『The Dream Chapter: Mikayla』

110 31 5
                                    

"Tuan putri berlindung di belakang saya!" Yeonjun terdengar memerintahku tapi dia juga langsung menarikku ke belakangnya tanpa menunggu persetujuanku.

Namun sepersekian detik setelahnya, tiba-tiba badanku tertarik dengan sendirinya menuju kearah mata bunglon itu. Aku sama sekali tidak ada niat mendekatinya loh?! Bagaimana bisa tubuhku bergerak sendiri?!

"Tuan putri!" Yeonjun menahanku dengan tangannya.

"Apa dia juga bisa mengendalikan orang dengan matanya?!" Yeonjun terlihat panik. "Tuan putri, jangan tatap matanya!" Mendengar itu aku langsung menunduk. Apakah matanya seberbahaya itu? Mampuslah aku, di mobil tadi kan aku melihati matanya terus!

"Bodoh." Gyu Akabene akhirnya bersuara.

Tak lama setelah kata-kata itu terdengar, tarikannya makin kuat. Hal itu membuat pegangan Yeonjun terlepas dariku. Eh gawat!

"Itu tidak ada pengaruhnya bodoh. Orang itu menarik bajunya, bukan mengendalikannya!" ucap Hueningkai mengoreksi prasangka Yeonjun yang berpikir bahwa matanya bisa mengendalikan tubuh seseorang.

"Kenapa kau baru bilang sekarang?!"

Bruk!

Ketika tubuhku sudah lumayan dekat darinya, mata bunglon itu langsung menarik tanganku dengan kasar hingga aku tak sengaja menabrak dada bidangnya.

Keras sekali!

"Sial!" umpat Yeonjun. Telapak tangannya mengeluarkan api lagi, kali ini volumenya lebih besar. Warna apinya juga lebih pekat. Rasa panasnya bahkan terasa sampai sini.

"Apa kau mau melukai tuan putrimu ini, hm?" Pria bernama lengkap Gyu Akabene itu tiba-tiba memegang kedua bahuku, membalikkan badanku kearah mereka, lalu memposisikanku berdiri didepannya.

Apa sekarang dia sedang menjadikanku tameng?!

Yeonjun... wajahnya makin panik. Apinya perlahan meredup. Mungkin saja karena aku secara tidak langsung melindungi Gyu jadi dia tidak berani menyerang. Aku juga ingin sekali kabur dari Gyu tapi cengkramannya pada bahuku kuat sekali. Rasanya benar-benar sakit.

"Hei kau yang disana."

Aku melihat ekspresi wajah Hueningkai berubah setelah Gyu memanggilnya.

Ah aku baru ingat. Dia kan..

"Kau sepertinya tidak sayang nyawa ya..."

Benar. Gyu sudah mengancam tidak akan membiarkan Hueningkai hidup kalau ia membocorkan soal kedatangannya pada orang lain...

Apakah dia benar benar akan membunuhnya? Ini gawat! Aku tidak ingin melihat ada yang mati di mimpiku! Apalagi yang mati Hueningkai! Aku harus segera bertindak.

"Hahahahahahaha!"

Loh? Hueningkai tertawa?

Biasanya aku akan ikut tertawa mendengar tawa maknae yang satu ini, tapi kali ini tawanya terdengar mengerikan.

Usai tertawa, Hueningkai berjalan mendekat kearahku dan Gyu. Berani sekali?!

"Sebenarnya aku tidak mau memberitahu ini padamu, tapi sepertinya kau salah paham ya.." ucap Hueningkai disertai dengan seringaian.

Dia kelihatan licik sekali. Bahkan kalau boleh dibandingkan, aku lebih takut melihat Hueningkai daripada Gyu Akabene yang katanya adalah seorang pembunuh. Mungkin saja ini karena aku tidak pernah bertemu Hueningkai secara langsung. Walau aku sering melihat sifat ceria dan mudah bergaulnya didepan kamera, belum tentu sifat aslinya juga seperti itu.

"Apa maksudmu?" tanya Gyu sambil menarikku makin mendekat padanya hingga aku bisa merasa punggungku hampir menempel dengan dadanya. Pria itu kemudian mengeratkan cengkramannya pada bahuku. Tadi saja sudah kencang, sekarang dikecangkan lagi! Apa dia tidak sadar itu membuatku sakit?!

1. 𝕷𝖔𝖛𝖊𝖗 𝕶𝖎𝖑𝖑𝖊𝖗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang