Chapter 15

453 121 41
                                    









































Yeji dan Jeno berjalan cukup cepat agar bisa mencari tempat persembunyian sebelum Mark bisa mengejar mereka. Namun Yeji tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia berpikir sejenak.

"Jen, lo ngerasa aneh ga si?" Jeno tidak menjawab, dia hanya menunggu Yeji melanjutkan ucapannya.

"Tentang Mark yang ngaku sebagai pencipta permainan ini. Lea bilang kalo di buku itu, pencipta permainannya salah satu dari mereka. Dalam artian, salah satu dari mereka yang ikut dalam permainan. Sedangkan Mark? Dia ga ikut permainannya."

Jeno diam, berusaha memahami apa yang baru saja Yeji katakan. Gadis itu benar, Mark tidak pernah ikut dalam permainan. Dia bahkan tidak ikut pergi ke pulau ini bersama mereka. Lantas mengapa Mark secara tiba-tiba muncul dan mengaku sebagai pencipta permainan?

Namun bukan itu pertanyaan utamanya.

"Kalo bukan Mark, terus siapa?"
































Ryujin tidak dapat mendengar suara apapun dari luar. Ini terlalu hening. Mengapa tidak ada suara langkah Mark yang menaiki tangga? Mungkin kah Mark sudah mengetahui tempat persembunyian mereka, lalu menunggu di depan pintu?

Tidak, jangan berpikir seperti itu Ryujin. Akan sangat menyeramkan jika Mark dengan santai duduk menunggu mereka di depan pintu.

"Napa lo geleng-geleng gitu?" tanya Beomgyu ketika melihat Ryujin menggelengkan kepalanya dengan cukup kuat. "Ayo keluar, kayaknya udah aman."

"Yakin lo?"

Beomgyu tidak menjawab, dia sibuk mencari alat yang bisa mereka gunakan untuk melawan jika Mark ternyata belum pergi. Sebuah tongkat besi dan balok kayu bekas kaki meja menjadi pilihannya.

Dengan segera Beomgyu memberikan balok kayu kepada Ryujin. "Bentar lagi gue buka pintunya, lo jaga-jaga. Kalo ternyata Mark di deket sini dan dia deketin kita, langsung pukul. Oke?"

"Iya iya, paham." Ryujin mengangkat balok kayunya tinggi tinggi. Dalam hati berdoa semoga misi mereka berjalan dengan lancar jaya. "Satu, dua, tiga!"

Cklek..

Hening. Pemandangan yang pertama kali mereka lihat setelah membuka pintu sangat tidak terprediksi. Di sana terbaring tubuh Dita, Soobin, dan juga Mark yang tidak bernyawa. Sebentar, Mark? Bagaimana bisa dia juga meninggal? Apa ini?!





























"Sebenernya kalo kita diem aja di sini juga ga terlalu ngaruh. Kita baru bisa menang kalo kita berhasil bunuh pencipta permainannya. Gimana kita mastiin pencipta permainannya udah mati?"

"Mungkin diumumin nanti," ujar Jaemin kepada Lea yang baru saja berbicara setelah keheningan melanda mereka. "Eh tapi kalo ga diumumin gimana?"

"Nah, itu dia masalahnya."

"Tapi kalo ternyata pas kita buka pintu Mark kebetulan lewat gimana? Eh, tapi ga masalah si, lagian kita harusnya masih bisa berubah kan Jaem?" Ucapan Jinny membuat Lea bingung. Berubah?

Jaemin yang menyadari perubahan ekspresi Lea, langsung menyenggol lengan Jinny. Memberi kode jika dirinya baru saja mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya dengan mudah dia ucapkan.

"Oh iya, forget. Tapi kayaknya kita harus kasih tau Lea tentang ini deh," bisik Jinny kepada Jaemin. Sempat berpikir sebentar, namun Jaemin menyetujuinya.

WEREWOLF | Game ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang