Satu bulan sesudah kelulusan berlalu, dan kini hari tersial untuk Arvin, karena apa? Karena hari ini adalah harinya berganti status dari yang single menjadi milik orang. Dari kejadian yang menimpanya, Arvin tidak bisa tidur dengan tenang. Bahkan melihat resepsi pertunangannya saja sudah muak tak tertahan.
Sebulan mereka merasakan kehilangan atas kematian Arvan. Namun sebelum itu, Arvan berpesan kepada kedua orangtuanya agar menjadikan Arvin sebagai penggantinya dalam hidup kekasihnya. Tentu saja Dira dan Galuh tidak bisa membantah karena Arvan sedang sakit parah kala itu.
Dan sekarang, Dira dan Galuh mewujudkan keinginannya. Tapi dibalik kebahagiaan itu, banyak kesedihan yang tertutupi oleh semua orang, salah satunya Fita, gadis itu hanya diam menatap kedua insan yang saling menukarkan cincin satu sama lain di atas panggung.
Menyakitkan. Tapi tidak apa, asalkan Arvan bahagia melihat kembarannya telah melakukan apa yang dia inginkan semasa hidupnya. Galih, adik dari Galuh menatap Fita sendu. Ia dapat merasakan ada sesuatu dari mata terang itu.
“Kau sakit hati? Ungkapkan saja, jangan dipendam seperti itu, kau ingin menangis? Menangis saja sepuasnya. Aku akan berada di sampingmu,” celetuk Galih yang mampu membuat Fita terdiam.
“O-om siapa ya?” tanya Fita hati-hati. Jujur saja ia baru melihat wajah orang itu yang memang hampir mirip dengan Galuh.
Galih terkekeh geli. “Aku Galih, adik kak Galuh. Beberapa tahun lalu aku pergi ke Jerman untuk bekerja dan berkuliah disana. Dan sekarang aku pulang, tapi sialnya aku harus mendengar keponakanku meninggal. Dan lebih mengejutkannya lagi, keponakan kembarku malah bertunangan dengan pasangan Arvan. Sungguh membuat kepalaku pusing saja.”
Fita hanya diam menatap lurus ke depan. Ia tidak begitu kenal dengan nama Galih, wajar saja ia terlihat asing. Orang dia baru saja kembali ke Indonesia. Acara pertunangan sudah selesai.
Perlahan tamu undangan mulai pulang satu-persatu. Sedangkan Galih, masih pada pendiriannya, yaitu diam mendengarkan isak tangis Fita yang terdengar sangat kecil.
“O-om tidak makan?” tanya Fita ragu.
“Aku tidak butuh makan disini. Rumahku dekat dengan kakakku. Jadi lebih baik aku pulang, dari pada memakan makanan di pertunangan yang sama sekali tidak aku duga,” ketus Galih mengambil kopernya, lalu berjalan ke arah Dira dan Galuh. Mungkin laki-laki itu akan berpamitan. Masa bodo, Fita tidak peduli akan hal itu.
Banyak yang memberikan selamat kepada at Arvin dan Sandra. Begitupun dengan teman sekolahnya, mereka semua berbondong-bondong menghadiri acara tersebut, bahkan ada media yang meliput acara tersebut.
Fita duduk di kursi dekat dekorasi bunga yang indah. Dan secara tiba-tiba ia ada seseorang yang menarik rambutnya. “Hai!”
Fita mengerutkan keningnya terheran. “Siapa?”
“Robi. Gue temennya Sandra. Nggak nyangka yah, setelah kematiannya Arvan bulan lalu. Kini Sandra dan Arvin yang berada di atas panggung. Saling menautkan cincin bersama-sama.”
Fita tersenyum miris. “Lantas, apa yang lo dapatkan setelah mengatakan itu?”
“Tidak ada. Gue cuma mau ngomong gitu aja. Entahlah, semua itu terlontar begitu saja,” ujar Robi tersenyum manis.
Fita memutar bola matanya malas. “Lo kok cuma disini? Nggak ikut dansa?” tanya Fita memakan kue yang berada di hadapannya.
Robi tersenyum tipis. “Awalnya sih mau, tapi nggak ada pasangan tuh. Jadi dari pada gue rebut pasangan orang, lebih baik gue diem.”
Fita menatap Robi malas. “Bukannya kemarin gue lihat lo sama cewek? Terus kemana cewek lo itu?”
Robi menganggukkan kepalanya. Pandangannya lurus ke depan. Ia menghela nafas panjang. “Sesudah acara kelulusan, Naumi langsung berangkat ke Itali untuk melanjutkan sekolahnya. Mungkin lo juga gitu, kan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVIN [SELESAI]
Ficção AdolescenteArvin Fatnon Mixcel. Tidak pernah ia bayangkan jika harus menjalani hidup serumit itu. Pada usianya yang terbilang masih muda itu harus bertunangan bahkan menikah dengan Sandra, yang notabenenya pacar kakaknya. Arvan menitipkan Sandra kepadanya buka...