvin akan mengajaknya bertarung malam ini. Fita akan memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan yang ia mau yaitu menjadikan Arvin sebagai pembantunya seminggu penuh.

“Kalau lo kalah, siap-siap jadi babu gue,” ujar Fita menantang.

Arvin berdecih mendengarnya. “Iya kalau memang, kalau nggak. Siap-siap aja kehilangan motor butut lo.”

Fita mendengus sebal. Padahal motornya sangat berharga ketimbang ginjal Arvin, tetapi laki-laki itu sangat senang menghina motor sportnya.

Keadaan sirkuit cukup ramai. Arvin bersiap-siap memakai helmnya, sedangkan Fita menatap Arvin sinis seperti memberikan tanda permusuhan.

Brumm ....

Brumm ....

Saat bendera kotak-kotak dikibarkan ke atas. Fita dan Arvin sama-sama melajukan motornya secara bruntal. Para penonton pun bersorak kegirangan, namun tanpa mereka sadari ada seseorang yang mengawasi kegiatan mereka sedari tadi.

Orang itu menggelengkan kepalanya, lalu mengeluarkan handphonenya. “Hallo, ke jalan adeglar sekarang. Lo harus lihat semuanya.”

Lihat? Lihat apa sih Rob. Gue lagi kerjain tugas, nggak ada waktu buat kesana.

Sandra mengerucutkan bibirnya. Gila aja Robi mau mengajaknya ke jalanan malam-malam begini. Dan pastinya Sandra akan menolak.

Ya, orang itu adalah Robi. Sahabat Sandra dari SMA. Ia sangat penasaran mengenai Arvan. Hingga terbongkar kalau nyatanya itu memang bukan Arvan, melainkan Arvin.

“Lo harus dateng malam ini. Sand, ini menyangkut Arvan!”

Robi menutup telponnya secara sepihak. Ia yakin kalau sudah menyangkut Arvan, Sandra pasti tidak akan diam. Dan ini cara satu-satunya agar semuanya terbongkar dengan jelas tanpa harus melibatkan siapapun.

Sedangkan disisi lain, Sandra mengernyitkan dahinya bingung. Sudah dipastikan kalau menyangkut tentang Arvan, seberapa sibuknya Sandra, akan dia tunda. Dan ya, sekarang Sandra sudah siap-siap untuk bertemu Robi.

****

“FREE!!”

Seru Fita menghentak-hentakan kakinya kesal. Ia tidak percaya dengan hasil yang temannya itu bicarakan, bagaimana hasilnya bisa sama? Padahal jelas-jelas Fita sudah bersusah payah menyalip motor Arvin hingga lelaki itu hampir saja terjatuh tadi.

Arvin yang gemas pun mengacak rambutnya gemas. “Udah kali Fit, lo sama gue emang punya kemampuan yang sama. Jadi jangan heran kalau kita sama-sama kalah dan sama-sama menang.”

Fita menepis tangan Arvin kesal. “Nggak! Nggak ada dalam sejarahnya kalau Fita kalah. Gue mau pertandingan ini kita ulang.”

Arvin menghela nafas panjang. Bagaimana ia berbicara dengan baik kalau Fitanya saja sangat bersikeras untuk mengulang pertandingannya. Saat Arvin ingin melontarkan ucapannya, tiba-tiba ada seseorang yang menelponnya.

“Hal----.”

Kamu lagi dimana Van, bisa tolong temenin aku nggak?

Arvin menggaruk-garuk kepalanya bingung. “A-aku lagi sibuk banget Sand. Maaf ya, ini aja aku lagi ngerjain tugas buat besok.”

Entah kenapa setelah mengucapkan itu hati Arvin terasa sakit. Padahal biasanya ia akan berbohong kepada Sandra. Tetapi kenapa malam ini rasanya sangat beda?

Ohhh sibuk ya. Ya udah, lanjutin aja tugasnya. Aku tutup telponnya ... Bye!

Arvin termenung mendengar balasan Sandra yang seperti memendam sesuatu. Fita menjewer telinga Arvin agar lelaki itu tersadar, karena sedari tadi Fita berceloteh kesana-kesini, tetapi Arvin hanya diam tidak menjawab.

Arvin yang sudah tersadar pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Fita yang melihat itupun mendengus sebal. “Lo kenapa sih?”

“Nggak, emang gue kenapa?” tanya Arvin balik.

Fita menggeleng. “Lo aneh tau nggak? Dari tadi gue ngomong sama lo, tapi lo malah ngelamun. Mikirin apaan sih?”

“Nggak mikirin apa-apa. Cuma keinget Sandra aja,” balas Arvin membuat Fita terdiam di hadapannya.

Arvin tersenyum canggung, lalu ia meraih tangan Fita untuk ikut dengannya. Namun saat Arvin ingin melangkah, tiba-tiba ada seseorang yang menghalangi jalan mereka.

Plak!

Arvin mendongakkan kepalanya, dan betapa terkejutnya dia saat melihat Sandra yang sudah berada di hadapannya. “BAJINGAN!” bentaknya kasar.

Arvin tiba-tiba membeku di tempat. “K-kamu? Sejak kapan disini?” tanya Arvin panik.

Sandra tersenyum kecut. “Lo yang ngapain disini? Dan yah, gue udah denger dari orang-orang. Kalau lo!” Tunjuk Sandra kepada wajah Arvin yang memanas. “Arvin, bukan Arvan.”

Tangisan Sandra tiba-tiba meluncur begitu saja. Tatapannya yang tajam, kini berubah menjadi sayu. Nafasnya tersengal-sengal saat kebenarannya sudah terungkap.

“L-lo bohongin gue hiks ... Lo bilang, lo Arvan! Tapi apa? Lo sama sekali nggak bilang kalau Arvan kakak lo, dan lo!” Sandra mengusap air matanya kasar. “LO ADEKNYA!”

Deg.

Seketika jantung Arvin berdegup kencang. Arvin tertawa miris. “Lo bener! Gue Arvin. Arvin yang selama ini berpura-pura jadi Arvan. Kalau lo tanya kenapa gue jadi Arvan, lo bisa tanyain itu ke pacar lo yang sekarang tengah di rumah sakit.”

Jlep.

Bagaikan ditusuk ribuan pisau. Sungguh Sandra sangat kaget dengan ucapan yang Arvin lontarkan. Jadi selama ini Arvin membohonginya sampai kini? Dan apa yang terjadi setelahnya jika semuanya sudah terbongkar?

“Lo iblis! Lo nggak bilang sama gue kalau lo bukan Arvan hiks ... Kenapa harus lo yang dateng, kenapa nggak Arvan? Kenapa?!” jerit Sandra memukul-mukul dada bidang Arvin.

“Karena dia sakit. Arvan sayang banget sama lo, sampai-sampai dia nitipin lo buat gue jaga. Asal lo tau, semenjak gue kenal sama lo, nggak ada rasa apapun diantara kita. Gue cuman nganggap lo sebagai calon kakak ipar gue, nggak lebih!” tegas Arvin mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Sandra menatap Arvin linglung. Robi yang berada di sebelah Sandra pun langsung menggenggam tangannya memberikan kekuatan. Sedangkan Fita hanya diam menyaksikan perdebatan mereka.

“Dan sekarang, tugas gue udah selesai. Lo udah tau gue siapa, dan gue udah dapet kabar kalau Arvan mau pulang ke Indonesia. Jadi lo nggak perlu repot-repot dateng ke London buat jengukin Arvan. Mungkin juga gue dan lo nggak bakalan deket lagi,” ucap Arvin membuang pandangannya ke arah lain.

Sandra yang mendengarkan itupun hanya diam seribu bahasa. “L-lo beneran mau jauhin gue setelah ini?”

Arvin menoleh ke arah Sandra. “Mungkin!”

===================================

Bersambung ...

ARVIN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang