[End]
Angannya menjadi sebuah karya, namun nyatanya ia hanyalah rangkaian takdir, takdir yang berusaha dilupakan.
"Jian pengen deh, ulang tahun, dapat pelukan dari Papa, Mama, Kak Jovan dan Kak Jerian...."
Start - 2021, february 21
End - 2021, O...
Jeff termenung, di depan jendela menatapi rintikan hujan membasahi jendela kamarnya.
Ia terpuruk dengan segala penyesalan. Rasa sakit itu benar terasa, seperti ribuan jarum menusuk dada, hantaman beton mengapit kedua sisi badannya, sesak.
Kepergian anak bungsunya masih menyisakan luka. Rasanya bahkan tak sanggup untuk sekedar berdiri.
Ia hanya ingin menghabiskan waktu dengan menyendiri, terlelap dalam tidur berharap anak bungsunya akan menyapa di dalam sana.
Tangan Jeff terarah, membuka laci meja nya, mengambil secarik kertas yang telipat rapi.
"Papa rindu nak...."
Dibukanya secarik kertas tersebut, peninggalan sang anak untuknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . . . Jeff tersenyum tipis sambil mengusap air matanya.
"Harusnya, papa yang bilang begitu kepada Jian, jangan lagi membohongi diri, jangan lagi menutup luka. Setiap orang punya batasannya, tapi anak Papa hebat. Sangat hebat."
"....Kalau gitu, mulai sekarang, Jian dengar cerita papa dari sana ya? Jangan bosan kalau setiap hari papa mengeluh merindukanmu. Papa akan belajar, menjadi Papa yang baik untuk kakak-kakakmu."
