"Ca, mereka nyindir gue ?" Tanya Abel pada Cica teman sebangkunya, Abel berusaha menahan emosinya, telinganya sudah tidak kuat lagi menampung omongan-omongan mereka yang menyudutkan dirinya, malu, benar-benar memalukan.
"Kayaknya sih iya, elo minta maaf gih sama si Brian"
"Gila Lo, masa gue harus minta maaf di depan semua orang yang situasinya semacam ini, mau ditaro dimana muka gue Ca"
"Iya juga sih, terus Lo mau gimana sekarang ?"
Abel merasa sudah tidak kuat lagi terus-terusan berada di ruangan kelas, dia merasa sangat tersudut, "keluar yuk, temenin gue ke toilet" ajak Abel bangun dari tempat duduknya dan memegang tangan Cica.
Cica pasrah, dia menganggukkan kepalanya lalu membuntuti temannya itu.
Pas di depan pintu, guru yang akan mengajar di kelas mereka pun datang, "mau kemana kalian ?" Tanya Bu Tuti yang berpapasan dengan Abel dan Cica di depan pintu.
Abel menjawabnya kikuk, "Ijin ke toilet dulu sebentar Bu" dengan sedikit senyuman yang dipaksakan.
"Oh yaudah, jangan lama-lama ya kalian" jawab Bu Tuti tegas.
"Baik Bu..." Jawab Abel dan Cica serentak, kemudian mereka meninggalkan kelas.
Abel dan Cica pun berjalan terburu-buru ke arah toilet sekolah, dan tiba-tiba "Heii Abel..." Suara seseorang meneriaki nama Abel dari arah lorong koridor kelas, membuat Abel menoleh ke arah sumber suara, dan itu adalah Yoga yang kemudian berjalan menghampiri Abel dan Cica.
"Mau kemana ?, Belum ada guru ?" Tanya Yoga begitu sampai di depan Abel.
"Udah ada kok, mau ke toilet sebentar" Abel menjawabnya dengan memasang wajah yang so jutek.
Yoga yang melihat ekspresi Abel yang tidak enak di pandang itu segera memegang tangan Abel, namun Abel menepisnya.
"Kenapa Bel ?" Tanya Yoga menjadi semakin bingung, tidak mengerti dengan mood Abel hari ini, perasaan kemarin mereka bahagia-bahagia saja tidak ada masalah yang serius.
"Lo udah gak jujur sama gue, gue kecewa, gue marah, dan gue bete sama elo" jelas Abel.
Sedangkan Cica hanya menyimak diantara dua orang manusia yang sebentar lagi akan beradu argument ini.
"Hah maksudnya apa sih, perasaan gue gak pernah bohong deh tentang isi hati gue sama elo" jawab Yoga yang malah sedikit gombal.
"Tapi gue merasa dibohongi, kalo sebenarnya elo dan Brian udah berantem kan" kali ini Abel menjelaskannya dengan nada yang ditekankan, rasanya dia ingin menjambak rambut Yoga saat itu juga, tapi dia sadar kalo dengan menjambak tidak akan menyelesaikan semuanya.
Sialan, tau darimana Abel soal ini. Apa jangan-jangan geng nya si Brian yang bocorin, dasar cupu. Yoga berbicara dalam hatinya.
"Kenapa diem !!?, berarti benerkan Lo udah berantem sama Brian,... dahlah jangan deketin gue lagi" ucap Abel tegas kemudian langsung meninggalkan Yoga disana.
*****
Kringg...Kring...
Bel istirahat sudah berbunyi, beberapa Murid langsung berhamburan dari dalam kelasnya. Tetapi tidak dengan Abel, dia merasa menjadi serba salah, sebenarnya dia ingin menjelaskan semuanya kepada Brian, tapiiii... Sekarang sungguh bukan waktu yang tepat.
Dari tempat duduknya terlihat Brian yang mulai beranjak keluar kelas bersama teman-teman geng nya. Disitulah Abel mulai memikirkan ancang-ancang untuk mencegatnya di dekat pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LABIL
Teen FictionCerita tentang perselingkuhan dan Labil nya kisah percintaan yang dialami oleh seorang gadis remaja SMA bernama Abel. Dia dihadapkan dengan cobaan besar dalam hubungannya dengan Brian, yaitu adanya orang ketiga yang tidak lain adalah teman dekat Abe...