24. [Good bye]

2K 287 12
                                    

"(Name) besok kau ujian kan?" Tanya Kuroo yang sedang menghabiskan air minumnya.
Sang gadis mengangguk mengiyakan.

Mereka berada di rumah Kenma bersantai sebelum Kenma dan (Name) ujian. Seperti biasa, Kenma fokus pada PSP nya sedangkan Kuroo dan (Name) sedang menonton film yang baru Kuroo unduh.

"Setelah lulus, jadi ke luar negeri?" Tanya Kuroo lagi.

"Jadi"

"Kau sudah mengabari Akaashi?" Sekarang Kenma yang bertanya.

"Belum" (Name) menggelengkan kepalanya kemudian termenung.

"Kau harus mengatakannya dari sekarang" ucap si pria berambut hitam yang sekarang sedang mematikan laptopnya karena film nya sudah selesai.

"Tapi aku takut kalau aku mengatakannya nanti ia jadi sedih"

"Lebih baik Akaashi sedih dari sekarang daripada tiba tiba kau pergi tanpa mengabarinya" timpal Kenma.

Memang ada benarnya apa yang dikatakan oleh Kenma. Seperti itu lebih baik daripada tiba tiba (Name) pergi. Tapi bagaimana mengatakannya?

-----

Seminggu sudah berlalu, itu artinya ujian telah selesai. Murid tahun ketiga sudah bisa sedikit bernafas lega sebelum ujian masuk perguruan tinggi. Pekan ini mereka harus menyelesaikan pelajaran yang nilainya belum tuntas. Tapi karena (Name) adalah anak yang rajin, tidak ada nilai yang dibawah rata rata. Asik gak tuh?

Akhir akhir ini teman teman (Name) membahas kemana mereka akan melanjutkan pendidikan. Beberapa temannya memilih untuk langsung bekerja ada yang melanjutkan usaha keluarga, ataupun berdagang. Kalau (Name) sudah jelas akan melanjutkan pendidikan keluar negri.

Sebenarnya berat rasanya meninggalkan tanah kelahiran, teman teman, keluarga, dan tentunya Akaashi. Tapi namanya juga perjuangan, tentu butuh pengorbanan.

"Setelah lulus kau mau kuliah dimana?" Tanya Akaashi dengan sebuah Onigiri yang sudah digigit ujungnya.

(Name) tak kunjung menjawab pertanyaan Akaashi.
10 detik.. 40 detik.. 1 menit..

Sang gadis menarik nafas panjang kemudian menghembusnya perlahan.
"Maaf Keiji"

Tentu saja Akaashi heran tiba tiba (Name) minta maaf padanya.
"Ada apa?"

"Keluargaku menyarankan untuk kuliah di luar negri"

"Dimana?"

"Jerman"

"Kau mau?" (Name) mengangguk.

Lalu apa lagi? Akaashi tidak bisa menahan (Name) jika itu memang sudah keputusan keluarganya. Tentu saja berat untuk melepas sang kekasih jauh darinya. Setelah itu hening lagi.

Sekarang mereka tengah berada di sebuah cafe dekat Fukurodani, memesan minuman favorit masing masing sambil menunggu hujan diluar mereda. (Name) sedang memainkan telepon genggamnya sedangkan Akaashi sedang membaca buku.

"Kalau boleh jujur, sebenarnya aku tidak rela kamu pergi" Tiba tiba Akaashi menutup bukunya membuat atensi (Name) berpindah.

"Nanti aku pulang kok Keiji tenang saja" (Name) tersenyum menatap netra kehijauan milik Akaashi.

"Kapan kamu perginya?"

"Rabu depan kan kelulusan, 1 hari setelah kelulusan berarti hari Kamis"

"Kenapa baru bilang sekarang kalau kamu mau ke luar negeri?"

"Aku takut Keiji kepikiran aku terus. Jadinya baru sekarang aku bilang" (Name) mengusap lembut jemari Akaashi yang berurat.

Langit di luar sana mulai cerah air hujan mulai berhenti membasahi jalanan. Udara semakin dingin mengingat hari sudah semakin sore. Minuman yang mereka pesan sudah habis. Akaashi dan (Name) memutuskan untuk pulang ke rumah masing masing.

Akaashi meminjamkan jaketnya untuk dipakai sang gadis. Sepanjang jalan (Name) tertawa sangat riang karena lelucon yang mereka buat sendiri. Ingin sekali menghentikan waktu membiarkan (Name) tetap disampingnya. Tapi kenyataan tidak bisa dipungkiri lagi.

"Keijii!! Lihat lihat!!" Seorang gadis dengan senyum cerahnya memperlihatkan gulungan berwarna merah cerah yang berisikan dokumen kelulusannya.

"Aku juga punya kok" Sang pria juga menunjukkan gulungan berwarna putih berlabel logo Fukurodani.

Keduanya terlihat bahagia di hari kelulusannya. Bunga sakura yang bermekaran dan langit biru menjadi saksi gembiranya kedua insan yang di almamaternya terdapat hiasan bunga sederhana.

"Keiji, kalau aku pulang nanti jemput aku di bandara ya"

"Iyaa nanti aku jemput"

"Harus janji ya!"

"Aku janji! Nanti aku buatin pie kesukaan kamu"

"Benarkah?! Kenapa gak sekarang aja" (Name) mengerucutkan bibir mungilnya.

"Gak sempet" Akaashi terkekeh menjepit kedua pipi kekasihnya membuat sang gadis merengek.

"Tapi Keiji, aku takut kamu kenapa kenapa disini"

"Harusnya aku yang takut kamu kenapa kenapa disana"

"M-maksudku tuh takut kamu cari ya-"

"Aku harus apa biar kamu percaya sama aku hm?"

"Tapi Keiji aku takut Mai itu deketin kamu lagi" (Name) menunduk sambil berjongkok.

"Hei, aku janji gak akan berpaling dari kamu kok." Akaashi menepuk pelan pucuk kepala gadisnya.

"Beneran?"

"Asal kamu juga jaga hati disana"

(Name) memeluk Akaashi membuat sang pria ikut terduduk. Perlahan dada Akaashi mulai basah oleh air mata (Name) yang sedang sesegukan.

"Cup cup jangan nangis" Surai hitam milik sang gadis dielusnya lembut.

"T-tapi ke.. iji"

"Yaudah nangis aja deh nanti kamu kangen sama aku" Akaashi terkekeh pelan membalas pelukan kekasihnya.

Keduanya sama sama tak rela ditinggal dan meninggalkan apalagi dalam waktu yang cukup lama. Besok (Name) sudah berangkat, begitu juga Akaashi yang melanjutkan pendidikannya di luar Tokyo.

Badan mungil yang selalu ingin ia peluk, suara yang selalu ingin ia dengar, rambut yang selalu ingin ia usap, senyum yang selalu ingin ia nikmati, mulai besok hingga 5 tahun kedepan harus jauh darinya.








Tbc~

Hai! Hehehe aku lama banget keknya hiatusnya mana gak bilang bilang juga🤣 tenang aja, besok besok gak hiatus lagi kok

Jadi gimana ini? Rela gak jauh dari Akaashi? Kira kira kedepannya gimana ya?

Banyak yang tanya "(-) chapter" Itu apa? Ya tunggu ajalah 4 chapter lagi beres kok ini🤣
Yok bisa yok tinggalkan jejak kalian disini. See u in the next chapter❤

MINE? || Akaashi Keiji ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang