『My Real Body』

124 29 15
                                    

"Mau apa kau kesini?" tanyaku sambil memasang ancang-ancang untuk melindungi diri kalau-kalau dia menyerangku seperti kemarin.

"Bertemu denganmu, tentu saja."

Tiba-tiba aku merasa de javu. Kayaknya aku pernah mengalami situasi ini sebelumnya.

"Untuk apa? Aku tidak ada urusan denganmu."

Perkataanku langsung diberi smirk olehnya. Dan untuk kesekian kalinya, aku salah fokus pada warna matanya. Biru.

Sebenarnya aku memang punya kebiasaan kalau melihat orang pasti langsung ke matanya, itupun hanya sesekali. Tapi kalau dihadapan Gyu, aku malah keterusan seperti terhipnotis. Sangat menyebalkan.

"Urusan kita yang kemarin belum selesai loh? Berani-beraninya kau kabur begitu saja." ucapnya dengan nada sarkas. Ia terlihat tidak terima dengan kejadian kemarin.

Apa-apaan? Harusnya aku yang tidak terima!

"Urusan apalagi? Kau itu hampir membunuhku, bodoh. Untuk apa aku berlama-lama dengan makhluk sepertimu."

Dahinya langsung mengkerut. "Makhluk sepertiku?" tanyanya terdengar tak terima.

Dia terlihat marah. Aku bisa lihat dengan jelas kalau tangannya mengepal. Air mukanya pun seperti sedang menahan emosi yang sebentar lagi sudah meledak. Gawat. Apakah dia akan menyerangku seperti kemarin lagi?

Bagaimana kalau iya? Apa sihir pelindung Steve akan otomatis aktif lagi? Takutnya, sihir itu cuman berlaku sekali saja. Mau tidak mau aku harus segera memikirkan cara untuk kabur.

Tidak tidak. Rasanya percuma. Dia pasti bisa menarikku kembali dengan kekuatan mirip telekinesisnya itu. Kalau begitu, aku harus cari cara untuk membuatnya tidak bisa menggunakan sihirnya. Aku harus mengecoh matanya.

Aku melirik kearah kiri, alias dapur. Sekedar info, letak dapur dengan pintu depan memang cukup dekat.

Hm, kira-kira apa yang harus aku gunakan untuk mengecoh pusat kekuatan sihirnya itu? Apa aku serang pakai garam saja ya ke matanya biar dia tidak bisa melek dengan benar?

Tiba-tiba, aku mendengar suara hembusan nafas kasar. Sangat berat dan tertahan, seperti tidak ingin dilakukan tapi mau tidak mau harus dilakukan.

Gyu Akabene. Pria itu menghela nafas! Ini pertama kalinya aku melihatnya menghela nafas seperti itu!

"Hah. Aku tidak peduli. Aku akan tetap ada disekitarmu sampai kau memberitahuku dimana Mikayla."

Eh? Dia sampai sepasrah ini? Hanya demi tau dimana Mikayla? Se-terobsesi inikah Gyu Akabene ingin membunuh Mikayla?! Dia benar-benar menyeramkan!

"Aku juga tidak peduli kau mau berbuat apa. Pergi sana!" usirku dengan tanpa sengaja sambil bergidik ngeri.

"Oke. Aku cuman mau memperingatkan itu saja." ucapnya lalu pergi begitu saja tanpa menunggu responku.

Aku memandangi punggungnya yang makin lama makin jauh.

? Apa apaan dia? Kenapa dia jadi lembek begitu? Segampang ini mengusirnya? Beneran nih? Aku kira aku akan terjebak di situasi seperti kemarin.

Tapi baru saja menghela nafas lega, kepala itu tiba-tiba menoleh ke belakang. Salah satu mata tajam bak mata elang itu menatap kearahku, seolah memperhatikanku sampai ke tulang-tulang. Ditambah lagi dengan senyuman misteriusnya yang entah bagaimana caranya sampai bisa membuatku merinding setengah mampus. Melihatnya seperti itu, waktu terasa berjalan lebih lambat dari biasanya.

Dia seolah-olah memberiku peringatan. Tatapannya terlihat sangat mengintimidasi walaupun sekarang pria itu tersenyum aneh sendiri seperti orang gila.

1. 𝕷𝖔𝖛𝖊𝖗 𝕶𝖎𝖑𝖑𝖊𝖗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang