8. Bumi Kenapa?

778 133 11
                                    

[TERJEMAHAN DARI BAHASA SUNDA KE BAHASA INDONESIA ADA DI KOLOM KOMENTAR]

"bumii..." ucapku di telepon.

"kenapa langit?"

"lagi dimana?"

"di tempat main."

"aku kesana, ya." kataku, penuh semangat.

"mau apa?"

"ngasih kejutan. tunggu aku, ya."

dengan sebelah pihak aku menutup sambungan telepon, kemudian keluar kamar.

"ayo, kak." ajakku pada kak putra yang sedang bermain game bersama dengan kak adit.

"bentar, nanggung nih." jawabnya, sambil tatapannya tetap terfokus pada layar tv di depan mereka.

aku berdecak, "ih, ayoo."

"dit, anterin si eca beli martabak sana." kak putra menyenggol kak adit yang berada di sebelahnya.

"ngga ah. males."

"ihhhhh. cepetan gaaa. kak putraaaa!!"

ya, beginilah jika kak putra dan kak adit disatukan. aku selalu di kucilkan.

"dit... dit... anterin dulu itu si eca. biar diem. nih, duitnya dari urang."

"mbung atuh, ah. hoream."

aku menarik nafasku dalam, lalu membuangnya kasar. mereka berdua memang benar-benar membuat ku kesal.

jika aku bisa memakai salah satu kendaraan yang ada dirumah, aku akan pergi sekarang juga tanpa merengek pada mereka berdua.

tapi aku tak bisa mengendarai motor, apalagi mobil. pak dani juga sudah pulang, jadi tak bisa mengantarku.

harapanku hanya ada pada kak adit dan kak putra yang sedang beradu dalam sebuah permainan.

aku berfikir berbagai cara agar salah satu dari mereka mau mengantarku. sampai akhirnya, ide cemerlang pun menghampiri otak ku.

aku mengeluarkan ponsel yang ada di saku celanaku, lalu menghubungi seseorang disana, dan menempelkan ponsel itu di telingaku.

"HALO, KAKEK." ujarku, sengaja di nyaringkan.

dan benar saja, salah satu dari mereka langsung berdiri dan melempar stick ps nya ke sembarang arah.

"ayo, ca." ucap kak putra, sambil membawa kunci mobil yang ada di meja dan berlalu keluar.

saat aku akan mengikuti langkah kak putra, aku mendengar suara decihan dari kak adit.

"sama kakek doang takut." serunya, meremehkan kak putra.

"aku lagi nelepon beneran loh, kak." aku menunjukan ponselku yang memang tersambung di sebuah telepon.

kak adit yang melihatnya langsung panik sendiri, membekap mulutnya, kemudian berlari entah kemana.

aku tersenyum, lalu kembali menempelkan ponsel pada daun telinga.

"halo, riska. sorry ganggu ya, haha."

||
||

(( s e m e s t a ))

||
||

"mau ngapain kesana?"

"ngasih martabak. kakak tunggu disini."

semesta (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang