◆Part 16 : worst◆

21.5K 3.6K 190
                                    

"𝑬𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒕𝒉𝒆 𝒑𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒔, 𝒇𝒆𝒆𝒍 𝒅𝒆𝒍𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒊𝒏 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝒂𝒏𝒅 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒘𝒐𝒓𝒅𝒔"

Happy reading

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

Cuaca memang tidak pernah memberi waktu untuk berkompromi sejenak.

"Jian, sudahlah. Biar aku saja."Charles, remaja dengan kulit putih bersihnya berusaha mengambil setangkai penyapu yang tengah digunakan oleh Jian. Namun Jian menepis tangan nya pelan, "sudahlah, kan aku yang dihukum. Tidak perlu repot-repot, kau harus masuk kelas Charles."

Jian dengan kebiasaannya — terlambat, membuat pria itu hampir setiap hari merasakan hukuman dipagi hari. Hari ini lagi contohnya, padahal kemarin baru saja Charles melihat pemuda itu datang sangat awal dan kemudian hari ini pemuda itu harus kembali berurusan dengan hukuman.

Bukan main-main, menyapu halaman sekolah yang luasnya bukan main, rasanya itu berlebihan. Saking kesalnya Charles dengan sang guru yang memberi hukuman semena-mena, disinilah Charles menemani Jian. Terserah guru itu saja mau berpikiran tentang Charles murid yang seperti apa. Pasalnya, Jian terlihat sangat pucat membuat Charles khawatir dan mewanti-wanti pria itu akan segera pingsan jika tidak beristirahat, dan jika hal itu terjadi, guru itu yang sepenuhnya harus disalahkan.

"Jian, lihat wajahmu." Jian mengabaikan Charles yang sudah kesal berdiri di belakangnya.

"Baiklah, jika tidak mengijinkan aku membantumu, ijinkan aku membelikan sarapan, setidaknya kau bisa mengisi perut."

"Char—"

Terlambat, Charles sepertinya sudah tidak mau mendengar penolakan dari Jian dan langsung berlalu begitu saja. Mungkin tidak ada salahnya menerima bantuannya kali ini. Jian mendudukkan dirinya di kursi panjang halaman. Cukup teduh untuk sekedar melepas penat, waktu masih menunjukan jam belajar. Bahkan setengah hari belum terlewat rasanya badan nya sudah setengah remuk.

Perutnya semakin menjadi. Rasa sakitnya tak berkurang, yg bisa Jian lakukan hanya merematnya mencoba menghilangkan rasa perih yang kian terasa. Disisi lain, Jerian menyusuri koridor dengan tumpukan buku di tangannya. Pandangannya sekilas menatap Jian yang merunduk.

"Adikmu, dihukum lagi?" Seseorang yang juga sedang membawa tumpukan buku dan berdiri disamping Jerian mulai membuka suara.

"Sudah sepantasnya, siapa suruh terlambat," jawab Jerian acuh, "bukannya mengerjakan hukuman malah bersantai."

Jerian mempercepat langkahnya, tak ingin dikerubungi banyak pertanyaan lagi oleh orang lain. Jerian sudah cukup tersudut dengan fakta bahwa Jian adalah adik Jerian. Ia seperti ikut menahan malu karena Jian yang sering terlambat dan dihukum. Mungkin banyak yang beranggapan mengapa Jian tidak ikut bepergian bersama kakak kembarnya, tentu saja jawabannya karena mereka membencinya, lagipula ada 1000 cara menuju roma— maka harusnya Jian punya cara supaya tidak terlambat datang ke sekolah.

"Ini makananmu. Harus dimakan, atau aku tidak akan masuk ke kelas." Charles datang dan dengan memberikan kantong plastik yang berisi kotak makanan. Kedatangan Charles yang tiba-tiba membuat Jian sedikit tersentak kecil, "terimakasih."

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

Juna melangkahkan kakinya secepat mungkin, Ia memang sedang tidak diburu-buru, namun hal yang akan ia temui sekarang membuat tak bisa menunggu. Yoga bahkan sudah lebih dulu berada di rumah sakit, tepatnya di ruangan kak Wiliam — Tempat dimana Yoga selama ini disibukan. Juna yang tadinya sedang fokus membereskan perlengkapannya dan berkas miliknya langsung meluncur tanpa alasan yang lain.

Pelukan Untuk JianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang