41. Foto Yang Tak Berubah

381 71 0
                                    

akhirnya, aku masih ada disini. di tempat pemakaman. bedanya, aku sekarang sudah ada bersama kak dipta di area parkiran.

tadi itu bunda. bersama teh manda dan ayah ramdan. juga dengan seorang laki laki di samping teh manda. mereka juga akan berziarah ke makam bumi.

setelah berpelukan cukup lama, dan lagi lagi harus mengeluarkan air mata karena tak menyangka akan bertemu bunda, aku mempersilahkan mereka untuk menemui bumi di tempat istirahatnya. bunda mengajakku untuk mampir dulu ke rumahnya. bunda rindu katanya.

"udah?" kata kak dipta, saat melihat aku yang mendekat ke arahnya.

aku diam dulu, tak langsung menjawab. mataku menatapnya dan tersenyum. tak tau kenapa, aku hanya ingin melakukannya.

kak dipta mengusap sisa sisa air mata yang masih menggenang di wajahku, "jangan nangis lagi, ya?"

kepalaku mengangguk untuk menjawabnya.

"pulang sekarang?" lagi, kak dipta bertanya.

"kak... tadi aku ketemu bunda di sana."

"bunda?"

"ibu nya bumi."

"oh gitu? lagi ziarah juga, ya?"

"iya..." jawabku, "aku... di minta mampir sama bunda ke rumahnya. gapapa?"

"kamu mau?"

dengan perlahan aku menganggukan kepala, "boleh?"

"ya kalau kamu mau, sok aja. aku anter."

senyumku kembali mengembang, "makasih!" lalu sedetik kemudian, aku melentangkan kedua lenganku dan menatap kak dipta.

kak dipta terlihat kebingungan, "apa?"

"peluk..."

akhirnya mengerti, kak dipta langsung menerima sambutan lenganku tadi. kak dipta memelukku.

akibat tinggi ku dengan kak dipta yang berbeda, membuat aku kini mendekam di dadanya.

"makasih ya..."

"makasih buat apa?"

"semuanya. semuanya yang udah kamu lakuin buat aku. makasih."

"makasih juga, ya."

"loh?"

"makasih karena kamu mau buka hati buat aku. sama... makasih juga udah mau jadi calon istri aku."

aku mendongak menatap kak dipta, lalu tertawa setelahnya.

"kok ketawa? aku lagi ga ngelucu padahal."

tawaku sedikit demi sedikit mereda, "kamu tuh aneh tau."

"aneh?"

"iya, aneh. kata kak adit, cewe disana yang deketin kamu tuh banyaak. cewe cewe bule yang notabene nya pada cantik, putih, mulus. tapi kenapa kamu malah maunya sama aku?"

"ya kalau aku bisa milih buat jatuh cinta sama siapa, kayanya juga aku bakal milih mereka."

mataku melotot, "IH!!"

"beneran. tapi kan nyatanya aku gabisa milih, dan akhirnya hati aku sendiri yang nentuin. yaitu, buat jatuh cinta sama kamu."

"iya, percaya deh sama mulutnya lelaki." kataku, sambil melonggarkan pelukanku pada kak dipta. tapi kak dipta tak semena mena melepaskan ku. kak dipta, tetap menggenggam lenganku.

"cantik..."

kepalaku menoleh pada sumber suara. itu suara bunda.

"bunda,"

semesta (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang