𝐃𝐫.𝐃 𝐚𝐧𝐝 𝐅𝐨𝐮𝐫𝐭𝐡 𝐋𝐞𝐞
🎭
HaeHyuk • BxBRomance | Psychological Fiction | Angst
"THE FOURTH LEE."
Itu adalah judul pameran tunggal pertamaku tahun ini, enam bulan terakhir aku menggempur diriku sendiri untuk terus melukis karena ada tawaran pameran tunggal. Pameran seperti itu tentu saja impian hampir semua seniman, untuk temanya sendiri aku yang menentukan. Aku bekerja sama dengan galeri yang sangat kooperatif dan para kurator profesional. Ini seperti titik paling terang untuk karirku sebagai pelukis.
Ada dua belas karya dengan tema yang terkait dalam pameran tunggalku kali ini, empat di antaranya adalah tentang Lee Hyukjae. Ya, ini pameran tentang diriku dan aku yang lainnya.
Aku menonjolkan karakteristik diriku yang sempat terbagi menjadi empat identitas. Sangat menarik, bukan? Oh Tuhan aku bangga pada diriku sendiri.
Aku sibuk, sangat sibuk. Tapi tidak satu hari pun aku melupakan obat-obatku dan tentunya Jisung. Prioritas utamaku saat ini adalah diriku dan Jisung. Meskipun Jisung tidak tinggal bersamaku, aku memperhatikan setiap tumbuh kembangnya. Ia anak yang pintar dan bijaksana.
Satu hari sebelum pameran benar-benar hari penting bagiku, aku harus memastikan segalanya sudah sesuai dengan mauku dan tidak ada kesalahan. Saking sibuknya, aku hampir lupa untuk makan andai sore itu secara ajaib Donghae tidak masuk seenaknya ke dalam studio lukisku.
Aku menatapnya heran ketika ia masuk tanpa permisi seakan ini rumahnya sendiri. "Apa yang kau lakukan di sini? Tidak kerja?"
Donghae membawa sebuah totebag yang terlihat lumayan penuh. "Kau pasti belum makan."
Si bodoh itu bahkan tidak menjawab pertanyaanku.
Sebentar, aku perlu klarifikasi. Aku tidak punya hubungan apapun dengannya, satu-satunya hal yang mengaitkan diriku dan dia hanya konsultasi bulanan. Sebenarnya aku sudah tidak perlu melakukannya secara berkala, tapi karena aku terlalu sibuk dan pekerjaanku cukup menguras otak, enam bulan terakhir Donghae sangat was-was dengan kondisiku.
Ia memintaku datang ke tempat prakteknya minimal satu kali sebulan hanya untuk menceritakan semua yang aku lalui. Aku sama sekali tidak keberatan, saat ini aku benar-benar menghargai hidupku, jadi akan kulakukan segalanya untuk menjadi Lee Hyukjae yang lebih baik.
Tapi Donghae sering mengganggu, kadang ketika selesai konsultasi, ia memintaku menunggu lima belas menit sampai ia selesai dengan pekerjaannya lalu mengajakku makan bersama. Atau hanya sekedar keliling kota menggunakan sedan mewahnya. Itu mengganggu! Aku sering kesal di buatnya, tapi entah kenapa aku terus melakukannya.
"Jawab aku, Dokter D!" Ketusku.
Ia terkikik. "Aku sudah selesai kerja, Hyukjae. Aku ke sini karena aku tahu kau pasti sibuk sampai lupa makan. Itu hampir selalu terjadi setiap kali jadwalmu padat."
Lihat kan? Dia sok tahu.
"Duduk dan makanlah, aku membeli ini semua repot-repot."
Aku mendecih. "Kau tidak perlu melakukannya kalau repot, aku tidak memintamu!"
"Makan." Ucapnya singkat penuh penekanan.
Bajingan.
Sambil mendengus kasar aku duduk di depan Donghae, lalu makan dengan baik. Benar saja, aku ternyata lapar sekali. Aku menghabiskan banyak makanan utama dan makanan penutup, begitu juga Donghae.
"Aku selalu suka melihatmu makan, kau mengunyah seperti hamster." Ujar Donghae tiba-tiba di iringi sendawa yang menjijikkan.
Kalian akan membencinya jika kalian tahu sifat aslinya. Ia bukan pria pintar dan tegas seperti di ruangan prakteknya, sama sekali bukan. Donghae itu konyol dan menyebalkan.
"Terserah." Ucapku singkat sambil membereskan piring-piring kotor. "Setelah ini kau bisa pulang? Aku harus menyelesaikan beberapa hal."
Ia menggeleng cepat. "Aku mau di sini."
"Itu kabar buruk, Hae."
Ia melengos tak peduli. Aku bersumpah demi seluruh kecoa di muka bumi, Donghae benar-benar menyebalkan, aku bersumpah.
Kemudian ia mengangkat tubuhnya dan berkeliling studioku yang cukup besar ini. Aku tidak bekerja sendiri, tentunya. Ada beberapa artisan yang ku minta datang empat kali seminggu untuk merawat beberapa karyaku, atau membantuku berkarya dan mengurus studio.
"Hyukjae-ssi, kau tidak ada rencana melukis tubuhku tanpa busana?" Ia terlihat sangat enteng mengucapkannya.
Satu buah kuas model filbert berukuran 22 cm seketika melayang tepat mengenai kepala dokter mesum itu.
"YAA!! SAKIT!!" Bentaknya sembari mengusap-usap kepalanya. Itu pasti sakit, mampus.
"KAU YANG MEMAKSAKU MELAKUKANNYA, DOKTER GILA!"
"Kebetulan aku memang dokter untuk orang gila."
"Kau sendiri membutuhkan dokter karena kau gila."
Aku sering kesal pada Donghae, tapi entah mengapa aku juga hampir selalu nyaman berada di dekatnya.
Suara Donghae mengejutkanku ketika aku sedang fokus mencuci piring dan gelas bekas makan tadi.
"Besok acaranya jam berapa?" Tanyanya tiba-tiba.
"Aku akan stand by dari jam sembilan pagi."
Ia mengangguk paham. "Aku sudah mengosongkan jadwalku besok, aku akan siaga di pameranmu seharian."
"Tidak perlu begitu, Hae. Aku akan baik-baik saja. Aku tidak mau mengganggu jadwal kerjamu, kau punya banyak pasien lainnya yang membutuhkanmu."
"Aku melakukannya karena aku mau, Hyukjae."
Jujur saja aku agak khawatir, Donghae terlalu memperhatikanku dan kupikir itu berlebihan. Mengingat ia dokter yang hebat dan pasiennya bukan hanya aku. "Apa tidak masalah?" Tanyaku ragu.
"Sama sekali tidak."
Helaan nafas panjang mengiringi persetujuanku. Kalau Donghae bilang tidak masalah, berarti dia sudah menanganinya denganbaik,k meskipun aku merasa agak segan.
🎲
Esok paginya aku bangun cukup cepat, ini hari yang besar dalam hidupku. Aku menggunakan turtleneck hitam dengan luaran coklat muda yang membuatku terlihat sangat elegan. Tidak lupa anting panjang dan sedikit riasan. Pantulan diriku menunjukkan ketampanan yang sangat anggun.
Galeri yang cukup besar ini di penuhi karya-karya indahku. Aku bisa merasakan diriku begitu pekat di dalam ruangan ini.
Pembukaan acara berjalan sangat lancar, Donghae sudah ada di sini sejak tadi.
"Kau luar biasa, Hyukjae. Kau sangat luar biasa."
"Aku bangga padamu!"
"Selamat atas pameran menakjubkan ini, Hyuk!"Aku mendengar puluhan pujian dengan sangat jelas.
Sebuah tangan menarikku kuat ke dalam ruang panitia acara yang kosong, itu Donghae. Pria itu membawa satu bucket bunga mawar putih di tangannya lalu menghimpitku pada dinding ruangan.
"Dong-hae.." Ucapku pelan.
"Aku sangat bangga padamu, Hyukjae. Kau menakjubkan." Bisiknya. Wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Aku membeku.
"Selamat atas pameran tunggalmu, Lee Hyukjae."
Kalimat itu di akhiri dengan lumatan lembut pada bibirku yang membuatku semakin membeku. Donghae menciumku, pelan, lembut, intens dan sangat tulus. Tidak ada nafsu di sana. Perlahan aku membalas ciumannya dengan ritme yang sama.
Kemudian aku melayang entah kemana.
𝟐𝐛 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐞𝐝.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. D and Fourth Lee [ HaeHyuk ]
FanfictionLee Hyukjae-bercerai dari suaminya, karena sang suami menganggap ia pembohong dan penyakitan, ia memutuskan untuk berobat ke psikiater ketika mulai menyadari ada yang salah terhadap dirinya. Setelah di diagnosa, ternyata ia mengidap gangguan multi k...