BAGIAN 21

98 10 2
                                    

📍HAPPY READING FOR YOU📍

Aku kira, kamu butuh aku untuk jelasi masalahnya secara langsung, tapi ternyata kamu butuh orang lain, Ra. Orang lain yang bisa bikin kamu lupa sama kesalahan yang aku buat.
‐Pikar Alzoandra.

*****

"Rasya... ada temen kamu, nih! Cepetan turun...."

Mendengar suara teriakan dari mamanya, membuat Rasya berdecak. Tidak, ia tidak menyalahkan mamanya, melainkan teman yang entah siapa sudah menunggu di bawah sana. Padahal, Rasya baru saja hendak merebahkan tubuhnya di atas kasur, melihat pesan-pesan yang dikirimkan oleh Pikar beberapa menit yang lalu.

Ya, sedari tadi kekasihnya itu terus saja meramaikan ponselnya. Puluhan panggilan tak terjawab tertera di sana, dan Rasya sama sekali tak menjawabnya. Ia begitu karena sangat kesal dengan Pikar. Entahlah, seharusnya Rasya tak berlebihan seperti ini. Bukankah memaklumi jauh lebih baik? Ketika Rasya dekat dengan cowok lain saja, Pikar tak marah sampai-sampai mengabaikannya seperti yang ia lakukan sekarang.

Rasya menghembuskan napas panjang. Ia melemparkan ponselnya di atas kasur. Dan memilih untuk turun ke bawah.

Sejujurnya, ia sangat-sangat malas untuk bertemu siapapun saat ini. Sebab, moodnya benar-benar kacau. Selain dikarenakan Pikar, Atta juga salah satu penyebabnya. Andai saja tadi abangnya itu tak menjemputnya, mungkin ia bisa lebih lama di rumah Nayfa. Menenangkan diri di sana, terlebih lagi bisa berbagi cerita.

Mata Rasya menatap tajam kala menangkap sosok Atta yang berjalan ke arah dapur. Ia terus mendumel kala mengingat Atta yang tiba-tiba sudah datang menjemputnya tadi. Memaksa untuk pulang dengan mengatasnamakan mamanya, padahal itu semua akal-akalan Atta agar Rasya tidak keluyuran ke mana-mana. Sial.

Tak terasa, Rasya sudah menginjak anak tangga terakhir. Dari sini, ia bisa melihat dengan jelas siapa yang berkunjung ke rumahnya. Kening Rasya sontak berkerut, bingung. Di ruang tamu, seorang lelaki duduk ditemani mamanya. Tunggu, itu... Dino? Hah, yang benar saja?

"Lo... ngapain ke sini?" Pertanyaan Rasya, refleks membuat Dino dan mamanya menoleh ke arah cewek itu sembari beranjak dari duduknya. Rasya berjalan semakin mendekat.

Bukannya Dino yang menjawab, malah mamanya yang bersuara, "Rasya, nggak boleh kayak gitu. Temennya baik-baik lho ke sininya," tegur Vita yang menurutnya Rasya berbicara tidak sopan.

Rasya tak menanggapinya, ia hanya membuang muka ke arah lain.

"Dino mau minum apa? Jus, teh, atau yang lain? Biar nanti Tante buatin."

"Eh, nggak usah Tante. Saya nggak lama-lama, kok."

"Seriusan?"

"Iy—"

"Biar nanti Rasya aja, Ma, yang buatin. Mama istirahat aja di kamar," ujar Rasya, membuat Dino terpaksa menghentikan ucapannya.

Vita tersenyum. "Ya, udah kalau gitu Mama tinggal, ya, Ra, Dino."

"Iya, Tante," balas Dino, sedangkan Rasya tak bereaksi apa-apa.

Sepeninggalan Vita, Rasya langsung bersuara, "Minum apa?" tanyanya datar, tak seperti biasa yang terlihat ramah.

Dino yakin, jika Rasya masih marah dengannya. Terlihat sangat enggan untuk menerima kedatangannya. Andai saja bukan karena Rey, mungkin Dino tak mau datang ke rumah Rasya, meminta maaf agar nantinya rencana mereka berdua berjalan lancar. Ya, itulah maksud tujuan cowok itu ke rumah ini.

"Nggak usah, Ra. Gue, kan, udah bilang nggak bakal lama-lama di sini," ucap Dino.

Rasya mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu ia melangkahkan kakinya. Tidak, tidak untuk duduk di atas sofa sambil bertanya apa tujuan Dino datang ke rumahnya, Rasya malah berjalan menuju dapur tanpa mempedulikan Dino yang bertanya-tanya dalam diam.

PACARKU RATU FAKGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang