Chapter 11

456 117 16
                                    

"Jaemin, hati-hati."

"Hah?" Jaemin menoleh ke belakang, seorang pemuda berjalan menjauhi dirinya. Dari pakaian dan postur tubuhnya, tentu saja Jaemin tahu jika pemuda itu adalah Jeno. Namun, mengapa Jeno menyuruhnya untuk berhati-hati lalu pergi begitu saja?

"Woi, ngapain di sini?"

Baru saja menoleh untuk melihat siapa yang mengajaknya berbicara, Jaemin sontak terjatuh ke belakang karena sangat terkejut. Bagaimana tidak? Yang baru saja bertanya adalah Lee Jeno, lantas siapa yang menyuruhnya untuk berhati-hati tadi?

"Lo kek abis liat setan aja," ucap Jeno sambil membantu Jaemin berdiri. Sedangkan yang dibantu masih memikirkan apa yang baru saja terjadi pada dirinya.

Jeno kedua muncul hanya dalam selisih waktu beberapa detik setelah kepergian Jeno pertama. Bahkan saat suara itu terdengar, Jaemin masih mengamati Jeno pertama. Apa ini?

"Halooo. Kok diem doang? Aneh banget."

"Jen!" panggil Jaemin seraya menepuk pundak Jeno dengan cukup keras. Oh? Tidak tembus, berarti bukan hantu. "Gue beneran abis liat hantu! Percaya ga? Harus percaya! Hantunya mirip banget sama lo, gila!"

"Orang-orang di sini ngeliat werewolf, lo malah ngeliat hantu? Mirip gue lagi? Halah, ngaco. Mana ada." Setelah berujar demikian, Jeno langsung bergegas memasuki kamar nomor 5.

"Beneran, Jen! Ih lo mah ga percayaan orangnya. Woi! Tungguin! Heh!"

































"Lo bilang, lo itu good side, tapi kenapa ga mau ngasih tau gue apa karakter lo, Chan?" Yeji menatap Haechan sekilas, masih sibuk mencari buku di perpustakaan. Dia sedikit merasa tidak adil karena tidak mengetahui peran Haechan.

"Lo sendiri? Kata Ryujin lo jadi aneh di babak sebelumnya abis kepisah dari gue, gue juga liat lo ngelamun mulu. Dan sekarang lo tiba-tiba ngambis buat nyari buku raksasa itu. Kenapa?"

"Heh pinter! Siapa tau buku itu isinya penting kan? Kalau ternyata cara keluar dari game ini ada di buku itu gimana?" Gadis itu kembali mencari buku yang dimaksud, walaupun belum tentu ada di perpustakaan ini juga.

"Kalo soal gue yang diem mulu tadi.." Haechan menunggu kalimat yang akan Yeji ucapkan. "Cape aja. Ini semua tuh ga bener, gimana pun caranya kita harus bisa keluar dari game ini! Makanya ayo cari buku itu, Chan!"

"Iya iya."




































"Kapan gue berguna?" monolog Beomgyu yang sedang berjalan bersama Ryujin dan Chenle. Jangan tanyakan kenapa ada Ryujin, kalian tau sendiri dia sudah bersama Ryujin dari awal, hanya terpisah di akhir babak sebelumnya.

Lalu Chenle? Tentu saja Beomgyu tidak bisa membiarkan pemuda yang memiliki pistol berjalan seorang diri. Bagaimana kalau dia melukai orang lain? Atau kalau dia baik, bagaimana jika werewolf menyerangnya?

Mengenai pistol itu, Ryujin belum mengetahuinya. Menurut Beomgyu ini bukanlah hal yang bisa dibicarakan dengan mudah. Benda itu merupakan topik sensitif pada saat ini.

Orang-orang mungkin akan semakin saling menuduh, mencurigai, dan tidak menutup kemungkinan mereka yang berada di sisi jahat akan memanfaatkan situasi tersebut.

Beomgyu tidak benar-benar mencurigai Chenle, dia juga tidak benar-benar mempercayai Chenle. Masalahnya, tidak ada yang tau apa peran pemuda itu.

Bahkan kalau dipikir-pikir, Beomgyu belum berbuat apapun hingga saat ini. Semua korban terus berjatuhan, tanpa ada satu pun yang selamat. Dia sudah memiliki peran, namun peran itu juga tidak bisa banyak membantu.

WEREWOLF | Game ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang