4. Hidangan

1K 173 1
                                    

"kak, kak putra kapan katanya ke sini?" tanyaku, pada kak adit.

"katanya sih dia mau sarjana disana. tanggung." jawabnya, yang sedang fokus pada mainan play station 2 nya itu.

aku mengangguk tanda meng-oh-kan perkataan kak adit, lalu melanjutkan kegiatan membaca ku.

tak lama, suara pintu di ketuk terdengar oleh telingaku.

"kak, buka tuh pintu." titahku.

"ga liat kakak lagi apa?"

aku mendecak, "bi ani, tolong bukain pintu, ya." seru ku, meminta tolong pada asisten rumah tangga kami.

"iya, neng." sahutnya, lalu berlalu ke arah pintu utama.

tapi, tak sampai satu menit, bi ani sudah ada lagi di hadapanku.

"neng, tamu buat neng." kata bi ani.

"oh gitu, makasih ya, bi."

aku menyimpan buku ku di atas kursi, lalu menghampiri si tamu yang ingin bertemu denganku.

"agung?"

aku terkejut saat melihat teman sekelasku tiba-tiba ada di depan rumah.

"hai, eca." sapanya.

"ada perlu apa? masuk dulu sini."

"nggak usah, ca." tolaknya, "aku cuma mau ngasih ini."

agung memberikanku sebuah kotak. dari bentuknya sih sepertinya itu kotak yang di gunakan untuk nasi kotak dari hidangan undangan syukuran.

"apa ini?"

"gatau."

kening ku berkerut, "lah."

"katanya dari dokter kandungan bonus dengan melahirkan spesialis hewan unggas."

"hah? siapa sih?"

aku berpikir. dokter kandungan bonus melahirkan spesialis hewan unggas? memangnya aku punya kenalan dokter?

dan lagipula, apa binatang unggas memerlukan dokter untuk mengecek kandungannya dan saat mereka akan melahirkan?

"y-yaudah deh. ini aku terima. makasih ya, gung." ucapku, sambil menerima kotak tadi.

"iya ca, sama-sama. aku pulang, ya."

"oke, hati-hati."

aku pun langsung masuk kembali ke rumah dan duduk di tempatku tadi. di ruang keluarga.

"siapa sih, ca?" kata kak adit.

"temen sekelasku. dia ngasih ini." aku menunjukan kotak tadi.

"dari dia?"

"bukan."

"terus dari siapa?"

"katanya dari dokter kandungan bonus dengan melahirkan spesialis hewan unggas." jawabku, apa adanya.

"lah, hahahaha. yang naksir kamu mungkin."

"yakali dokter hewan unggas naksir aku."

"emang ada dokter khusus hewan unggas?" ucap kak adit.

"ya mana aku tau." ujarku, "udah ah, mau ke kamar."

aku pun beranjak dari kursi, sampai kak adit berbicara lagi, "awas itu isinya bom."

"tinggal aku lempar ke muka mu." ketusku, sambil melanjutkan langkah menuju kamar.

sesampainya di kamar, aku menutup pintu dengan rapat, kemudian duduk di meja belajar.

semesta (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang