28 | Surprise

40 5 2
                                    

"Gak nyangka Osvaldo langsung jadi penurut pas ditonjok sama Theressa." Dandi menggeleng-geleng sambil memakan cookies yang ada di genggamannya. Gangga terkekeh sekaligus mengangguk menyetujui ucapan Dandi.

Gita mendudukkan dirinya di sebelah Gangga. Ia menyender pada bahu Gangga sambil memakan biskuitnya.

"Idih apaan nih nemplok-nemplok? Jangan-jangan? Jangan-jangan?" Dandi mengambil handphonenya yang tergeletak di atas meja dan membuka aplikasi instagram. Ia memotret dua orang di hadapannya.

"Heh apa-apaan lo?!" Gangga berdiri dan mengejar Dandi.

"MAU UPLOAD INSTASTORY DULU!"

"LO KAN GAK PUNYA IG!" teriak Gangga sambal menunjuk Dandi.

"IG CANGKEMANZ LAH!" Rian menggeleng melihat sahabatnya yang kejar-kejaran seperti tom and jerry sambil berteriak sahut-sahutan.

"Nay," Nayla yang sedang tertawa melihat tingkah laku sahabat-sahabatnya langsung menoleh.

"Kenapa?" Rian menggeleng lalu mengecup pelipis Nayla lembut.

"ADUH INI LAGI! KENAPA PADA BUCIN? GUA JOMBLO WOI PLEASE YAELAH!!!" Dandi berteriak lagi saat melihat Rian mencium Nayla.

Tanpa menunggu waktu lama lagi, Dandi langsung update instastory di instagram Cangkemanz.

Semuanya bercanda ria di basecamp. Theressa dan Sabian tidak turut serta karena mereka masih di rumah sakit.

Hari-hari berjalan sebagaimana mestinya. Theressa pun sudah kembali bersekolah. Gadis itu berjalan dengan kekasihnya berdampingan di koridor sekolah. Banyak murid yang menyapanya. Semua terlihat ikut senang saat melihat Theressa kembali ceria.

"Lihat Re, banyak yang seneng liat kamu ceria lagi." Theressa mengedarkan pandangannya saat Sabian mengatakan seperti itu. Theressa ikut tersenyum saat melihat semuanya tersenyum padanya.

"Abi, nanti pulang sekolah kita ke makam Theo ya. Aku mau tiup lilin bareng-bareng disana." Sabian mengangguk. Tadinya ia pikir gadis ini tidak mengingat hari ini ulang tahunnya.

Jam sekolah telah berakhir. Sabian dan Theressa berjalan menuju parkiran. Senyum Theressa tidak luntur dari tadi.

"Senyum terus bos," ledek Sabian sambal mencolek dagu Theressa membuat gadis itu tertawa. Mereka berdua meninggalkan sekolah dan menuju makam Theo. Sebelum berkunjung ke makam, Theressa meminta Sabian untuk mampir ke took bunga langganan Theressa.

"Katanya mau tiup lilin? Kue sama lilinnya mana?" tanya Sabian saat melihat Theressa membawa bucket bunga besar.

"Aku bawa lilin aja. Udah ada di tas kok." Sabian mengangguk dan menjalankan mobilnya menuju pemakaman.

Theressa dan Sabian berjongkok di kedua sisi makam Theo. Theressa meletakkan bucket bunga di dekat batu nisan Theo, dan mengelus batu yang berisi nama Theo itu.

"Happy birthday, kangen tiup lilin bareng." Theressa mengeluarkan lilin dan korek dari dalam tasnya. Ia menghidupkan lilinnya dan tersenyum.

"Ayo tiup lilin." Tiba-tiba saja angin berhembus saat Theressa selesai menyelesaikan ucapannya. Theressa sudah meniup lilin itu saat angin berhembus.

"Tadi wishnya apa?" tanya Sabian.

"Cepet-cepet kumpul sama Theo, aku kangen." Sabian membeku saat mendengar ucapan Theressa. Rasanya perih saat melihat senyuman di wajah Theressa. Sabian menatap batu nisan itu.

"Happy birthday, Yo. Please, jangan ambil Theressa dari kita cepet-cepet ya. Gue sama Theressa baru aja balikan masa mau dipisahin lagi? Please banget jangan ambil Theressa ya? Kita semua saying dia, Yo." Sabian menitikkan air matanya dan jatuh di atas gundukkan tanah.

Theressa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang