"Hoi!"
Yeji berbalik, mendapati Ryujin di sana. Gadis dengan rambut sebahu itu tersenyum kearahnya. Alis Yeji terangkat, seolah menanyakan maksud Ryujin memanggilnya.
"Ngomong kek, diem diem bae. Kesurupan arwah si Asahi tetangga sebelah lo?"
"Apa?" Akhirnya Yeji membuka suara. Dia bukan tipe gadis pendiam. Dia juga tidak dalam kondisi dirasuki arwah Asahi si robot berjalan. Hanya saja Yeji sedang memikirkan banyak hal.
Gadis itu mencoba mencari titik terang dalam permainan ini. Semua terasa aneh, clue seakan tidak berguna baginya. Pakaian tradisional ala bangsawan yang dipakai oleh dia dan teman temannya juga entah untuk apa. Belum lagi bangunan ini. Seperti rumah tradisional, tapi bukan. Bangunan bertingkat dengan dinding full kayu kualitas tinggi ini seperti... entahlah, Yeji tidak mengerti.
"Heh! Kenapa malah ngelamun lagi?" seru Ryujin berusaha menyadarkan Yeji dari lamunannya. Tidak biasanya Yeji seperti ini. Mungkin gadis itu lelah dengan permainan aneh ini, begitu pikirnya.
"Sorry. Lo ada perlu sama gue, Jin?" Yeji baru menyadari dia belum mengetahui maksud kedatangan Ryujin. Belum lagi dia juga tidak tau apakah Ryujin ini baik atau tidak. Ya, sekarang Yeji mencurigai semua orang.
"Ya elah, canggung amat." Ryujin mendekatkan diri pada Yeji lalu merangkul sahabatnya. "Gue cuma heran. Ngapain lo diem ruang tamu gini? Kenapa ngga ngumpet gitu loh? Ga sayang nyawa?"
Yeji berdecak. "Males. Lagian kalo mati ya bagus. Jadi ga repot repot mainin game sialan ini."
Ryujin tercengang. Bagaimana bisa Yeji berujar seperti itu? Tapi tak lama, dia menormalkan ekspresi wajahnya, memutar otak, berusaha mencari topik baru. "Oh iya, gue liat liat lo dari tadi sama Haechan mulu. Sejak kapan kalian deket?"
"Terus lo? Sejak kapan deket banget sama Beomgyu?"
"Kagak. Kata siapa dah?"
"Emang lo pikir gue ngga liat kalo kalian barengan terus?"
Lagi lagi Ryujin tidak tau harus menjawab apa. Mengapa tiba tiba Yeji menjadi seperti ini? Atau mungkin dia benar benar kerasukan arwah Asahi? Apa lebih baik dia pergi saja? Sepertinya Yeji sedang tidak ingin diganggu. Dan ya, nada bicara gadis itu menyiratkan bahwa dia tidak percaya padanya.
"Em.. Gue.. Maksudnya, mumpung waktunya masih lama, gue mau ke kamar mandi dulu. Ya, lo tau lah segimana ribetnya baju ini? Haha," ujar Ryujin canggung lalu berlari meninggalkan Yeji sendirian di ruang tamu.
Yeji kembali melamun. Mencoba merangkai clue yang telah dia dapat ya walaupun masih abu abu. Hasilnya? Tentu saja nihil. Semua clue itu benar benar tidak memiliki titik terang. Dia tidak bisa membiarkan semua temannya meninggal dunia. Lalu, apa yang harus dia lakukan sekarang?
Chenle berjalan dengan raut wajah resah. Dia benar benar bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Baru saja dia menemukan benda keramat, ah tidak, maksudnya benda penting bagi perannya dalam permainan ini. Tapi masalahnya, harus ia apakan benda itu?
"Pertama gue harus nemuin orang yang tepat biar bisa bantu ngajarin gue pake ini, dan juga bantu biar ga ketauan. Tapi siapa?"
Otaknya berpikir keras. Kira kira siapa yang bisa dia ajak kerjasama. Chenle bukan Seer yang bisa mendeteksi baik buruknya seseorang. Siapa yang harus dia percaya?
KAMU SEDANG MEMBACA
WEREWOLF | Game ✓
Fiksi PenggemarLet's play the game~ -Nct Dream -Itzy -Secret Number -Txt (COMPLETED) #1 werewolfgame Start: 28-06-2020 Finish: 31-10-2021