Pertandingan Voli Nasional telah selesai. Semua klub voli kembali ke sekolah masing masing dan fokus lagi pada kegiatan akademiknya. Begitu juga dengan tim Nekoma yang kelas 3 nya sudah dinon-aktifkan dari kegiatan ekskulnya.
Kini Gym terasa sepi, tak ada lagi Kuroo yang berteriak kesana kemari, ataupun Yaku yang beradu mulut dengan Lev hampir setiap hari.
Sama halnya dengan hati seorang (Name). Seminggu berlalu hubungannya dengan Akaashi hancur. Tak ada lagi notifikasi pesan singkat dari Akaashi. Semarah itukah Akaashi padanya?
"Kau memikirkan apa (Name)?" Tanya seorang pria bersurai karamel yang tingginya tak jauh daripada dirinya, Yaku.
"Kau masih memikirkan Akaashi?" Tanya Yaku lagi. (Name) mengangguk pelan.
Yaku dan (Name) sedang berada di atap sekolah karena tadi Yaku yang mengajaknya.
"Semarah itukah Akaashi padaku, Yaku-san?" gadis itu menoleh ke arah Yaku di sampingnya. Yang dipandang hanya mengangkat bahunya singkat.
Tiba tiba ada suara nyaring dari pintu ruangan menuju tangga. Mereka sontak menoleh dan mendapati Kuroo datang dengan takoyaki di tangan kirinya.
"Pelan pelan! Kalau pintunya rusak kau mau menggantinya?!" Sang mantan libero nampak kesal dengan perilaku sohibnya.
"Ehehe"
"(Name), ini untukmu" Kuroo memberikan Takoyaki yang dipegangnya dengan sepucuk surat kecil.
"Kau pergi ke kantin?" Kuroo menggeleng.
"Bukan dariku, buka suratnya nanti kau tahu" mereka bertiga duduk di sisi bangunan yang agak teduh, tangan si gadis membuka kertas kecil itu.
Hai (Name)!
Apa kabarnya? Aku membeli Takoyaki kesukaanmu, dimakan ya. Jangan sampai sakit!-Keiji-
"
Keiji?" Kuroo mengangguk.
"Tadi ia berdiri di depan gerbang sekolah dan meneleponku" jawab Kuroo.
"Kenapa tidak meneleponku saja?"
"Kau kira aku dukun?"
Yaku sedari tadi hanya menyimak mereka berdua yang sedang sibuk membahas Takoyaki. Karna bosan, ia langsung mengambil satu buah Takoyaki dan melahapnya.
"He?! Yaku-saan!!"
Setelah Yaku dan (Name) ribut karena Takoyaki, akhirnya mereka berdamai dan melanjutkan makan siang sambil berbincang bincang sampai sore tiba. Hari ini kegiatan ekskul diliburkan dan Sekolahnya hanya setengah hari, jadi mereka memanfaatkan waktu untuk bersantai di atap.
Kringg.. Kring..
(Name) yang sedang melamun merasakan angin sore langsung tersadar mendengar telepon genggamnya berdering.
"Siapwa? Angkwat swaja" ucap Yaku yang sedang mengunyah biskuitnya.
"Bokuto-san?" (Name) menjawabnya. Dua orang lainnya ikut merasa penasaran.
"Angkat saja!" Ucap mereka berdua. Gadis itu mengangguk kemudian menerima sambungan teleponnya.
"Moshi-moshi, Boku-""(Name)-chaan!!"
"Eh.. ada apa Bokuto-san?"
"Agaashe.. Agaashee" di sebrang sana, nafas Bokuto tersengal sengal. Dari nada bicaranya, terdengar ia sedang panik.
"Tenang dulu Bokuto-san.. ada apa dengan Akaashi?"
"Agaashe.. Agaashee kecelakaan"
Deg!..
(Name) membatu setelah mendengar apa yang Bokuto-san sampaikan. Otaknya nge-blank untuk berfikir. Nafasnya tertahan membuat Kuroo dan Yaku bingung.
"(Name)-chan?? (Name)-chan?"
Sontak Kuroo mengambil alih telepon genggam (Name).
"Bokuto! Ada apa??"
"Oh? Hey! Brokuroo!!"
"Berisik! Cepat katakan ada apa?"
"Agaashe kecelakaan"
"Apa?!! sekarang ada dimana?!"
"Di rumah sakit yang dekat rumah Akaashi"
"Kami kesana sekarang"
Sambungan telepon ditutup oleh Kuroo. (Name) masih tidak bisa mencerna apa yang dikatakan oleh Bokuto.
"(Name), kita ke rumah sakit sekarang ya?" Gadis itu mengangguk dan langsung membersihkan tempat makannya dibantu oleh Yaku.
Mereka bertiga beranjak menuju rumah sakit yang dituju. Sepanjang jalan, Kuroo bertugas mengumpulkan informasi dari Bokuto. Sedangkan Yaku membantu menenangkan (Name) yang menahan tangis.
Sampailah mereka di Rumah sakit dan langsung menuju kamar yang dimaksud Bokuto. Di luar ruangan, sudah ada Bokuto dan Konoha yang menunggu.
"B-bokuto-s-san!" (Name) menghambur ke arah Bokuto.
"Apa yang terjadi?" Tanya Kuroo.
"menurut saksi mata, saat ia sedang menyebrang ada sebuah truk dengan kecepatan tinggi menghantam Akaashi, Hingga ia terpental dan kepalanya membentur jalan. Aku dan Bokuto sedang menunggu hasil pemeriksaannya" Jelas Konoha yang sukses membuat air mata (Name) keluar lebih deras lagi.
"Apakah orang tuanya sudah dikabari?" Tanya Yaku.
"Sudah. Mereka sedang dalam perjalanan" Bokuto menjawab sambil menenangkan (Name) yang masih sesegukan di dekapannya.
Tak lama berselang, dokter yang memeriksa Akaashi keluar dari ruangan. Lima orang yang menunggu pun fokus pada sang dokter yang siap menyampaikan informasi.
"Kalian teman dik Akaashi?"
"Iya dok. Bagaimana keadaannya sekarang?"
"Kepalanya terkena benturan dan terjadi pendarahan. Apakah orang tua pasien sudah dihubungi?" Tanya sang dokter sambil menyampirkan sebuah stetoskop ke lehernya.
"Sudah dok. Apakah Akaashi sudah bisa dijenguk sekarang?" Bokuto sedang masa warasnya sekarang.
Dokter name tag bertuliskan nama Hiroshi Yuto itu mengangguk memperbolehkan mereka masuk.
"Tapi jangan terlalu ribut ya? Dan juga, kami serahkan pada kalian untuk mengembalikan ingatannya"
Tunggu.. apa yang dokter itu katakan?
Semuanya mematung mencerna apa yang dokter itu ucapkan.Tbc~
Hai aku balik lagi:v
Makin sini chapternya makin singkat ya? Hwehwhe maafkan baru up soalnya diriku sibuk part time ಥ_ಥSeperti byasa, kalau kalian suka bisa klik tombol bintang di pojok kiri bawah yaa! See u (☞ ͡° ͜ʖ ͡°)☞
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE? || Akaashi Keiji ✔
أدب الهواةKisah kasih antara (Name), si manager klub voli Nekoma, dan Akaashi Keiji si setter andalan klub voli Fukurodani. Kok bisa? Ya bisalah, mereka buktinya. Akankah berjalan lancar? Siapa yang tahu, iyakan? 70% kemungkinan Ooc ❗ Update tidak menentu, se...