Part 14 Ketahuan

409 18 0
                                    


Sudah seminggu sejak Ifan berusaha mendekati Citra dengan membantu tugas-tugasnya sebagai ketua kelas, mengajaknya bicara pada waktu istirahat, bahkan mengajaknya bergabung di kelompoknya ketika di satu hari Citra tidak mendapatkan kelompok sama sekali setelah diperintahkan salah satu guru mata pelajaran untuk membentuk kelompok dan mengerjakan tugas kelompok di rumah.

Sejauh ini, usaha Ifan untuk mendekati Citra terlihat berjalan lancar bagi siapa pun yang melihatnya. Sejak Ifan mulai berbicara dengan Citra, anak-anak di kelas Citra yang lain pun juga mulai ikut berbicara dengan Citra. Mula-mula mereka hanya membahas tentang pelajaran, lalu berlanjut dengan mengerjakan tugas piket mereka masing-masing yang sebelumnya seluruh tanggungan piket dikerjakan sendiri oleh Citra setiap hari.

Merasakan perbedaan seperti itu, tentu saja Citra senang sekali. Sebagian beban hidupnya terasa terangkat dan pekerjaannya di sekolah menjadi jauh lebih ringan. Dalam hati, Citra berterima kasih pada Ifan karena pengaruhnya membuat Citra tidak lagi dijauhi oleh teman-teman sekelasnya seperti hari-hari sebelumnya. Hanya beberapa orang yang masih menjauhi Citra, seperti Iwan, Nina, dan Rita.

Entah mereka punya dendam tersendiri atau memang mereka terlalu gengsi untuk dekat dengan Citra dari awal. Seperti hari ini setelah pelajaran ke empat selesai, beberapa anak datang ke bangku Citra bertanya tentang pelajaran Kimia yang sepertinya sulit untuk masuk di otak mereka. Melihat keaktifan Citra di tengah pelajaran dan mereka yakin bahwa Citra lebih memahami pelajaran yang baru saja mereka dapatkan.

Namun ketiga orang tadi, Iwan, Nina, dan Rita berjalan keluar begitu saja seolah tidak ada hal penting yang terjadi di kelas. Mereka berjalan ke kantin dengan wajah yang mungkin terlihat dongkol bagi siapapun yang melihatnya. Ifan, seperti hari-hari sebelumnya, dalam rangka agar bisa mendekati Citra, ikut mendekati Citra di meja Citra mendengarkan penjelasan Citra bersama dengan teman kelasnya yang lain.

Sebenarnya Ifan cukup paham dengan materi pelajaran Kimia yang baru saja mereka dapatkan dan tidak benar-benar membutuhkan penjelasan Citra. Namun, tetap saja dia akan mendekati Citra dan menanyakan hal itu agar bisa lebih banyak berbicara dengan Citra. 15 menit berlalu dan semua anak yang meminta penjelasan Citra mulai membubarkan diri setelah memahami penjelasan Citra, memberikan Citra keleluasaan untuk akhirnya bisa keluar dari kelas dan pergi ke kantin sekolah untuk makan siang.

Ya, Citra mulai terbiasa dengan makan siang secara rutin. Pernah sekali Citra tidak datang ke kantin untuk makan siang dan hasilnya, Amira melaporkannya ke Kirana dan Citra pun dinasehati masalah kesehatan di rumah selama hampir satu jam. Citra mengambil sesuatu di dalam tasnya, sebuah kotak yang dibungkus kresek hitam, sambil berdiri Citra menentengnya keluar dari kelas menuju tempat wajibnya setiap istirahat, kantin. Namun, belum sempat keluar dari pintu kelas, sebuah panggilan namanya menghentikan langkah Citra dan membuatnya berbalik ke belakang.

Di sana, Ifan dengan tergopoh-gopoh berlari kecil dari bangkunya menuju ke tempat Citra berdiri. Setelah berada tepat di depan Citra, Ifan membuat sebuah permintaan yang selama seminggu ini belum pernah diajukan sebelumnya.

"Cit, boleh ikut bareng ke kantin gak?"

Dan secara alami Citra mengangguk sambil berkata "boleh" seolah tidak ada pikiran atau beban apapun di jawaban itu.

Jawaban itu tentunya membuat Ifan langsung tersenyum lebar dan akhirnya mereka berjalan bersama-sama ke kantin berdampingan. Siapapun yang melihat mereka pasti akan mengira kalau mereka berdua baru saja jadian atau semacamnya. Nyatanya Citra sama sekali tidak berpikiran ke sana. Citra hanya menganggap Ifan sebagai "teman baik" dan berusaha membalas kebaikan Ifan yang membuat Citra tidak merasa kesepian lagi di kelasnya.

Sesampainya di kantin, Citra mengedarkan pandangannya ke seluruh meja kantin, mencari seseorang. Setelah menemukan sosok yang dicarinya, Citra langsung berjalan menuju meja itu dan duduk di sampingnya sambil meletakkan kotak yang terbungkus kresek hitam yang dia bawa di meja.

Jodohku Gadis Kecil dari Desa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang