Arvin hanya diam memperhatikan kegiatan Fita dari ekor matanya. Sekarang keluarga Mixcel tengah berkumpul di ruang keluarga. Mereka sama-sama menonton televisi dan bercerita kesana-kesini.
“Beberapa bulan lagi kalian akan lulus, Ayah mau tanya sama kalian. Setelah lulus, kalian akan berkuliah dimana?” tanya Galuh memakan gorengan buatan Fita dan Dira.
“Ayah, aku sih mau ikut sama kak Alvin di London. Nggak papa kan? Arlina pengen banget jadi model,” ucap Arlina bersemangat.
“Kalau Arvin sama Arvan mau kuliah dimana?" Dan kini giliran Dira yang bertanya.
Arvin hanya diam tidak menjawab, sedangkan Arvan hanya tersenyum tipis. Ia tidak yakin jika bisa meneruskan pembelajarannya ke jenjang yang tinggi. Mengingat umurnya yang sudah kian menipis membuatnya kebingungan menjawab pertanyaan orang tuanya.
“Kak Arvin pasti akan berkuliah di Brazil, aku sudah tahu dari catatan yang dia berikan waktu kelas lima SD. Dan dia bilang, dia akan berkuliah disana sampai bisa bikin perusahaan sendiri, bukan begitu, kak?” tanya Arlina yang di angguki oleh Arvin. Memang adiknya itu, selalu tahu apa yang ingin Arvin peroleh, salah satunya. Cita-citanya menjadikan perusahaan besar melewati Ayahnya.
“Wohhh!” Heboh Alvin bertepuk tangan. “Ternyata adikku ini memang bisa mencari cita-cita yang bermutu.”
Arvin menatap Alvin sinis. “Iyalah, kan cita-cita harus setinggi langit, bukan setinggi tiang listrik di komplek sebelah.”
Semua keluarganya tertawa garing mendengarkan perdebatan kakak beradik itu, tatapan Dira beralih kepada Fita yang sedari tadi hanya diam tidak bersuara.
“Fit, kalau kamu mau kuliah dimana?” tanya Dira menghentikan tawanya.
Fita melihat Galuh yang tersenyum ke arahnya. Lalu melihat ke arah para kakak-kakak tirinya yang juga tersenyum, tetapi tidak dengan Arvin yang menatap Fita datar.
Fita menghela nafas panjang. Ia menatap lurus ke arah televisi yang tengah menayangkan film 'ikatan cinta' dari channel RCTI.
“Aku tidak akan berkuliah Bund, lagian aku mau fokus cari kerja setelah lulus sekolah SMA, bisa bersekolah beberapa bulan pun aku udah bahagia. Jadi buat apa aku berkuliah, yang ada aku hanya menyusahkan kalian.”
Dira mengusap kepala Fita lembut. Arlina yang mendengarnya pun mendekat ke arah kakak tirinya. “Jangan gitu lah, kita harus sama-sama punya cita-cita yang tinggi. Kalau lo nggak kuliah, keluarga kita bisa dianggap kurang mampu, padahal kan harta kita dimana-mana. Dan aku yakin buat nyekolahin kita berempat pun, Ayah nggak akan bangkrut, kok.”
Galuh terkekeh mendengar ucapan anak bungsunya itu. Memang benar, seberapapun Galuh menyekolahkan anak-anaknya. Pasti hartanya tidak akan bangkrut dalam sekejap, lagian Galuh mengharapkan anak-anaknya mempunyai kehidupan yang cerah melewati dirinya.
“Alvan bilang di Milan, Mevan selalu sendirian. Bagaimana kalau kamu berkuliah di Milan sembari mengasuh Mevan yang bandel itu,” usul Galuh yang membuat mata Fita berbinar.
“Mevan? Anaknya kak Medina? Yang imut dan lucu itu? Ahhh mau banget... Tapi----.”
“Tapi kenapa sayang? Kamu tidak akan kekurangan disana, tenang saja. Ayah akan menyuruh Alvan untuk menjagamu selama di Milan. Lagian setelah bersekolah di Milan, kamu bisa pindah ke Australia untuk menggapai cita-citamu disana. Ayah harap kamu mau, sebab Ayah kasihan kepada cucu Ayah, Mevan selalu curhat lewat telpon kalau dia sering sendirian.”
Fita tertegun mendengar ucapan Galuh, memang ia sudah sangat menyukai Mevan, selain Mevan jahil. Bocah laki-laki itu juga memiliki kepribadian yang sama. Dan lebih menggemaskannya lagi, Mevan adalah orang pertama yang mencium perutnya saat sedang bermain minggu lalu.
![](https://img.wattpad.com/cover/264500586-288-k229183.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVIN [SELESAI]
Novela JuvenilArvin Fatnon Mixcel. Tidak pernah ia bayangkan jika harus menjalani hidup serumit itu. Pada usianya yang terbilang masih muda itu harus bertunangan bahkan menikah dengan Sandra, yang notabenenya pacar kakaknya. Arvan menitipkan Sandra kepadanya buka...