💠 16 💠

2K 162 3
                                    

Arvan tersenyum bahagia. Inilah hari dimana ia pulang di kota kelahirannya. Tidak terasa sudah hampir satu tahun lebih ia meninggalkan semua kenangannya disini. Arvan membuka pintu rumahnya dan di sambut meriah oleh para keluarganya.

Arvan tersenyum haru saat mendapati pelukan hangat dari para adik-adiknya dan kedua kakaknya serta kedua orang tuanya yang mencium kening Arvan bergantian.

“Welcome back to home my brother!” teriak Arlina mencium pipi Arvan dan memeluknya erat.

Arvin yang melihat kedatangan kakaknya pun hanya tersenyum pedih. Ini adalah akhir dari segalanya untuk Arvin, setelah kedatangan Arvan, mungkin semuanya akan berubah menjadi semula. Namun tidak dengan Sandra yang entah pergi kemana sekarang.

“Lo beneran udah sehat kan?” tanya Alvin mengecek suhu bada adiknya.

Arvan hanya tersenyum tipis. “Seperti yang lo lihat sekarang.” Arvan merentangkan tangannya kalau dia benar-benar sudah sembuh. Alvan serta istrinya menghampiri adik keduanya itu.

“Lo harus istirahat. Mau bagaimana pun badan lo belum sepenuhnya sembuh, gue sama Medina udah tau tenang penyakit lo. Dan semoga lo bisa mengatasi penyakit itu, gue dan keluarga pasti akan support lo terus sampai sembuh,” ucap Alvan yang membuat semuanya terdiam.

“Penyakit? Penyakit apa aja yang kak Arvan alami kak? Kok gue nggak tau apa-apa, apa jangan-jangan ada yang kalian sembunyiin dari gue?” Tuduh Arlina menatap para kakak-kakaknya bergantian.

Alvin menyenggol tangan Arvin. Siapa tau adiknya itu tau apa penyakit yang Arvan miliki. Karena sejauh ini, mereka mengira Arvan hanya sedang sakit karena kecelakaan satu tahun yang lalu.

“E-euhhh nggak ada penyakit serius, kok. Arvan cuma patah tulang aja akibat kecelakaan waktu itu, kalian jangan khawatir,” ucap Dira mengedipkan matanya ke arah Alvan agar lelaki itu tidak membongkar semua rahasianya.

Alvan mendengus sebal. Padahal mereka keluarga, kenapa harus ada yang ditutup-tutupi? Memangnya dengan begini Arvan akan bahagia? Tentu saja tidak. Medina yang mengetahui raut wajah suaminya pun segera membawanya ke kamar.

“Kami ke atas dulu Bun, Arvan. Sebaiknya kamu beristirahat dulu, kamu pasti capek kan udah pulang dari London?” Medina menatap adik iparnya gelisah.

Dengan canggung akhirnya Arvan mengangguk-anggukkan kepalanya. “Iya, Bun. Aku ke atas dulu. Vin, ke atas ya. Gue mau ngomong sama lo.”

Setelah mengucapkan itu Arvan berjalan ke arah kamarnya yang berada di sebelah kamar Arvin. Sedangkan lelaki itu hanya menatap punggung kakaknya itu nanar. Ada rasa gelisah saat Arvan ingin bicara kepadanya, namun entahlah. Sepertinya Arvin akan menerima semua keputusan kakaknya itu, apapun itu.

Arvin berjalan mengikuti kakaknya yang berjalan ke arah kamarnya. Arvan tersenyum ke arah Arvin, lalu memeluk tubuh Arvin erat. “Thanks udah jaga Sandra buat gue.”

Arvin menganggukkan kepalanya. Meskipun susah baginya untuk mengikhlaskan Sandra Kembali kepada kakaknya. Berat rasanya. Tetapi Arvin sangat bersyukur karena Arvan masih bisa bertahan hidup.

“Siang nanti, lo harus temenin gue ketemu Sandra,” ucap Arvan meninggalkan Arvin yang termenung di ambang pintu kamarnya.

*****

Siang hari yang cukup cerah, alunan musik klasik terdengar indah di telinga Sandra yang kini menikmati hembusan angin sepoi-sepoi. Sekarang Sandra tengah berada di belakang rumahnya. Memeriksa semua bunga-bunganya yang ia tanam.

Saat Sandra ingin melangkah ke arah rumahnya. Tiba-tiba ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Sandra merasakan hembusan nafas orang itu menerpa leher jenjangnya.

“Kamu siapa?" Tanya Sandra memberontak.

Orang itu tersenyum sambil mencium leher Sandra, membuatnya kegelian di dalam rengkuhannya. “Tebak, aku siapa?”

Deg.

Suara itu? Mirip dengan suara seseorang yang di rindukan olehnya. Suara yang hampir sama dengan orang yang Sandra benci, Sandra yakin kalau itu memang dia ...

“ARVAN!” jerit Sandra membalikan badannya.

Arvan tersenyum manis ke arah Sandra. Tangannya kini meraih tangan Sandra. Lalu Arvan mengecupnya bertubi-tubi. “Maaf ... Maaf aku baru bisa temuin kamu sekarang. Maaf atas segalanya, dan maaf udah bohongin kamu tentang penyamaran Arvin. Maaf.”

Sandra sudah tidak bisa lagi menahan tangisannya. Jujur saja Sandra kecewa dengan Arvan yang tidak pernah mengunjunginya setengah tahun ini. Sandra memeluk Arvan erat. Menangis sejadi-jadinya diperlukan lelaki itu, menyalurkan segala kerinduan yang ia tahan beberapa hari kemarin.

“Kamu jahat hiks ... Kamu tinggalin aku, dan malah nitipin aku sama adik kamu.” Sandra mendongakkan kepalanya menatap Arvan yang tengah menatapnya teduh.

“Maaf sayang. Maaf, aku nggak bermaksud buat nitipin kamu sama Arvin. Tapi aku nggak punya cara lain, hanya ini yang bisa aku lakuin buat kamu. Aku nggak mau kamu sedih terus Sand, aku sayang sama kamu,” ucap Arvan mencium tangan Sandra berharap gadis itu memaafkannya.

Sandra masih diam di tempatnya. Ia membalikkan badannya menghadap ke arah Arvin yang tengah tersenyum ke arah mereka. Sandra menundukkan kepalanya.

“Aku malu sama adik kamu Van, dan aku mau minta maaf sama kamu. Aku sering cium Arvin sembarangan.” Jujur Sandra memejamkan matanya.

Arvan mengepalkan tangannya. Ada rasa sakit saat mendengar pengakuan Sandra yang cukup menyakitkan. Namun ini juga kesalahannya karena telah menitipkan gadisnya kepada adik kembarnya.

Sandra memeluk Arvan kembali. “Maaf, tapi aku kira Arvin itu kamu, jadi aku sering cium dia. Tapi sekarang nggak bakalan lagi, karena sekarang kamu udah balik. Ke pelukan aku.”

Deg.

Arvin yang mendengarkan percakapan merekapun hanya bisa tersenyum miris. Entah kenapa sepertinya ia tidak rela jika Sandra balik lagi kepada genggamannya, yang tak lain adalah kakaknya sendiri.

Arvin tersenyum ke arah mereka. “Maaf gue ganggu waktu kalian. Sepertinya disini gue nggak dianggap sama sekali. Jadi gue izin mau pulang duluan.”

Arvan menaikkan satu alisnya. “Kemana?”

Arvin hanya tersenyum. “Mencari kebahagiaan yang belum pernah gue genggam. Lo pasti ngerti kan gimana rasanya orang yang belum berjuang tapi udah kalah duluan.”

Arvan termenung memikirkan ucapan Arvin tadi. Sungguh Arvan tidak mengerti apa yang Arvin katakan tadi. Namun ia yakin kalau ucapan Arvin tadi ada makna dibaliknya, tetapi Arvan tidak tahu apa artinya itu?

Arvin kenapa ya?

==================================

Bersambung ....

ARVIN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang