BAGIAN 27

89 8 0
                                    

📍HAPPY READING FOR YOU📍

Sudah tiga hari berlalu dari kejadian hari itu. Rasya dibuat uring-uringan karena Pikar sama sekali tidak peduli padanya. Setiap bertemu, Pikar buru-buru menghindari Rasya dengan alasan ada urusan lain. Pesan-pesan yang diberikan oleh Rasya juga tidak kunjung dibalas, begitupun panggilannya yang sama sekali tidak diangkat oleh Pikar, membuat gadis itu takut jika harus kehilangan kekasihnya.

Rasya menatap kedua sepatunya dengan gamang. Memikirkan bagaimana caranya agar Pikar seperti dulu lagi, tidak seperti sekarang yang sangat cuek padanya. Lelaki itu, kini malah lebih sering terlihat berduaan dengan Evlyn. Sejujurnya, Rasya ingin berpikir positif terus dengan mengira bahwa kebersamaan mereka hanya sebatas partner lomba seperti yang Pikar katakan hari itu, tetapi mau bagaimana pun pikiran itu hanya sementara. Rasya lebih sering dihantui rasa takut dan berpikir hal-hal aneh tentang Pikar dan Evlyn. Bagaimana jika mereka ada hubungan lebih di belakang Rasya?

Sial. Lagi dan lagi pikiran bodoh itu muncul dalam benaknya. Rasya menggeleng, berusaha menghapus apapun yang tidak diinginkan. Pikar tidak mungkin seperti itu.

"Eh." Rasya terlonjat kala tangan seseorang menepuk pundaknya. Saat menoleh ke belakang, ternyata Praka pelakunya.

"Sendirian aja, nggak ada yang nemenin?" tanya lelaki itu menatap bangku kosong di hadapan Rasya, lalu beralih pada meja. "Kok, belum pesen makanan? Lo nggak makan?" sambungnya kembali.

"Lagi dipeseni sama Dipta. Nggak sendirian, kok," jawab Rasya menunjuk Dipta yang tengah memesan dengan dagunya.

Praka mengangguk kecil. "Kirain sendiri."

"Enggak," balas Rasya. Ia menoleh ke belakang Praka, lebih tepatnya pintu kantin, mencari keberadaan seseorang. Siapa lagi kalau bukan Pikar? "Lo ke kantin sendiri? Biasanya berdua sama Pikar, dia ke mana?"

"Ooo, Pikar... Dia ada, lagi di toilet. Bentar lagi juga nyusul," jawab Praka seraya mendudukkan dirinya di bangku. "Btw, lo sama Pikar lagi marahan, ya, Ra?"

"Nggak tahu nih, Pra."

"Lah, kok, nggak tahu?"

"Ya, kalau dibilang marahan, sih, iya. Tapi jujur gue nggak mau kayak gini sama Pikar. Waktu itu dia bilang, jangan ganggu dia dulu. Sampai sekarang masih aja ngehindari gue." Rasya menunduk lemas. "Dia juga kelihatannya deket banget sama Evlyn. Mereka pacaran, Pra?"

Yang ditanya langsung menggeleng cepat. "Enggak. Mereka nggak pacaran. Pikar mana mungkin mau sama Evlyn. Lo, kan, tahu Pikar kayak gimana selama ini. Lagian, dia, kan, pacar lo. Pikar bukan type cowok tukang selingkuh, Ra," ucap Praka memberitahu.

Rasya tersenyum tipis. Ia akui, Pikar memang bukan type cowok seperti itu. Pikar baik, sabar, juga setia. Tapi entah mengapa, hati Rasya masih saja gelisah. Ia ingin mendengar langsung dari Pikar, bahwa tidak akan ada wanita lain yang dapat menggantikannya. Rasya ingin hanya dirinya saja. Pikar tidak boleh sampai jatuh hati pada yang lainnya, termasuk Evlyn.

"Ra, gue sarani kalau ada masalah langsung diselesaiin. Jangan sampai terlambat. Lo ngertikan maksud gue?"

Rasya mengangguk. "Iya, Pra. Gue ngerti. Gue juga maunya, sih, gitu... Tapi nggak tahu nih Pikar. Lo tahu sendiri, dia kalau disamperi langsung pergi. Nggak ada waktu katanya. Sibuk banget," ucap Rasya, lalu tertawa miris. "Kayaknya dunia dia bukan gue lagi, deh, Pra. Pikar nggak kayak dulu. Berubah banget sekarang. Chat gue nggak ada yang pernah dibales. Memangnya sesibuk itu, ya, kehidupan Pikar yang sekarang?"

Bisa Praka lihat Rasya sangat kecewa. Ia jadi iba melihat hubungan mereka. Meski ia tahu ini adalah salah Rasya. Rasya yang menyebabkan jarak diantara keduanya. "Gue kurang tahu soal itu, Ra. Tapi kalau dilihat, sih, memang kayaknya Pikar lagi sibuk. Lo jangan mikir yang macam-macam dulu. Mungkin Pikar memang lagi mau fokus aja sama lomba bulan depannya."

PACARKU RATU FAKGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang