◆Part 17 : Panic◆

23.4K 3.7K 273
                                    

"𝑬𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒕𝒉𝒆 𝒑𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒔, 𝒇𝒆𝒆𝒍 𝒅𝒆𝒍𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒊𝒏 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝒂𝒏𝒅 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒘𝒐𝒓𝒅𝒔"

Happy reading

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

"Aish, kemana ya?" sudah sekitar 15 menit Jerian berkutik dengan sudut-sudut kamarnya. Bahkan untuk kesekian kalinya berada di tempat yang sama. Ia berdiri bertumpu pada pinggangnya, berdecak sebal sambil memandang laptop di depannya.

"Menunggu Jovan juga percuma." Mengingat barusan Ia ditelpon oleh kembarannya soal motornya yang tiba-tiba harus perawatan di bengkel. Jerian memang pulang lebih awal dari Jovan. Kebetulan Jovan memiliki jadwal kelas tambahan yang berbeda dengan Jerian. Perbedaan jadwal kelas tambahan tersebut membuat si kembar terkadang harus bergantian menggunakan kendaraan, beruntungnya hari ini Jerian dapat jatah membawa mobil dan tidak terkena apes di sore hari. Tapi masalahnya sekarang, ada pekerjaan yang harus Jerian selesaikan.

Deadline tugas! dan parahnya, Ia kehilangan charger laptop miliknya sedangkan tugasnya baru setengah bagian. Haruskah Ia pergi membeli yang baru? tapi toko elektronik sangat jauh, percuma saja. Bahkan lebih baik menemui Jovan dari pada pergi ke counter.

"Ah!" Jerian berdiri tegak, "Charger lamaku, dimana ya?" Jerian memagut-magut memikirkan kemana terakhir kali dirinya meletakan charger lamanya.

"Di atas— kamar Jian." bergidik miris, Ia sangat tahu bahwa sebenarnya lantai atas bukanlah sebuah kamar melainkan tempat penampungan barang bekas atau lama.

"Sudah pasti disana." Tanpa pikir panjang, Jerian beranjak dan menaiki tangga satu persatu. Tergesa-gesa, Jerian membuka pintu kamar milik Jian. Ia sudah hafal tentunya, ruangan yang dipenuhi barang-barang lama diletakkan di sudut tepat di sebelah lemari milik Jian. Hanya dengan sekilas melihatnya saja, mungkin akan merasa sedikit miris. Mengingat rumah besar ini, ternyata memiliki ruangan seperti ini.

Memilih mengabaikan pikirannya yang berkelana, Jerian membongkar tumpukan barang elektronik lama di dalam kardus besar. Beberapa menit setelahnya, Jerian merasa lelah berdiri, Ia memilih membukanya sambil mendudukkan diri di atas lantai kayu tersebut dan kembali fokus mencari. Pada akhirnya plastik putih dengan charger berwarna hitam pun menjadi target Jerian.

"Gotcha!" Senyumnya merekah. Tanpa menunggu lama segera Jerian membereskan ulang barang-barang yang tadi Ia keluarkan. Sedikit kesulitan dengan kardus besar tadi, keseimbangan Jerian sedikit goyah sehingga tanpa sengaja menyenggol lemari kayu milik Jian. Dan apesnya malah menjatuhkan satu kotak berisikan berbagai macam kertas dan amplop membuat Jerian meringis karena harus membereskan yang satu itu juga.

Dengan keseimbangan yang sudah pulih, Jerian meletakan hati-hati kardus tadi. Sambil berdecak pinggang, ia menatap tumpukan amplop coklat dan kertas-kertas yang jatuh dari lemari milik Jian.

"Mengapa dia menyimpan kertas sebanyak ini." Gerutu Jerian tapi daripada menghabiskan lebih banyak waktunya, Jerian memunguti kertas dan amplop tersebut. Walaupun sambil merenggut malas, Jerian tetap mengambilnya dan meletakkannya dengan rapi. Tapi tatapannya malah tertuju pada satu amplop putih yang terlipat rapi.

Yang membuat nya penasaran adalah, bagaimana tulisan pada amplop tersebut yang bercetak logo sebuah rumah sakit dan nama Jian tertera jelas di sana. Jerian mengerutkan keningnya heran, "sakit apa sampai harus ke rumah sakit?"

Memilih merapikan kertas yang lain terlebih dahulu, Jerian kemudian mengambil amplop tersebut lagi dan hendak membukanya, walaupun terkesan lancang tapi rasa penasarannya lebih dominan.

Pelukan Untuk JianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang