"(Name)-chan.. (Name)-chan ayo bangun"
Sayup sayup suara halus terdengar ditelinga (Name). Gadis itu mengerjapkan matanya beradaptasi dengan cahaya yang masuk ke matanya. Seorang wanita paruh baya yang sedang mengelus rambutnya dan yang tadi memanggilnya, kini sedang tersenyum hangat padanya.
"(Name)-chan.. ini sudah larut sekali. Lebih baik kau dan teman temanmu pulang saja dulu istirahat. Disini ada Okaa-san dan Otou-san yang menjaga Keiji" Yang sedari tadi angkat suara adalah nyonya Akaashi.
(Name) menoleh ke arah Akaashi yang masih terbaring sambil memejamkan mata. Dengan kepala dan tangan yang masih diperban. Selang oksigen serta infus juga masih terpasang rapih.
Gadis itu tertidur dengan tangannya menumpu kepala pada ranjang sebelah Akaashi. Ayah dan Ibu Akaashi sudah sedari tadi sampai di rumah sakit, tapi mereka tidak tega membangunkan (Name) yang terlihat sedang sedih.
"Iya (Name)-chan.. pulang saja tidak apa apa. Besok kamu masih sekolah kan?" Sambung sang ayah. Si gadis berseragam Nekoma itu mengangguk mengiyakan.
Bokuto, Kuroo, Konoha, Yaku, dan (Name) berpamitan pada keluarga Akaashi kemudian pulang ke rumah masing masing.
Kini tersisa Kuroo dan (Name) yang sedang jalan bersebelahan menuju rumah mereka setelah turun dari stasiun."Aku tahu kau sedang sedih. Tapi jangan berkelanjutan" ucap Kuroo sambil memandangi langit gelap yang bertaburan bintang dan satu bulan.
"Tapi Kuroo.. kenapa?" Berbeda dengan (Name) yang menunduk memandangi tanah yang ia injak.
"Ini semua takdir, kau tahu? Kita semua pasti bisa mengembalikan ingatan Akaashi. Kau tidak sendiri" Si pria berambut aneh itu menepuk nepuk pelan kepala si gadis.
.
.
.Hari hari berlalu, Akaashi sudah sadar namun ingatannya belum pulih. (Name), Bokuto, Kuroo, Kenma dan yang lainnya sering berkunjung ke rumah sakit. Perlahan mereka mengembalikan ingatan Akaashi.
Bokuto adalah sahabat terdekat Akaashi, ia adalah setter di Fukurodani, juga dimana ia sekarang, ia sudah ingat. Hanya beberapa dari apa yang mereka coba pulihkan yang mampu mengingatkan Akaashi.
Sayangnya Akaashi belum ingat kalau (Name) adalah kekasihnya, Ralat! Mantan kekasihnya. Ia hanya ingat nama (Name) dan juga gadis itu berasal dari tim voli Nekoma.
Menyakitkan? Coba tanya pada hatimu, bagaimana rasanya?
"(N-Name)-san?" Akaashi memanggil dengan ragu ragu. Sang pemilik nama menoleh lalu tersenyum menunggu Akaashi melanjutkan kata katanya.
"A-apa kita pernah bertemu sebelumnya? Atau berteman akrab?" Akaashi mengusap jari tangan sebelah kirinya untuk mengurangi rasa canggung.
(Name) sudah senang bukan kepalang. Bagaimana tidak? Ada harapan baginya untuk Akaashi mengingatnya kembali sebagai "kekasihnya". Semua pikirannya tiba tiba dipaksa dikubur dalam dalam mengingat apa yang dokter katakan tentang mengembalikan ingatan Akaashi.
"Kalian boleh membantu mengembalikan memori Akaashi, tapi jangan yang terlalu berat dan sekaligus. Terlebih yang menyangkut perasaan, juga emosi pasien. Jikalau hal itu terjadi, ia akan merasa sakit kepala karena otaknya terus memproses ingatannya. Lakukanlah secara perlahan" begitu yang dokter ucapkan 3 hari lalu saat mereka kembali menjenguk Akaashi.
"Hm? Y-ya.. aku manager Nekoma. Klub volimu dan Klub voli sekolahku sering bermain bersama" ucap (Name) dibuat setenang mungkin.
Akaashi mengangguk pelan sambil memasukkan sepotong apel kedalam mulutnya. Beruntung ada Bokuto yang memutus kecanggungan diantara mereka berdua. Pria bersurai dwi warna itu membuka pintu dengan riang seraya berteriak
"Hey! Hey! Hey! Agaasheee!"
"Bo-ku-to-san! Jangan berisik ini rumah sakit!" (Name) memekik tertahan sambil melayangkan tatapan tajam pada Bokuto.
"Ehehehe.. oh ya, Akaashi lihat aku mengajak siapa hari ini!" Ia menggeser tubuhnya memunculkan seorang gadis bertubuh agak tinggi dengan wajah yang manis, Mai.
"Hm?" Akaashi memiringkan kepalanya mencoba mengingat siapa gadis itu.
"Hai Keiji! Aku Mai" suaranya halus sekali.
(Name) yang sudah mengetahui siapa Mai ini semakin merasa patah hati. Mai ini merupakan mantan kekasih Akaashi juga.
"Mai? Kau sekolah di Fukurodani juga?"
"Iya aku man— eh temanmu maksudnya" Mai menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.
Selanjutnya dihiasi oleh Mai yang mencoba mencuri perhatian Akaashi terus menerus. (Name)? Tentu saja risih. Tapi apa yang bisa ia lakukan?
"Eh, Bokuto-san aku pulang dulu ya?" Bisik (Name) pada Bokuto di sampingnya.
"He? Hmm baiklah" jawab Bokuto yang ikut berbisik.
Bokuto dan (Name) sedang duduk di sofa dipojok ruangan. Sedangkan Akaashi dan Mai sedang bercanda ria di sana. Tak mungkin kalau Bokuto tak menyadari mood (Name) yang hancur saat Mai datang. Kapten Voli Fukurodani itu jadi merasa bersalah karena membawa Mai kesini.
Hampir saja tangan (Name) menggapai tuas pintu, Akaashi sudah memanggilnya duluan.
"Eh? (Name)-san? Kau mau kemana?"
"Ha? Akaashi.. ha-hari ini aku ada janji dengan saudaraku, ya saudaraku. Aku pamit pulang ya!" Gadis itu gugup mengutarakan jawabannya, ya karena dia sedang berbohong.
"Hmm.. begitu ya? Ku pikir kau akan diam disini lebih lama lagi" ada sedikit sekali raut kecewa dari wajah Akaashi.
"Ahaha? Maaf Akaashi aku tidak bisa"
"Kalau begitu, berjanjilah kalau (Name)-san akan kemari lagi besok" sang gadis memekik kegirangan dalam hati karena Akaashi menantinya datang esok hari.
"Baiklah.. sampai jumpa!"
"Hati hati di jalan (Name)-san!" Akaashi mengulas senyum tipis sampai akhirnya pintu itu tertutup kembali setelah seorang gadis berjalan keluar.
Di luar ruangan..
Bagaimana rasanya? Melihat seorang gadis yang terlihat lebih dekat dengannya daripada dirimu?. Walaupun sekarang kau sudah menjadi mantan kekasihnya, tapi apa daya masih mencintainya?
(Name) menyenderkan tubuhnya di dinding koridor. Jendela di depannya menampakkan pemandangan kota Tokyo di sore hari. Dibawah sana, ada sebuah taman yang dipinggirnya ditanam bunga berbagai macam warna. Biasanya ia dan Akaashi sering mengunjungi taman itu di sore hari seperti ini.
Ia merindukannya, sangat merindukannya. Hampir satu bulan hubungannya dengan Akaashi kandas. Gadis itu masih tidak bisa menerima kenyataan kalau Akaashi kini "melupakannya". Ditambah lagi kedatangan Mai yang diterima dengan sangat baik oleh seorang Akaashi.
Hampir satu bulan juga ia dan si Miya kuning terus terusan bertukar pesan singkat. Walaupun Atsumu setia menemaninya, tetap saja hatinya merasa sepi kalau itu bukan Akaashi.
Masih tidak ada yang bisa menggantikan Akaashi di hatinya
Tbc~
Kalau kalian ada di posisi itu, mau milih Miya kuning atau burhan waras?
Hai! Astaga makin ngawur :'>
Dahlah.. kalau kalian suka, boleh klik tombol bintang di pojok kiri bawah ya tengkyuuu! ( ˘ ³˘)♥See u in the next chapter! (☞ ͡° ͜ʖ ͡°)☞
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE? || Akaashi Keiji ✔
FanficKisah kasih antara (Name), si manager klub voli Nekoma, dan Akaashi Keiji si setter andalan klub voli Fukurodani. Kok bisa? Ya bisalah, mereka buktinya. Akankah berjalan lancar? Siapa yang tahu, iyakan? 70% kemungkinan Ooc ❗ Update tidak menentu, se...