Extra Part

791 21 4
                                    

Assalamu'alaikum, hai semuanya. Sudah lama semenjak story tentang Rian dan Citra aku publish ya. Kali ini akhirnya aku dapat menyelesaikan extra part-nya sebagai bagian terakhir dari kisah antara Citra dan Rian. Yah, maaf nih baru bisa bikin extra part setelah sekian lama karena aku sendiri fokus ke cerita lain yang sedang aku tulis. Mungkin yang penasaran bisa cek di list story-ku. Genre nya agak beda, tapi tetep ada romance nya juga kok (ceritanya promosi nih, hehehe)

Yah itu saja kata pengantar dari saya, semoga extra part ini cukup memuaskan bagi kalian yang masih ada rasa penasaran dengan apa yang terjadi di kehidupan Rian dan Citra. Selamat membaca

###

Bagian ini berisi tentang salah satu cuplikan kehidupan Citra dan Rian yang sudah memiliki Rasyid.

Saat ini adalah hari pembagian rapot sekaligus pengumuman kenaikan kelas Citra dan Riska yang nantinya akan berpindah dari kelas 8 ke kelas 9. Rapot para murid tidak langsung dibagikan kepada mereka, tetapi dibagikan ke para orang tua atau wali yang saat ini mendapat undangan untuk mengambil rapot ke sekolah. Hampir semua murid menunggu rapot mereka masing-masing sambil was-was jika saja orang tua mereka akan mendatangi mereka dengan diselimuti kemarahan.

Citra merupakan pengecualian di antara para murid yang was-was. Seolah tidak ada rasa khawatir sama sekali, Citra malah bersikap biasa saja sambil menampilkan senyumannya. Senyum itu bukan karena dirinya percaya diri dengan nilainya, melainkan karena di gendongannya saat ini terdapat Rasyid yang baru saja tertidur. Bayi berusia 1 tahun itu terlihat jauh lebih berisi daripada hari pertama ketika dia dilahirkan.

Di sampingnya, Riska yang juga menunggu dengan perasaan was-was hanya dapat menggeleng-geleng saja melihat tingkah Citra. Di dalam kelas mereka, terdapat para orang tua yang sedang mendengarkan cerita dan penjelasan dari bu Widya, wali kelas Riska dan Citra. Di dalam sana Rian bertindak sebagai wali Citra yang akan mengambil rapotnya, sedangkan yang mengambil rapot dari Riska adalah ibunya.

"Kamu terlihat bahagia sekali ya Cit, kayaknya kamu percaya diri banget sama nilai dan peringkat kamu?" Tanya Riska yang memandang Citra dengan heran.

"Bukan begitu Ris, aku bahagia karena akhirnya aku bisa mengajak Rasyid ke sekolahku." Jawab Citra sambil masih menimang-nimang Rasyid.

Di usia 1 tahun, Rasyid yang semakin berisi, membuat Citra terkadang kesulitan dan menjadi mudah lelah ketika menggendongnya. Tetapi rasa lelah itu selalu dikalahkan oleh rasa kasih sayangnya terhadap bayinya. Seperti saat ini, ketika dirinya masih saja menggendong Rasyid semenjak 30 menit yang lalu.

"Memang sih kalau bukan karena ada acara pertemuan wali kayak gini, kamu gak akan bisa ajak Rasyid ke sekolah. Tapi memangnya kamu gak khawatir kalau yang lain tiba-tiba tahu Rasyid anak kamu?" Riska bertanya sambil mengecilkan suaranya ketika menyebut kata "anak".

Citra hanya menggeleng santai.

"Aku tidak terlalu mengkhawatirkan hal itu. Sumber kebahagiaanku ada di Rasyid dan kak Rian. Aku bersyukur jika teman-teman kita mengira Rasyid sebagai adik aku. Tapi seandainya mereka tahu, aku tidak akan terlalu memperdulikannya dan jika pada ujungnya aku harus keluar dari sekolah, aku akan menerima keputusan itu."

Pembicaraan ini membuat Riska melupakan kekhawatirannya dan malah semakin penasaran dengan jalan berpikir sahabatnya yang sangat tidak umum. Riska pun memutuskan untuk bertanya lagi.

"Tapi bagaimana dengan sekolahmu Cit? Kamu kan juga punya cita-cita untuk meraih pendidikan tinggi?"

"Benar, memang aku juga berpikiran seperti itu, dan hal itu pun juga tidak berubah sampai sekarang. Hanya saja di samping cita-cita itu, aku juga punya cita-cita dan prioritas baru yang lebih penting."

Jodohku Gadis Kecil dari Desa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang