TERCIPTANYA SPENCER (BAGIAN PERTAMA)
Tubuh kecilnya terbangun di dalam sebuah lemari berukuran sedang, sudah berjam-jam sejak ayah tirinya membentaknya untuk masuk ke sana. Hyukjae ketakutan, setiap kali ia masuk ke dalam lemari tersebut, ia akan mendengar suara rintihan dan geraman dari ayah dan ibunya. Dalam bayangannya, ia membayangkan sang ibu di sakiti oleh ayahnya.
Saat Hyukjae mendengar rintihan ibunya semakin kuat, ia memberanikan diri mengintip dari celah pintu lemari untuk memastikan ibunya baik-baik saja.
Pemandangan mengerikan muncul di hadapannya, ayah tiri Hyukjae berada di belakang sang ibu, melakukan gerakan teratur, setiap gerakan yang di lakukan pria itu berhasil membuat ibunya merintih. Itu terlihat berantakan dan mengerikan. Ibunya tampak tidak berdaya setiap kali pria itu mendorong tubuhnya ke depan.
"Hentikan!" Pekik Hyukjae.
Pria tidak beradab itu menyadari bahwa Hyukjae keluar dari lemari dan langsung menyeret paksa tubuh kecil Hyukjae keluar rumah.
"Tetap di sini sepanjang malam, anak nakal!"
🎲
Meringkuk kedinginan, tubuh mungil Hyukjae tertidur di atas sofa kumuh yang terletak di halaman belakang rumahnya. Setelah kejadian tadi, Hyukjae tidak di biarkan masuk ke dalam rumah lagi, bahkan ibunya juga tidak menjemput Hyukjae untuk membawanya kembali masuk. Malam itu, dingin dan menyakitkan.
Keesokan harinya, setelah ayah tiri Hyukjae berangkat kerja, ibu Hyukjae menyuruh anak itu masuk untuk membersihkan diri, ia bilang ia akan memindahkan Hyukjae untuk menetap di rumah neneknya sampai waktu yang tidak di tentukan.
Ibu Hyukjae sudah mengemas semua pakaian Hyukjae—juga mainan anak itu. Tidak ada yang tersisa.
Dan sejak hari itu, Hyukjae tidak pernah lagi bertemu ibunya—atau ayah tirinya.
🎲
Kian hari tentu saja kian berubah, Hyukjae tumbuh menjadi remaja pemalu yang juga tidak terlalu pintar, ia tidak punya bakat apapun, tidak punya banyak teman. Ia—anak laki-laki malang yang kesepian.
Sepulang sekolah biasanya ia langsung pulang ke rumah sang nenek, membantu neneknya melakukan pekerjaan rumah, lalu masuk ke kamar dan hanya diam di sana. Tidak melakukan apapun. Hyukjae tidak pernah bisa fokus pada sesuatu, pikirannya suka melayang entah kemana.
"Kau harus pergi dari rumah ini jika umurmu sudah tujuh belas. Itu artinya tahun depan." Ketus nenek Hyukjae.
Wanita tua itu hampir setiap hari mengatakannya, seakan Hyukjae benar-benar membebaninya, atau kenyataannya memang seperti itu.
Hyukjae tidak terlalu sering berinteraksi dengan kakeknya, menurut Hyukjae pria itu agak aneh—ia sering memegangi penisnya sendiri sambil menyeringai ke arah Hyukjae, hal itu selalu berhasil membuat Hyukjae bergidik ngeri.
Satu hari di akhir pekan, nenek Hyukjae memintanya untuk menemani kakek Hyukjae yang sedang sakit.
"Aku harus membeli beberapa keperluan dapur, kau temani kakekmu, ia sedang sedikit demam."
Hyukjae hanya menurutinya. Ia membuat secangkir teh hangat sebelum membawanya ke kamar sang kakek.
Dengan sopan Hyukjae mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke kamar tersebut, tubuh tua dan lemah itu terbujur di atas tempat tidur.
"Aku membawakanmu teh hangat dan kue yang lembut, kau bisa menikmatinya." Ucap Hyukjae pelan.
Pria tua itu menyeringai—seperti yang sering ia lakukan. "Bagaimana jika aku menikmatimu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. D and Fourth Lee [ HaeHyuk ]
FanfictionLee Hyukjae-bercerai dari suaminya, karena sang suami menganggap ia pembohong dan penyakitan, ia memutuskan untuk berobat ke psikiater ketika mulai menyadari ada yang salah terhadap dirinya. Setelah di diagnosa, ternyata ia mengidap gangguan multi k...