23. Kenapa?

453 97 46
                                    

🥀🥀🥀

"kakek sama nenek mana?" tanyaku, saat melihat ibu dan kak putra yang sedang menonton dengan santai di ruang keluarga.

"udah pada tidur. kamu kenapa kok belum tidur? besok kan harus ke sekolah pagi lagi. bukannya jaga kesehatan. kamu lagi sibuk sibuknya, malah begadang. nanti sakit lagi."

ya, ibu memang cerewet kalau bersangkutan dengan kesehatan.

"jadi osis kan kamu, ca? babu guru ihhhh." sahut kak putra, saat aku baru saja duduk di samping ibu.

"huss, kamu ngomong apa sih, put. bagus kok masuk osis." bela ibu.

aku yang malas menanggapi ejekan kak putra hanya mendelikan mata, kemudian memeluk ibu.

"kamu kenapa, ca? mau cerita? hm?" tanya ibu, sambil mengelus rambutku.

"bu..."

"kenapa?"

"bumi naik motor sama cewe lain."

kurasakan nafas ibu tertahan sepersekian detik, mungkin karena terkejut, "dia nganterin pulang kali, ca."

"tapi dia ga kasih tau eca, bu."

"sampai sekarang?"

"iya." jawabku, "eca juga udah telepon bunda tadi. katanya bumi juga belum nyampe rumah."

"sekarang udah jam setengah 11. kamu telepon jam berapa?" kini kak putra yang bertanya.

"tadi jam 10an."

"mungkin dia lagi ada perlu sama cewe itu." kata ibu, mencoba berpikiran positif.

"mana ada bu perlu sama cewe lain, tapi udah malem gini dia belum pulang. dia juga ga ngabarin eca."

"kamu kenal cewenya, ca?" tanya kak putra.

"dia temen sebangku aku. dia juga suka sama bumi udah dari lama. dari sebelum aku pindah ke bandung. aku pernah cerita ini sama kak adit."

tanpa sadar, air mataku turun perlahan begitu saja. tanpa permisi, tanpa aba-aba.

"sayang, jangan nangis dong. ibu coba telepon bunda, ya. siapa tau eja udah pulang."

ibu pun langsung menyalakan ponselnya untuk menghubungi bunda.

tak lama pun telepon tersambung,

"assalamualaikum."

"waalaikumsallam."

"aduh maaf ngeganggu malem-malem gini."

"duhh, gapapa, kok. lagi santai juga. ada apa?"

"ini si eca nanya, eja udah pulang belum ya?"

"si eja téh belum pulang. saya juga gatau ini téh kemana. di teleponin dari tadi ga aktif hape nya. mati mungkin, abis batre."

"oh gitu, ya. eca dari tadi nanyain. sampe belum tidur."

"iya, tadi juga udah nelepon ke saya. boleh bicara sama eca nya, bu?"

"oh boleh boleh."
"sayang, nih bunda mau ngomong." kata ibu, padaku.

aku pun menerima ponsel ibu dengan sedikit menahan tangis, "assalamualaikum, bunda."

"waalaikumsallam, cantik. kamu kenapa sayang? nangis?"

aku diam, tak menjawab bunda.

"nanti biar si eja bunda marahin, ya. berani beraninya bikin nangis eca."

semesta (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang