BAGIAN 20

84 9 0
                                    

📍HAPPY READING FOR YOU📍

"Rasya... ponsel lo bunyi nih," beritahu Nayfa dengan berteriak. Tak lama, Rasya keluar dari kamar mandi yang memang ada di dalam kamar Nayfa. Dan benar saja, ponsel gadis itu berbunyi.

Dengan pakaian yang dipinjamkan oleh Nayfa, Rasya berjalan cepat menuju ponsel di atas tempat tidur. Ketika melihat nama yang tertera di sana, Rasya langsung mengangkatnya.

"Hallo."

"Lo di mana?" Itu suara Atta, abangnya.

Rasya sekilas melirik Nayfa yang sibuk dengan laptopnya, lalu duduk di pinggir tempat tidur. "Rumah Nayfa," jawabnya.

Ya, Rasya memang berada di rumah Nayfa saat ini. Sepulang dari sekolah setelah menunggu Pikar yang tak membuahkan hasil, Rasya memutuskan untuk pergi ke rumah Nayfa daripada pulang ke rumahnya. Alasannya sudah tentu kalian ketahui. Dan, ya, itu semua karena Pikar juga gadis yang telah diantar pulang oleh kekasihnya itu tanpa sepengetahuan Rasya.

"Kenapa di sana? Ngapain?" tanya Atta diujung sana membuat lamunan Rasya buyar.

"Kepo!"

"Ck, mama nyariin lo. Balik, gih."

"Nggak percaya gue. Palingan juga akal-akalan lo aja, biar gue cepet pulang. Iya, kan?"

"Gue serius, Ra. Balik!"

"Nggak mau."

"Gue aduin ke mama lo, ya," ancam Atta.

"Dih, kang ngadu!" balas Rasya.

"Makanya balik."

"Nggak mau!"

"Jangan sampai gue ke sana, ya, Ra."

"Bodoamat!"

Dan panggilanpun diakhiri sepihak oleh Rasya. Ia meletakkan benda itu di atas nakas. Tak peduli dengan Atta yang mengancam untuk menjemputnya, karena Rasya tidak percaya hal itu.

"Nay, gue mau cerita," ujar Rasya yang kini sudah duduk di samping Nayfa.

Refleks Nayfa menatapnya sekilas, dan kembali fokus pada layar laptopnya. "Cerita aja," balasnya.

Rasya menghembuskan nafas panjang. Sejujurnya ia bingung, apa ia harus bercerita pada Nayfa tentang kejadian tadi? Tentang Pikar dan gadis itu? Aish, tak apalah. Setidaknya, rasa kesalnya sedikit berkurang dengan bercerita pada orang lain. Bukan, bukan maksudnya Rasya ingin menceritakan keburukan Pikar di depan sahabatnya, hanya saja ia ingin berbagi keluh kesah. Mungkin saja Nayfa bisa memberi masukkan dengan dirinya bercerita, juga bebannya terasa lebih ringan meski nyatanya itu menyakitkan.

Setelah beberapa detik Rasya bungkam, akhirnya ia bersuara, "Lo percaya nggak, sih, Nay. Kalau Pikar itu ternyata selingkuh di belakang gue."

Mendengarnya, membuat Nayfa langsung menatap bingung ke arah Rasya. Ia segera menutup laptopnya dan memposisikan diri menghadap sahabatnya. "Kenapa lo tanyanya begituan?"

Rasya menggigit bibirnya dengan pandangan menunduk. Ia terdiam.

"Ra." Nayfa menepuk pundak Rasya sembari memegang dagu gadis itu agar menatapnya. "Lo ada masalah sama Pikar?"

"Nggak tahu, Ra."

"Kok, nggak tahu?"

"Gue bingung. Sejujurnya, sih, gue nggak percaya kalau Pikar bener-bener selingkuh di belakang gue. Tapi...."

"Gue nggak ngerti, Ra. Coba lo jelasi sebenernya ada apa ke gue. Kenapa tiba-tiba lo bahas kayak gini?"

"Em... tadi waktu pulang sekolah, gue nggak langsung pulang, Nay. Gue tungguin Pikar di ruang basket, karena gue kira dia bakal balik lagi ke sekolah setelah urusannya selesai." Rasya menjeda ucapannya sebentar. "Sampai beberapa menit gue tungguin dia, ada Neo juga Praka di sana. Mereka temeni gue. Tapi... yang bikin gue nggak percaya, Praka bilang kalau dia lihat Pikar pulang sekolah sama cewek. Dia kira, cewek itu gue. Jelas dong gue langsung berpikir kalau Pikar selingkuh. Karena nyatanya bukan gue yang balik sama dia."

PACARKU RATU FAKGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang