◆Part 15 : why?◆

22K 3.7K 342
                                    

"𝑬𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒕𝒉𝒆 𝒑𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒔, 𝒇𝒆𝒆𝒍 𝒅𝒆𝒍𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒊𝒏 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝒂𝒏𝒅 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒘𝒐𝒓𝒅𝒔"

Happy reading

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

Song recommendation
Love is gone instrumental piano cover

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

"Kau dimana?"

"Di Rumah sakit. Menemui Kak Wiliam."

"Aku juga dalam perjalanan ke sana."

"Menemui papamu?"

"Ya, hari ini dia keluar dari rumah sakit."

"Oh ya, aku hampir lupa. Ya sudah, aku menunggu dirumah sakit, sekalian ada yang ingin ku bicarakan."

"Baiklah, sampai nanti Yoga."

"Sampai nanti, Juna."

Juna mematikan ponselnya, menaruhnya di kursi penumpang sambil tetap memperhatikan jalanan. Beberapa hari berlalu, secara resmi Juna dan Yoga hampir menyelesaikan kuliah, tinggal beberapa tahap dan sebentar lagi mereka akan lulus, artinya Juna juga akan cepat memenuhi janjinya pada sang adik. Keberangkatan pulang pun tersisa dua hari lagi. Selama ini, Juna belum lagi sempat mengunjungi Jeff— dengan alasan fokus pada kuliahnya yang sebentar lagi akan selesai. Padahal sejujurnya Ia juga tidak ingin bertemu dengan Jeff, tahapan sebelum lulus bukanlah hal yang sulit bagi Juna.

Dua hari lagi juga, semua kebenaran akan terbukti. Juna harus bersabar sampai saat itu tiba. Perasaannya berada diambang, ragu dan yakin. Jikapun hasilnya tidak sesuai ekspektasi, Juna tidak akan mengubah keputusannya, Jian adalah adiknya sampai kapanpun. Dan hari ini, kebetulan Jeff sudah boleh pulang. Juna datang untuk sekedar menjemput dan berharap tidak terjadi banyak obrolan nantinya, ditambah akan ada Amelia— istri baru Jeff yang membuat Juna semakin malas. Juna memarkirkan mobilnya rapi di parkiran dan beranjak segera beralih menuju kamar pasien milik Jeff.

Tapi sayangnya, baru saja Juna akan memasuki ruangan sang Ayah, suara berisik dari dalam menghentikan langkahnya.

"How dare you!"

"Your son met me first."

Dapat dilihatnya dari kaca di depan pintu, dua orang pria tengah berdebat hebat dan satu wanita sedang duduk diam memperhatikan. Pria itu tak lain adalah, Jeff papanya dan Josh.

"Apa yang paman Josh lakukan disini?" gumam Juna dalam hati, tak ingin mengganggu perdebatan seru tersebut, Juna memilih menunggu untuk mendengarkan kelanjutannya.

"What did you tell him? a lie?"

"I tell him the truth Jeff."

"Liar! Have you forgotten about our agreement?"

"The one who should be angry is me Jeff! Why don't you tell me that I have son?!"

Tangan Juna kian mengepal.

"Untuk apa? memangnya kau peduli? kau sudah membuat keluargaku hancur, maka akan ku buat kau juga hancur. Kita harus impas—"

"Stop!" Juna sudah diambang batas kesabaran. Juna tak peduli dimana dirinya berada. Tangannya mengepal, nafasnya menggebu-gebu.

Pelukan Untuk JianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang