Part 13 Rian Punya Saingan?

436 22 0
                                    


Sekitar satu bulan berlalu semenjak hari pertama Citra masuk sekolah. Seperti di hari-hari yang lain, kegiatan belajar mengajar di sekolah Citra berjalan sebagaimana umumnya sekolah lain. sejauh ini Citra masih dapat mengikuti pelajaran yang diajarkan di kelasnya meskipun materi yang diajarkannya sudah sampai di bab pertengahan dibandingkan dengan sahabatnya, Riska, yang ternyata pelajaran di kelasnya masih membahas bab yang ada di awal.

Kelas Citra yang menjadi kelas aksel seringkali pulang lebih lama dibanding kelas lain. karena itu tidak jarang Citra pulang bersama dengan Mira yang juga pulang dari kegiatan OSIS nya. Kelas Citra sebagian besar tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler termasuk Citra. Karena pelajaran Aksel sendiri sudah banyak membebani pikiran mereka.

TING TONG

Bel istirahat berbunyi menandakan waktu istirahat. Guru di kelas Citra mengakhiri pelajarannya dan meninggalkan kelas. Tidak lupa guru itu meninggalkan beberapa tugas ke Citra seperti mengumpulkan tugas teman yang lain dan membawakan ke kantor atau mencatat nama-nama teman kelasnya.

Seperti yang diduga, Citra akan mengerjakan tugasnya sendirian. Merangkap menjadi ketua, sekertaris, sekaligus bendahara kelas. Bila ada iuran atau apapun maka Citra yang akan diminta mengumpulkan uang dari seluruh teman kelasnya untuk fotocopy, membeli buku, atau semacamnya. Tidak jarang teman kelasnya sendiri menolak untuk memberikan uang mereka sampai akhirnya Citra harus menambahkan uangnya sendiri untuk menutupi kekurangan itu.

Kebanyakan teman sekelas Citra mengabaikan kesulitan yang dialami oleh Citra. Mereka merasa semua akan baik-baik saja selama Citra menjalankan tugasnya. Bila ada suatu masalah, mereka tinggal melemparkan kesalahan itu ke Citra dan membuat Citra menjadi kambing hitam. Karena itu, diabaikan di kelas seperti ini bagi Citra sudah mulai menjadi hal yang 'biasa'.

Namun...

Di salah satu tempat duduk di sudut kelas, yang berlawanan dengan tempat duduk Citra. Salah seorang teman sekelas Citra memandangi Citra yang mejanya dipenuhi buku-buku milik teman sekelasnya dengan tatapan simpati. Yah tentunya pandangan itu tidak hanya simpati saja, tapi bercampur dengan perasaan kagum dan semacamnya.

Ifan. Salah satu teman sekelas Citra yang selama sebulan ini sering sekali memandanginya dari jauh. Pertama kali melihat Citra, Ifan memang sempat memandang Citra dengan pandangan berbeda karena penampilan Citra yang memang berbeda dengan teman perempuannya yang lain. Namun, Ifan sama sekali tidak pernah memandang Citra dengan pandangan yang merendahkan.

Setiap hari, Ifan akan berusaha mencari kesempatan untuk bisa berbicara dengan Citra sambil mencari berbagai alasan. Sayangnya usahanya belum membuahkan hasil sama sekali bahkan sampai satu bulan ini. karena itu ketika melihat Citra yang disibukkan oleh tugas ketua kelas seperti sekarang, pikirannya menyuruhnya untuk mendekat dan setidaknya menawarkan bantuan ke Citra.

Tapi lagi-lagi hati pengecutnya mulai melakukan pemberontakan, membuatnya jadi ragu-ragu untuk menjalankan niatnya. Badannya beberapa kali berdiri dan kembali duduk karena niatnya yang belum bulat.

"Fan, pantat loe bisulan? Dari tadi duduk berdiri duduk berdiri melulu bikin mata gue enek aja".

Ucapan itu dilontarkan oleh Doni, salah seorang teman dekatnya yang sedang membuka bungkus snack di belakangnya. Ifan menanggapinya dengan tertawa garing sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Doni, melihat tanggapan Ifan pun akhirnya hanya mengendikkan bahu nya saja dan mulai memakan snacknya.

Aku harus bicara dengan Citra. Ini kesempatanku!

Ah tidak, bagaimana kalau Citra malah merasa terganggu, dia sedang sibuk bukan? Lagi pula kalau dipikir lagi itu memang tugas dan wewenangnya Citra.

Jodohku Gadis Kecil dari Desa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang