Aku sangat menikmati hari-hariku yang baru, semuanya tampak lebih jelas. Analoginya seperti; Jika sebelumnya aku melihat sebuah warna terasa buram, sekarang aku melihatnya sangat jelas. Biru terlihat biru, merah terlihat merah, kuning terlihat kuning.
Donghae waktu itu sempat memberiku pesan, jika aku merasakan tekanan di kepalaku dan hampir tidak sadarkan diri, aku harus menautkan kedua tanganku sekuat mungkin untuk menekan rasa itu. Saat ku tanya mengapa aku harus merasakan hal itu, Donghae tidak menjelaskan apa-apa, ia bilang itu pertanda buruk dan aku harus menuruti sarannya. Jadi aku menurutinya.
Tapi sampai hari ini, aku belum merasakan tekanan di kepalaku.
Hal pertama yang sangat ingin aku lakukan adalah bertemu Jisung, jadi aku menelepon Siwon.
"Siwon-ssi, aku sudah sembuh!"
"Kau sakit?"
"Aku di diagnosa Dissosiative Identity Disorder beberapa bulan yang lalu dan menjalani terapi yang panjang, sekarang aku sudah lebih baik. Apa aku boleh bertemu Jisung?"
"Hm.. Boleh saja, kau ingat ia akan ulang tahun bukan?"
"Ingat!! Karena itulah aku meneleponmu."
"Datang saja saat perayaan ulang tahunnya nanti, aku akan memberitahu Heechul tentang kedatanganmu."
"Terima kasih, Siwon-ssi."
🎲
Aku membawa satu set mainan monopoli berbahasa Inggris sebagai kado untuk anakku, ku pikir itu akan membantunya belajar bahasa Inggris.
Heechul membukakan pintu ketika aku datang.
"Siwon sudah memberitahu kedatanganmu, Jisung ada di kamarnya—di atas, kau bisa bertemu dengannya sebelum acara di mulai."Aku menyetujuinya dan menuju kamar Jisung, anak itu berlari menghampiriku sambil memelukku erat.
"Aku rindu Papa!"
"Aku juga rindu padamu, sayang." Ku ciumi seluruh wajahnya sambil memberikan bungkusan kado.
"Apa Papa membawa pistol mainan yang kau janjikan?" tanya Jisung.
Aku tidak bisa mengingat kapan aku berjanji akan hal itu, aku bahkan belum bertemu dengan Jisung hampir delapan bulan.
Tiba-tiba Heechul masuk ke kamar.
"Anak ini... Ia sama gilanya denganmu, Hyukjae. Ia terus menceritakan tentang pertemuannya denganmu dan janji-janjimu soal pistol mainan, ia pembohong, aku benar-benar lelah mengurusnya." Ucap Heechul.
Aku terdiam, tidak tahu harus merespon apa. Kepalaku mulai terasa sakit, lalu kuingat pesan Donghae untuk menautkan kedua tanganku sekuat mungkin jika kepalaku sakit. Sambil memeluk Jisung, aku menautkan tanganku sekuatku hingga sakit di kepalaku perlahan berkurang.
Isakan Jisung di pelukanku mengembalikan kesadaranku.
"Sssstt... Apa kau sering menerima omelan Heechul?" Tanyaku pelan.
Jisung mengangguk. "Ia selalu mengatakan sesuatu yang menyakitiku jika tidak ada ayah di rumah. Ia menyebut kau gila, kau pembohong, ia juga bilang aku sama sepertimu. Aku tidak sepertimu, kan, Pa?"
Kepalaku kembali terasa ngilu. "Tentu saja tidak, sayang. Papa menjadi seperti itu karena sakit, sedangkan kau tidak sakit." Jawabku sambil terus menautkan kedua tanganku.
"Papa harus cepat sembuh agar aku bisa tinggal denganmu, aku benci Tata."
"Hei, kau tidak boleh bicara seperti itu. Ia sudah mengurusmu ketika Papa tidak bisa melakukannya, kau harus menghormatinya, mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. D and Fourth Lee [ HaeHyuk ]
FanfictionLee Hyukjae-bercerai dari suaminya, karena sang suami menganggap ia pembohong dan penyakitan, ia memutuskan untuk berobat ke psikiater ketika mulai menyadari ada yang salah terhadap dirinya. Setelah di diagnosa, ternyata ia mengidap gangguan multi k...