Part 30

614 18 0
                                    


Untuk bab ini, aku bingung harus kasih judul apa, jadi yah aku kosongi saja heheh. Mungkin kalau ada yang punya saran, saya tunggu masukannya di komentar untuk judulnya.

Selamat membaca

###

Oekkkk... oekkkk...oekkkk...

Suara itu mengganggu tidur Rian, membuat Rian mengerjapkan matanya sejenak. Hanya saja rasa kantuk Rian terasa lebih berat dibanding dengan suara yang mengganggunya dan membuatnya mencoba menutup matanya kembali. Beberapa detik setelah matanya tertutup, tubuhnya malah digoyang-goyangkan, tanda ada seseorang yang memang sengaja membangunkannya. Akhirnya Rian kembali mengerjap-ngerjapkan matanya lagi mencoba mencari tahu siapa yang membangunkannya sambil mencoba mengusir rasa kantuknya.

"Kakkk...!! Rasyid bangun dan nangis terusss!! Gimana ini??"

Suara panik itu, Rian benar-benar mengenal suara itu. Tentu saja Rian sudah mendengar suara itu selama setahun ini. Siapa lagi kalau bukan istri kecilnya yang bernama Citra. Rian mendudukkan tubuhnya sambil bersandar ke kepala ranjang dengan tangan kirinya memegangi kepalanya, lalu memandang Citra yang juga dalam keadaan duduk di sampingnya. Wajah Citra terlihat seperti ingin menangis karena putus asa. Selain itu, suara tangisan bayi yang tadi didengarnya juga entah kenapa semakin keras.

Rian berpikir sejenak, mencari tahu apa yang biasanya harus dilakukan jika bayi menangis.

"Ughh... udah coba digendong?"

"Belum."

"Coba kamu gendong."

Citra mengangguk dan turun dari ranjang pelan-pelan, nyatanya tubuh Citra masih terasa sakit, terutama area selangkangannya. Tentu saja itu wajar mengingat Citra yang tubuhnya masih tergolong kecil harus melalui proses persalinan normal yang kejadiannya masih belum genap sehari yang lalu. Setelah turun, Citra berjalan pelan ke arah box bayi di dekat ranjangnya, lalu mengambil bayi yang ada di dalamnya.

"Masih nangis kak, sekarang gimana?"

"Kamu ayun-ayunkan pelan-pelan."

Citra kembali menuruti usulan Rian dan mengayun-ayun Rasyid yang ada di dalam gendongannya. Ternyata bayi itu tiba-tiba berhenti menangis dan berganti tertawa kecil. Melihat Citra yang sedang menggendong bayi itu, Rian kembali diliputi perasaan bersalah. Sejak awal ini adalah "salah"-nya yang menyebabkan Citra harus hamil sebelum waktu yang tepat. Sekarang ketika bayi dan istri kecilnya selamat, Rian malah diam saja membiarkan Citra yang menangani bayinya. Mungkin harusnya dia saja tadi yang turun menggendong Rasyid dan membiarkan Citra beristirahat di atas ranjang.

Rian pun langsung bergerak turun dari ranjang dan bergerak mendekati Citra yang masih mengayun-ayunkan bayi mereka. Meskipun Rian dapat melihat tanda-tanda lelah di wajah Citra, tetapi Citra tetap tidak mengeluh dan meneruskan kegiatannya mengayun-ayunkan bayinya. Hal ini membuat Rian kembali kagum dengan sosok Citra, padahal di luar sana perempuan-perempuan yang sebaya dengan Rian masih banyak yang mengeluh menangani anak mereka dan pada akhirnya mereka menyewa baby sitter.

"Cit, biar aku saja yang menggendong Rasyid, kamu tiduran di ranjang saja biar bisa istirahat ya?"

Citra menggeleng, menolak tawaran Rian sambil terus menggendong dan mengayun-ayunkan Rasyid.

"Enggak kak, aku baik-baik saja kok. Lagian kata bunda kan aku harus sering-sering dekat sama Rasyid biar bisa membuat ikatan yang baik antara ibu dan anak." Citra mengecup dahi Rasyid ketika selesai beralasan dengan penolakannya.

Rian pun hanya bisa tersenyum kecut sambil mengendikkan bahunya seolah mendeklarasikan bahwa dirinya tidak dapat berbuat apa-apa. Rian hanya berdiri saja di dekat Citra sambil mengamati bayinya yang ada di gendongan Citra. Mungkin Rian berniat untuk menggantikan Citra bila nanti Citra tiba-tiba merasa tidak kuat menggendong Rasyid karena capeknya. Setelah sekitar 15 menitan, Rian melihat Rasyid kecil yang kembali mengantuk dan tak lama menutup matanya.

Jodohku Gadis Kecil dari Desa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang