6 | Jadian?

103 19 1
                                    

"PILAAAAA SABUK GUE MANAAAA SIHHHH" teriak Osvaldo saat ia panik karna kehilangan sabuknya.

"Udah gue bilang ga ada gue liat, bandel amat dah" sahut Villado sambil memasukkan sesendok cereal ke mulutnya. "Lagian ya gue udah sering bilangin jangan panggil gue PILA!" Tekannya saat mengatakan kata "Pila".

"Ya abis lo kan imut imut jadi cocok cocok aja gue panggil pila hahahaha" Osvaldo berjalan menuju meja makan dan langsung meneguk susu yang ada di atas meja.

Villado sudah kesal dengan kelakuan kakak sulungnya itu. Dia menghabiskan makanannya lalu menyusul Osvaldo ke garasi untuk berangkat ke sekolah.

"Numpang dong do" pintanya sambil mengecek ponselnya, kali aja ada notifikasi dari doi nya.

"Gak gak gue ada sesuatu penting" villado mengerutkan dahinya, ia bingung kenapa kakaknya mempunyai sesuatu yang penting katanya?

"Lapor mama nih" ancamnya. Tapi Osvaldo tetap lah Osvaldo, ia tak akan terbuai oleh sebuah ancaman dari mulut Villado. Osvaldo menghidupkan motornya dan melaju keluar dari rumahnya.

Disisi lain, Theressa sedang bergelut dengan pikirannya di kamar.

"Gue berangkat sama Rian atau sama Valdo ya?" Tanyanya pada pantulan cermin. Tak lama kemudian, deru suara motor pun mucul dan berhenti tepat di depan gerbang rumahnya.

Theressa turun untuk melihat siapa yang datang, ia mengharapkan Valdo atau Rian yang datang menjemputnya, namun yang datang adalah David dengan senyum sok manisnya itu. Menjijikan, batin Theressa. Theressa beranjak dari tempatnya, David mengira ia akan mengambil tas beserta barang barangnya dan menghampiri David lagi untuk menerima tumpangan David.

"Aduh kok dia sih yang jemput" sebal Theressa di kamarnya. Theressa berencana untuk tidak sekolah saja jika harus bersekolah dengan David. Ia masih memantau aplikasi Zenly nya. Ia melihat bahwa Rian sudah berada di sekolah. Sedangkan Osvaldo, tak tau kenapa dia jam 06.45 masih berada di rumah ya? Pikir Theressa.

Saat ini, orang tua Theressa beserta adik adiknya sedang berada di kampung halaman karena ada upacara adat yang tak bisa ditinggalkan. Theressa tidak ikut karna malas. Tak lama kemudian, ponsel Theressa berdering bersamaan suara mesin motor yang dimatikan. Theressa langsung mengambil ponselnya dan berlari menuruni anak tangga sambil menyampirkan tasnya di bahu kanannya.

"Hallo?" Senyum Theressa mengembang saat ia sampai di depan pintu melihat Osvaldo yang sedang tersenyum ke arahnya dan David yang nampak kesal.

"Pilih aku atau si pangeran bunglon, babe?"  Tanya Osvaldo sambil tersenyum miring matanya melirik David yang berdiri di sebelahnya. Theressa masih tersenyum dan berjalan menghampiri keduanya.

"Ofcourse, kamu" sahutnya. Theressa mematikan sambungan telfonnya dan berjalan menghampiri Osvaldo. Osvaldo yang merasa menang dari David pun langsung menghidupkan mesin motornya. Setelah Theressa naik, ia pun pergi meninggalkan David yang masih mematung di depan rumah Theressa.

"Kok tiba tiba jemput tapi ga bilang dulu?" Tanya Theressa sambil melihat pantulan wajah Osvaldo si spion motornya.

"Adadeeehhh mau taaaau ajaaaa" sahut Osvaldo. Siapa yang bisa nebak si Osvaldo mau ngapain ayooooooo???? Yang bener nanti aku kasi pelmennnnnn.

🌼🌼🌼

"Ngapa senyum senyum dah?" Tanya Irene sambil menatap bingung ke arah temannya yang baru saja sampai dikelas. Entah mengapa, Theressa merasa sangat bahagia.

"Gue jadiaaaaaannn samaaaa paaaaaldoooo" sahutnya dengan senyumnya yang tak kan pernah pudar. Hayoloh pada nyanyi kan bacanya? Wkkwkw.

"Hah?"
"Anjay!"
"Masa iya?"
Sahut tiga temannya berbarengan.  Theressa kesal, pasalnya ia sudah jujur malah tak dipercaya oleh teman temannya.

Theressa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang