3. Karoket Teh Upi (Selamat Ulang Tahun, Bumi)

1.5K 191 16
                                    

"ayo, sini."

aku dipersilahkan masuk ke sebuah warung sederhana oleh bumi. jadi ini warung teh upi.

siswa yang ada disini kebanyakan siswa badung. merokok. baju tak rapi. bahasa kasar dan umpatan lainnya terdengar. sangat tak karuan.

"teh, ini siapa cing?" kata bumi, berbicara pada seorang wanita yang kira-kira usianya berkepala tiga.

"saha?"

"pacarnya edo."

"edo saha, ja?"

"teuing, teu apal. hahahaha."

aku ikut tertawa melihat kelakuan bumi yang sangat random itu.

"saya vanessa, teh." kataku, memperkenalkan diri.

"jangan pake saya atuh, meuni kaku." ujar teh upi.

aku senyum, "panggilnya eca aja."

"oh, eca. iya iya. pas atuh ini mah. eja, eca." teh upi menunjuk bumi dan aku secara bergantian, dan langsung membuat semua orang yang ada disana berteriak heboh.

"sutt sutt!!" seru bumi, menyuruh semuanya untuk diam, "doain we yah." lanjutnya lagi, yang langsung di soraki oleh yang lain.

"duduk dulu, ca. mau makan apa?"

"eu.." aku bingung mau menjawab apa. karena menu nya saja aku tak tahu.

aku menatap bumi, kemudian bumi langsung berbicara kepada teh upi, "apa aja teh. asal halal."

"oh yaudah atuh. tunggu, ya." teh upi pun berlalu ke belakang.

aku dan bumi duduk di salah satu bangku, berdua.

"dika mana?"

"di belakang sini paling. lagi main cewe."

"serius?"

"bercanda."

aku mendelik malas mendengar jawaban bumi.

"dika ada. aku itung sampe tiga nih, ya. dia pasti dateng." katanya.

aku diam, memperhatikan bumi.

"satu..."

"dua..."

"tiga..."

"ASSALAMUALAIKUM PA HAJI!!"

"tuh, dika."

benar saja, saat di hitungan ketiga dika datang. dengan dua temannya yang lain pastinya.

"kok bisa?" tanyaku, takjub.

"bisa, dong. aku kan anaknya pak tarno." jawabnya, tapi aku malah diam. tak tahu siapa yang dia maksud.

"pak tarno siapa?"

"ah, lupa. kamu di belanda. jadi becandaan aku ga lucu."

"ya maaf."

"weisss, mamang eja." temannya yang tadi berteriak dengan kencang bernama raka itu langsung menyalami bumi. seperti sudah lama tak bertemu.

"kunaon si raka?" tanya bumi.

"kalau si raka diem, baru maneh nanya, ja. normal si raka kaya gini mah." balas dika, sambil duduk di kursi sebelahku.

"oh heeh, bener."

"makan kesini, ca? tumben?" agam bertanya padaku, saat dia sudah mengambil kursi dan duduk di ujung meja.

sebelumnya aku memang sudah berkenalan dengan dua teman bumi yang lain. jadi, aku sudah sedikit akrab dengan mereka.

semesta (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang