◆Part 29 : just listen◆

23.3K 3.5K 706
                                    

"𝑬𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒕𝒉𝒆 𝒑𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒔, 𝒇𝒆𝒆𝒍 𝒅𝒆𝒍𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒊𝒏 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝒂𝒏𝒅 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒘𝒐𝒓𝒅𝒔"

Happy reading

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

Jeff dengan langkah gontainya masih berusaha untuk tegar. Kali ini, Jeff hanya akan mengikuti alur, tidak lagi menjadi seorang pengecut yang menginginkan kemenangan didepan mata. Pada akhirnya, Jeff kalah oleh permainannya sendiri.

Ia tidak pernah memohon, tidak pernah tunduk pada apapun, Ia hanya akan mencari jalannya sendiri. Tapi kali ini, Jeff tidak bisa membuat jalannya sendiri, pikirannya buntu, memohon pun sudah tidak berguna.

Kenyataan yang tak bisa dihindarkan, waktu yang tak bisa dihentikan dan masa lalu yang tak bisa diulang. Mengelakkan hatinya yang sebenarnya masih mencintai Vivian dengan perasaan gengsi, mengabaikan putra bungsunya berlandaskan rasa benci pada orang lain. Mengorbankan keluarga kecilnya demi mencari kehangatan yang lain.

Selama ini, ia berusaha mencari kebahagiaan dengan caranya sendiri. Kebahagiaan untuk dirinya sendiri. Semenjak kepercayaannya dikhianati, rasa cintanya di dihancurkan, adakah di dunia ini seseorang yang benar-benar bersamanya? Terkadang itu menjadi pertanyaan yang belum terjawab.

Tapi nyatanya, dirinya sendiri yang menarik diri dari kebahagiaan itu.

Jeff sudah hilang akal, tanpa tujuan, pikirannya bahkan berkecambung. Menyalahkan diri sendiri pun tak berguna, uang pun tak akan mengembalikan waktu. Selebihnya, apalagi yang ia punya?

Ia pun sama, mengharapkan keajaiban. Benaknya dipenuhi berbagai macam rentetan kata penyesalan yang sudah tak berguna jika diungkapkan. Rasanya ingin sekali memperbaiki apa yang harus diperbaiki sedari awal, namun semua itu hanya angan.

"Ke Ruang ICU."

Langkah Jeff terhenti melihat beberapa dokter dan perawat berjalan tergesa-gesa menyusuri koridor.

Seakan sadar, Jeff kemudian melangkahkan cepat kakinya mengikuti arah jejak kerumunan tadi.

Perasaannya menggebu-gebu, pikirannya mulai dipenuhi ekspektasi negatif. Ia jelas mengenali, kemana para dokter itu pergi.

Ruangan Icu itu milik anaknya.

Tidak! belum saatnya. Ijinkan aku melihatnya lagi, ijinkan aku meminta maaf dan memberinya kebahagiaan, kumohon.

Benar! Beberapa kerumunan kecil dokter dan perawat tadi masuk ke ruangan anaknya. Butiran air mata yang tertahan itu pun mengalir kembali. Jika benar itu kenyataannya, mungkin bukan hanya orang lain yang membencinya, Ia pun akan membenci dirinya sendiri.

Jeff hanya bisa berdiri dari kejauhan, mengintip di balik pilar, memandang pilu mereka yang berada di depan ruangan anaknya. Lihat! Bagaimana tersiksanya mereka selama ini? Kesedihan yang tak berujung, ketakutan akan kehilangan. Oh, kali Jeff hanya akan menyerahkan kepercayaannya pada keajaiban.

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

Perlahan, Juna mendekati ranjang milik Jian yang tertutup tirai. Seluruh badannya bergetar. Perasaan bahagianya benar-benar tak terungkap. Segala memori menyakitkan ketika melihat dokter harus beberapa kali mengunjunginya demi memeriksa detak jantung adiknya seketika sirna.

Dibukanya tirai penghalang, berharap ini adalah nyata. Jikapun mimpi, Ia tidak ingin dibangunkan.

'Sret'

Pelukan Untuk JianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang